Niatku terkungkung kokoh dalam tekad
Pikirku mengecoh mata, hidung bahkan lidah
Otakku berselisih terhadap citarasa
Mataku nanar memandang kudapan
Lenganku gemetar leherku tersedak
Perutku berbunyi asamku naik
Keringatku dingin bibirku bergetar
Tubuhku terkapar didera lapar
Kamis, 28 Juni 2018
Jumat, 22 Juni 2018
MALAMKU
Malamku terbalik meletakkannya
Tampak ketika kantuk menjauh
Dan gelapnya hilang ditelan bosan
Malamku bertutur tentang angin
Suara lembut gesekan daun
Jeritan jangkrik mencari pasangan
Malamku hanya kenal menanti
Dengan cahaya lampu menari sunyi
Sebab ruang dan waktu tetap berdiri sendiri
Malamku lupa meletakkan mimpinya
Di sana ada setangkup cinta terjaga
Sedang pikiran telah menjadi rimba kata
Malamku datang dan pergi tanpa salam
Mengendap menyergap kamarku
Menebar dingin lewat waktu
Malamku tak berbatas tak beranjak
Bernaung dibalik ujar-ujar dan petatah petitih
Perlu hati untuk menjelajahi diamnya
Malamku terbentang antara pohon dan gunung
Ditebarnya bintang sebagai paku
Digantung bulan selaku lampu
Malamku akhirnya beranjak lalu
Membawa seluruh hitam berlalu
Tinggal aku sendiri melukis rindu
Tampak ketika kantuk menjauh
Dan gelapnya hilang ditelan bosan
Malamku bertutur tentang angin
Suara lembut gesekan daun
Jeritan jangkrik mencari pasangan
Malamku hanya kenal menanti
Dengan cahaya lampu menari sunyi
Sebab ruang dan waktu tetap berdiri sendiri
Malamku lupa meletakkan mimpinya
Di sana ada setangkup cinta terjaga
Sedang pikiran telah menjadi rimba kata
Malamku datang dan pergi tanpa salam
Mengendap menyergap kamarku
Menebar dingin lewat waktu
Malamku tak berbatas tak beranjak
Bernaung dibalik ujar-ujar dan petatah petitih
Perlu hati untuk menjelajahi diamnya
Malamku terbentang antara pohon dan gunung
Ditebarnya bintang sebagai paku
Digantung bulan selaku lampu
Malamku akhirnya beranjak lalu
Membawa seluruh hitam berlalu
Tinggal aku sendiri melukis rindu
Selasa, 19 Juni 2018
'ID
Menziarahi hari kemenangan
Berjuta rindu berbondong susuri jalan mudik
Bawa mimpi dan keberhasilan yang sedikit tertunda untuk dipamerkan ke sanak
Genapi janji nazar yang terlanjur terucap ketika langkahi tanah leluhur
Anak dikenalkan pada saudara, kasta, tingkat dan kedudukan dalam tata sosial
Istri jadi tranding mode
Pusat informasi bagi kadang
Segala harga yang didapat karena pulang dari perantauan
Baju baru tersimpan di koper
Hadiah kecil tersusun di tas
Gepokan uang receh tersedia di dompet
Semua untuk membeli perhatian dan membayar kedudukan dalam keluarga
Ketika eforia telah berlalu dan sisakan lelah
Harga diri dan kebanggaan telah terbanting sebab sanjung telah reda
Bagasi mobil dipenuhi beras dan pernik
Apapun yang bisa diangkut ke kota untuk menyambung hidup
Teriring doa dan lambaian tangan
Selamat tinggal kampung halaman
Selamat berpisah sanak dan handai taulan
Aku merantau kembali agar tahun depan dapat kembali membual
Berjuta rindu berbondong susuri jalan mudik
Bawa mimpi dan keberhasilan yang sedikit tertunda untuk dipamerkan ke sanak
Genapi janji nazar yang terlanjur terucap ketika langkahi tanah leluhur
Anak dikenalkan pada saudara, kasta, tingkat dan kedudukan dalam tata sosial
Istri jadi tranding mode
Pusat informasi bagi kadang
Segala harga yang didapat karena pulang dari perantauan
Baju baru tersimpan di koper
Hadiah kecil tersusun di tas
Gepokan uang receh tersedia di dompet
Semua untuk membeli perhatian dan membayar kedudukan dalam keluarga
Ketika eforia telah berlalu dan sisakan lelah
Harga diri dan kebanggaan telah terbanting sebab sanjung telah reda
Bagasi mobil dipenuhi beras dan pernik
Apapun yang bisa diangkut ke kota untuk menyambung hidup
Teriring doa dan lambaian tangan
Selamat tinggal kampung halaman
Selamat berpisah sanak dan handai taulan
Aku merantau kembali agar tahun depan dapat kembali membual
KANTUK
Aku menanti kantuk bertandang ke ranjang
Biasanya ia datang ditemani malam dan hadir lewati jendela kamar
Tapi telah lewat tengah malam ia belum juga menyapa
Suara musik dari radiopun membujuk agar ia berbaring di sampingku
Aku terbujur diam bertelekan bantal sambil pejamkan mata
Otakku berdiskusi dengan hati menghabiskan waktu
Kantukpun tak juga hadir
Aku tetap sendiri menanti pagi
Biasanya ia datang ditemani malam dan hadir lewati jendela kamar
Tapi telah lewat tengah malam ia belum juga menyapa
Suara musik dari radiopun membujuk agar ia berbaring di sampingku
Aku terbujur diam bertelekan bantal sambil pejamkan mata
Otakku berdiskusi dengan hati menghabiskan waktu
Kantukpun tak juga hadir
Aku tetap sendiri menanti pagi
WARUNGKU
Warungku warung penantian
Menanti malam mengantar rejeki
Rejeki yang terbawa asap motor
Motor yang memapaki lembaran rupiah
Warungku warung kopi
Kopi pekat dan gorengan dingin
Sedingin malam ketika wajah lelah menghampir
Tiba dengan recehan kumal penukar dahaga mata
Warungku warung kecil
Sekecil dunia tersapu angin malam
Angin malam pengantar pelanggan
Pelanggan yang mencari kehangatan obrolan ringan
Warungku warung menghadang malam
Malam yang dihangatkan harum kopi dan asap tembakau
Tembakau pencuci mulut bagi mie rebus bertabur cabai
Cabai yang meremas perut karena pedas
Warungku warung penjala siang
Siang yang disesaki debu dan polusi
Debu dan polusi yang merangsang lapar dan dahaga
Lapar dan dahaga yang mengantar langkah dinaungan warungku
Warungku warung pinggiran
Di pinggir keramaian kota besar
Kota besar yang menelan semua nafsu manusia
Manusia yang mengejar remah-remah pencari hajat
Warungku warung dahaga
Dahaga yang terlarut dengan kopi dan teh
Kopi dan teh sachet murahan
Murahan karena malam semakin pelit membagi rejeki
Warungku warung hidupku
Hidupku yang kujalani dan kusinggahi
Kusinggahi hingga dagangan ludas
Ludas karena janji telah digenapi
Menanti malam mengantar rejeki
Rejeki yang terbawa asap motor
Motor yang memapaki lembaran rupiah
Warungku warung kopi
Kopi pekat dan gorengan dingin
Sedingin malam ketika wajah lelah menghampir
Tiba dengan recehan kumal penukar dahaga mata
Warungku warung kecil
Sekecil dunia tersapu angin malam
Angin malam pengantar pelanggan
Pelanggan yang mencari kehangatan obrolan ringan
Warungku warung menghadang malam
Malam yang dihangatkan harum kopi dan asap tembakau
Tembakau pencuci mulut bagi mie rebus bertabur cabai
Cabai yang meremas perut karena pedas
Warungku warung penjala siang
Siang yang disesaki debu dan polusi
Debu dan polusi yang merangsang lapar dan dahaga
Lapar dan dahaga yang mengantar langkah dinaungan warungku
Warungku warung pinggiran
Di pinggir keramaian kota besar
Kota besar yang menelan semua nafsu manusia
Manusia yang mengejar remah-remah pencari hajat
Warungku warung dahaga
Dahaga yang terlarut dengan kopi dan teh
Kopi dan teh sachet murahan
Murahan karena malam semakin pelit membagi rejeki
Warungku warung hidupku
Hidupku yang kujalani dan kusinggahi
Kusinggahi hingga dagangan ludas
Ludas karena janji telah digenapi
KAFE
Udara malam terasa padat
Seperti sesak yang melesak di dada
Lampu temaram terpapar asap rokok
Bergulung menyentuh diding ruang
Pendingin udara terengah memasok kesejukan
Di panggung kecil
home band menyanyikan sebuah lagu ceria
Penyanyi dengan riasan riuh
Atraktif meliukkan tubuhnya
Penonton acuh sambil menghirup minuman
Pasangan berbisik mesra sambil bertatapan
Waiters hilir mudik mengantarkan pesanan
Lagu berganti
Irama melambat
Penyanyi memeluk mikropon
Lengking gitar menusuk dalam ingatan
Bait cinta dinyanyikan dengan hati
Bercerita tentang kasih tak sampai
Melodi kian mencekik memori
Merintih menangis mengais
Menggapai hati yang sepi
Lantai terisi beberapa pasangan berdekapan
Saling mengeja langkah
Perlahan mengikuti irama lagu
Udara semakin pekat
Bercampur bau parfum, alkohol dan tembakau
Larut kian menghujam di jantung malam
Waktu terhenti di pintu masuk
Orang tetap berdatangan mengejar suasana
Seperti sesak yang melesak di dada
Lampu temaram terpapar asap rokok
Bergulung menyentuh diding ruang
Pendingin udara terengah memasok kesejukan
Di panggung kecil
home band menyanyikan sebuah lagu ceria
Penyanyi dengan riasan riuh
Atraktif meliukkan tubuhnya
Penonton acuh sambil menghirup minuman
Pasangan berbisik mesra sambil bertatapan
Waiters hilir mudik mengantarkan pesanan
Lagu berganti
Irama melambat
Penyanyi memeluk mikropon
Lengking gitar menusuk dalam ingatan
Bait cinta dinyanyikan dengan hati
Bercerita tentang kasih tak sampai
Melodi kian mencekik memori
Merintih menangis mengais
Menggapai hati yang sepi
Lantai terisi beberapa pasangan berdekapan
Saling mengeja langkah
Perlahan mengikuti irama lagu
Udara semakin pekat
Bercampur bau parfum, alkohol dan tembakau
Larut kian menghujam di jantung malam
Waktu terhenti di pintu masuk
Orang tetap berdatangan mengejar suasana
TERKENANG
Membicarakanmu seperti menyusun percik pikiran dalam bilah waktu
Sepintas garis wajahmu membentuk mozaik suka dan duka
Di meja makan kita biasa berbagi argumen dan bertukar kisah kecil
Suapan makan malamku ditemani lauk sederhana olahan tanganmu terampil
Jari kita kadang bersentuhan hingga lengkung senyummu berbinar dan tatapmu merona
Di malam kemarau berangin kita sering bersanding dalam diam sambil menatap langit selatan
Aroma tubuhmu merasuki kesadaranku dan mendekap semua mimpi tentang keindahan
Ah, aku kembali menangis
Membasahi hati yang didekap wajah dan hilangmu
Waktu yang seperti berputar terbalik
Menceritakan semua jejak kebersamaan
Aku termangu memilah fragmen hadirmu agar dapat mengobati perih hatiku
Diamku kadang meneriakkan namamu
Tapi mimpimupun tak menoleh tuk beri kesempatan
Sedang aku selalu mencari hadirmu di lipatan bajumu
diantara bau yang akrab menerjang sadarku
Hanya waktu yang dapat mendamaikan aku dan rindu
Kisahmu dalam hidupku telah berakhir
Sebagai antitesa kehadiran pilu yang menggigit
Semua langkah,
tarikan nafas,
pandangan sayumu,
terkekehmu,
gontaimu,
diammu,
dan keringatmu telah menggenapi janji
Tinggal alinea penutup dari kebersamaan yang telah paripurna
Kata terakhir masih basah tintanya
Pena telah diangkat dari kehidupan
Sesal dan bahagia silih berganti menjadi cerita cinta
Cerita yang selalu ditutup dengan pejamnya mata
Sepintas garis wajahmu membentuk mozaik suka dan duka
Di meja makan kita biasa berbagi argumen dan bertukar kisah kecil
Suapan makan malamku ditemani lauk sederhana olahan tanganmu terampil
Jari kita kadang bersentuhan hingga lengkung senyummu berbinar dan tatapmu merona
Di malam kemarau berangin kita sering bersanding dalam diam sambil menatap langit selatan
Aroma tubuhmu merasuki kesadaranku dan mendekap semua mimpi tentang keindahan
Ah, aku kembali menangis
Membasahi hati yang didekap wajah dan hilangmu
Waktu yang seperti berputar terbalik
Menceritakan semua jejak kebersamaan
Aku termangu memilah fragmen hadirmu agar dapat mengobati perih hatiku
Diamku kadang meneriakkan namamu
Tapi mimpimupun tak menoleh tuk beri kesempatan
Sedang aku selalu mencari hadirmu di lipatan bajumu
diantara bau yang akrab menerjang sadarku
Hanya waktu yang dapat mendamaikan aku dan rindu
Kisahmu dalam hidupku telah berakhir
Sebagai antitesa kehadiran pilu yang menggigit
Semua langkah,
tarikan nafas,
pandangan sayumu,
terkekehmu,
gontaimu,
diammu,
dan keringatmu telah menggenapi janji
Tinggal alinea penutup dari kebersamaan yang telah paripurna
Kata terakhir masih basah tintanya
Pena telah diangkat dari kehidupan
Sesal dan bahagia silih berganti menjadi cerita cinta
Cerita yang selalu ditutup dengan pejamnya mata
Langganan:
Postingan (Atom)
ANAK
Diasuhnya doa dan birahi Hingga menetes Eros Sebagaimana puja Kama Ratih Kau mendatangi dunia dengan polos Lalu disadapnya setiap tetes kehi...
-
Malam itu hanya ada gerimis Tak ada teman yang lain Bayi suci menangis di gendongan. Lapar Sedangkan tete ibunya kempes Malam itu kudus Kar...
-
Lusi di langit dengan hati (dalam) perjalanan ke pusat hati (dan) mengetuk pintu hati (ucapkan) selamat datang ke hatiku Seseorang di dalam ...
-
Saat itu malam hanya butuh istirahat Tiba-tiba hujan mengerubunginya Suaranya liar dan menggelegar Seperti langit akan runtuh Pohon ketakuta...