Di rumah sakit ruang dan waktu memiliki hukumnya sendiri
Malam semakin panjang dan siang kian merambat
Semesta mengecil selebar tempat tidur dan seluas kursi tunggu
Hiasan termewah hanya tabung oksigen, tubuh terbaring lemah dan senyum perawat
Tetangga kita terdiri dari deretan tempat tidur, lorong panjang dan penyakit
Tamu yang rajin menyambangi adalah dokter dan perawat
Datang bersama dokter muda seperti seregu polisi patroli
Seperti semut dan nyamuk yang tak pernah absen menyasari remah dan resah
Keluarga tercenung nanar menatap langit malam menanti qodar
Kurang tidur, kurang makan, kurang kopi, terlalu sedikit pembunuh waktu lengang
Dokter seperti "tuhan", memutuskan siapa pulang dan mana dirawat
Apa yang dimakan dan mengapa dilarang
Memutus ini itu tanpa ada penyanggahan
Hanya anggukan mafhum dokter muda dan senyuman perawat berusaha mengerti
Perawat dipanggil lewat bel untuk sekadar membetulkan letak bantal atau hanya untuk iseng
Kadang untuk mengganti popok yang bersemu kuning karena pipis bercampur faeses lembek dan berbau khas
Di jam senyap mereka menghampir ranjang memeriksa kondisi
Mencatat semua parameter untuk konsumsi "tuhan"
Bicara makanan, menu rumahsakit layaknya resto bintang Michelin minus rasa
Dibuat hanya untuk dibuang
Handai taulan.....
Ah, mereka hanya sekali datang beramai dan hanya membawa buah serta meninggalkan gaduh
Kadang sebaris doa.
Selebihnya adalah tubuh-tubuh tanpa wajah
Suara detak jam yang menyisakan detik dan bosan. Sepi dan menggigit
Selain semua kekurangan yang menyertai, rumah sakit adalah hunian yang lebih baik dari hotel prodeo tapi lebih buruk dari hotel kelas melati
Ada hitungannya setiap akhir perjamuan atau jasad tersandera sebesar rupiah terhutang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EMBUN
Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau Burung masih memamerka...
-
Malam itu hanya ada gerimis Tak ada teman yang lain Bayi suci menangis di gendongan. Lapar Sedangkan tete ibunya kempes Malam itu kudus Kar...
-
Lusi di langit dengan hati (dalam) perjalanan ke pusat hati (dan) mengetuk pintu hati (ucapkan) selamat datang ke hatiku Seseorang di dalam ...
-
Keriput bukanlah usia Hanya lelah keringat Dan mata yang kelabu abu Tiada pinta hanya nanar Sebenarnya wajah masih diselubungi mimpi L...
Puisi "RUMAH SAKIT" ini memberikan gambaran yang sangat mendalam tentang pengalaman di rumah sakit. Ada kontras antara rasa ketidakberdayaan pasien dan kendali yang dipegang dokter, serta keseharian yang monoton dan kadang tidak berperasaan. Pengamatan terhadap peran perawat, dokter, dan suasana yang menyelimuti rumah sakit—yang seolah-olah menjadi semesta tersendiri—menimbulkan perasaan sunyi dan terisolasi. Bagaimana kamu mendapatkan inspirasi untuk puisi ini?
BalasHapus