Sabtu, 25 Agustus 2018

CARA KERJA BPJS YANG SAYA KETAHUI

Layaknya ritual, BPJS memiliki tahap-tahap untuk menjalaninya.
Setiap tahap menguras keringat dan kesabaran.
Menghabiskan waktu dan jenuh.
Mentes batas stamina serta lapar dan haus.
Juga menahan diri dari bau tubuh dan keringat sekumpulan orang.
Lelah mata menatap bermacam penyakit lalu lalang di selasar rumah sakit.
Belum lagi jika duduk, di sebelah ada orang tua pensiunan.
Mereka biasanya kontrol kesehatan lewat BPJS sambil rekreasi.
Mereka bersosialisasi ketika menunggu antrian.
Mereka berbicara apa saja, dimana saja dan kapan saja seolah tempat menunggu adalah panggung mereka.
Membicarakan hidupnya, kegiatannya, membanggakan anak cucunya.
Kadang-kadang berdiskusi, seperti layaknya ahli, tentang penyakit mereka.
Sepertinya mereka lebih hidup jika sedang kontrol di rumah sakit karena mereka bisa bebas menuangkan emosi diantara pasien.

Proses perjuangan BPJS dimulai ketika pagi pejam dan kita bangun mendahului mentari.
Jalanan pun gigil dan kendaraan dipacu kencang menembus dingin menuju rumah sakit untuk mengambil nomor antrian.
Guna nomor antrian adalah untuk mendapatan pelayanan pertama yaitu pendaftaran surat-surat kelengkapan dan pengukuran berat, suhu, tekanan darah dan detak jantung.
Dokter jaga mencatat semua besaran yang ditunjukkan lalu menulis diagnosa penyakit pasien.
Setelah ritual itu selesai, maka pasien dipersilahkan menunggu antrian lagi.
Antrian dipanggil oleh dokter yang dirujuk.
Nah disinilah mulai panggung sosialisasi terjadi dengan masif.
Kebanyakan orang tua yang mengambil panggungnya.
Yang muda mendengarkan.
Kadang dengan bosan dan kantuk.
Sesekali menjawab dengan kalimat pendek atau anggukan malas.
Panggung ini bisa terjadi berjam-jam.
Tergantung jam konsul kita dipanggil oleh suster untuk berkonsultasi dan diperiksa dokter.
Disini pula rasa lapar dan haus mulai datang menyerang.
Untungnya ada kafetaria yang menjual kudapan dan minuman pelepas dahaga.
Kopi juga ada bahkan makan beratpun tersedia.
Mengenai rasa, yah......... yang penting kenyang dan tidak haus.

Tahap ke tiga adalah ketika nama kita dipanggil oleh suster jaga untuk menemui dokter sang pemutus nasib penyakit.
Diawali dengan salam dan jabat tangan kita duduk di depannya sebagai pesakitan.
Diulangi pertanyaan sama persis seperti pertanyaan dokter jaga ketika periksa ukuran.
Dijawab sama persis seperti jawaban ketika ditanya dokter jaga.
Kemudian kita disusur rebah di tempat tidur.
Dokter menghampir dengan alat-alat perangnya seperti stetoskop, senter dan lain lain.
Setelah beberapa saat diperiksa, lalu kita dipersilahkan duduk kembali.
Dokter mulai mengoceh analisanya, tentang penyakit kita dan tentang perawatan yang harus dijalani.
Ditulisnya resep sambil memeriksa catatan anamnesa.
Setelah semua ritual selesai, kita dipersilahkan keluar untuak melanjutkan antrian tahap selanjutnya. Apotik.

Di Apotik, kita juga menanti dengan sangat lama dan dengan sangat bosan.
Kejadian yang sama akan terulang kembali seperti di tahap-tahap sebelumnya jika kita duduk bersebelahan dengan orang-orang tua pensiunan.
Walaupun tidak semasif pagi, percakapan dengan mereka menambah beban capai semakin berat ditanggung.
Sebagian yang menanti panggilan dari instalasi farmasi menutup matanya, tidur ayam menanti.
Oh, sebelum di panggil oleh instalasi farmasi, kita mengantri dulu untuk dipanggil oleh bagian administrasi.
Dipanggil untuk menyelesaikan masalah administrasi seperti membayar obat yang tidak dicover oleh BPJS dan menerima surat pendaftaran untuk kontrol bulan berikutnya.
Di instalasi ini biasanya kita sudah menjelang sore, jadi memang lesu telah menggantikan lelah.
Hanya sisa-sisa tenaga dari makan siang saja yang menjadi doping semangat yang tinggal sekejapan saja.
Ketika dipanggil oleh petugas farmasi, kita mendapatkan obat-obat yang telah diresepkan oleh dokter.
Petugas menerangkan cara pemakaian obatnya, padahal di tempat obatnya sudah tertulis cara penggunaannya.
Setelah menerima obat, dengan rasa lesu lelah letih lemah dan lapar kita meninggalkan rumah sakit jahanam yang telah menyandera kita seharian.
Di luar mentari telah hilang berganti lampu jalan dan polusi tercium di jalan-jalan yang lelah menghitam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ANAK

Diasuhnya doa dan birahi Hingga menetes Eros Sebagaimana puja Kama Ratih Kau mendatangi dunia dengan polos Lalu disadapnya setiap tetes kehi...