Luapan amarahmu mengguncang emosi
Menutupi seluruh kesadaran dan luka.
Tenggelam di lautan kata
Kata yang menelan semua kesantunan
Seolah belati berkarat menghujah jiwa
Merasuk menjadi Durga dan duka
Duka membariskan semua argumen
Menjadi benteng setiap dosa yang terucap
Lalu mengendap menjadi benci
Benci yang menghapus semua kenangan
Tahun-tahun dimana cinta direguk
Saat nafas kita menjadi birahi
Birahi adalah keniscayaan menyakitkan
Karena ada dirimu di sana
Hilang dan menitis menjadi ahangkara
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EMBUN
Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau Burung masih memamerka...
-
Malam itu hanya ada gerimis Tak ada teman yang lain Bayi suci menangis di gendongan. Lapar Sedangkan tete ibunya kempes Malam itu kudus Kar...
-
Lusi di langit dengan hati (dalam) perjalanan ke pusat hati (dan) mengetuk pintu hati (ucapkan) selamat datang ke hatiku Seseorang di dalam ...
-
Keriput bukanlah usia Hanya lelah keringat Dan mata yang kelabu abu Tiada pinta hanya nanar Sebenarnya wajah masih diselubungi mimpi L...
Puisi yang sangat kuat! "II. AHANGKARA" melanjutkan tema amarah dengan keindahan dan kedalaman emosi. Luapan perasaan yang digambarkan, serta transisi dari cinta menjadi benci, menciptakan ketegangan yang menggugah. Pilihan kata-katanya memberikan citra yang kuat dan menyentuh, terutama dalam menggambarkan konflik internal. Apakah kamu berencana untuk melanjutkan trilogi ini?
BalasHapus