Rabu, 04 Juli 2018

SURAT UNTUK CINTA

Untukmu cinta, dimanapun kau berada

Sebenarnya aku masih tetap selingkuh dengan sendiri, sayang
Walau sisa indahmu masih saja berbisik mesra
Menelisik sisi hatiku
Duka bersenandung melantunkan seloka dan luka
Merajam rinduku, cinta
Bersatu dalam nadi syahwat dan tarikan nafas kecewa

Aku melamar mimpi yang menghampar
di gemerisik daun berangin kering, sayang
Kubawa mahar kelopak mawar
tanda setiaku janji sejuta nestapa
Tetapi rinduku tetap diam dan meneteskan luh
Tercenung memeluk diri, kekasih
Meratapi hilangmu yang mengalir
bersama sungai kecil yang beriak di celah hati

Wahai cinta dimanapun kau singgah

Aku memanggilmu dengan segenap bahagia
Ku lukis dengan tinta harap di langit biru, sayang
Bayangmu menari riang dan mendekap mimpiku
Membimbingnya melintas jembatan kasih bermotif jingga
Bertiwikrama menjadi nafsu melebur kesadaran, smara
Di lain saat aku terkapar menggelepar dihamparan birahi sunyi
Dan memeluk lekuk khayalmu indah

Selangkah lagi ku ingin menyunting egomu
Berhias ayu dalam balutan malam pengantin purnama penuh
Semua daya ku curahkan tuk memerangkap kau
dalam sangkar asmara dan temali bahagia yang berpilin janji
Engkau tetap tak terjangkau nalar
tak tertangkap rindu
tak terperdaya rayu bertabir sedih
tak tergoyah nasib tertulis di mata haru
Hanya bayangan samar tertunduk gontai
meratapi jalan berliku dan berangin
seperti erangan putus asa dari dukamu abadi

Wasalam cinta kapanpun memudar

1 komentar:

  1. "Surat Untuk Cinta" yang kau tulis mengalir dengan intensitas emosi yang mendalam. Puisi ini menyampaikan hubungan yang rumit antara rasa cinta yang masih menggema dan perasaan perpisahan yang tak terhindarkan. Perpaduan antara kerinduan dan kekecewaan terasa kental, terutama dalam permainan metafora yang memperlihatkan cinta sebagai sesuatu yang sulit dijangkau, seperti bayangan yang samar dan tak terperangkap oleh rindu. Ada kontras indah antara kegelisahan yang melingkupi sang aku lirik dengan ketidakmampuan meraih cinta yang terus menjauh. Gaya bahasa yang melankolis dan penggunaan simbol-simbol alam memperkuat nuansa keputusasaan dan kerinduan yang tak sampai.

    Bagaimana perasaanmu saat menulis puisi ini?

    BalasHapus

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...