Dalam menulis, khususnya puisi dan prosa, sebelum menulis isi atau batang tubuhnya, saya mempunyai beberapa cara untuk mendapatkan ide, tema dan judulnya.
Cara pertama ialah secara tiba-tiba mendapat ide dan tema. Jika ilham ini didapat ketika saya sedang pergi, maka saya harus langsung menuliskan puisi atau prosa yang tertuang di benak saya itu. Karena sekarang saya tidak pernah membawa buku, ide/ilham tersebut saya tulis di hp.
Jika telah sampai di rumah, tulisan tersebut saya pindah ke blog saya TITODARIKEDIRI.BLOGSPOT.COM, Setelah selesai menulis, lalu saya baca berulang-ulang hingga mendapatkan kata atau frasa yang janggal menurut perasaan saya. Lalu kata-kata atau frasa tersebut saya ganti dengan kata yang berarti sama, atau malah mengubah kata menjadi berlawanan hingga artinya jadi berbeda.
Setelah cukup puas dengan susunan kata dan isi dari puisi atau prosa tersebut, maka puisi atau prosa tersebut saya terbitkan di laman blog saya agar bisa dibaca dan dinikmati.
Cara, mendapat ilham, seperti di atas sangat jarang terjadi. Kalimat atau susunan barisnya biasanya pendek-pendek. Maknanya biasanya lugas dan sedikit dihias bunga kata.
Cara kedua ialah dengan banyak membaca atau memperhatikan sekeliling atau mendengar kisah dan kejadian. Cara ini biasanya observasinya agak lama. Untuk memulai penulisan biasanya saya hati-hati memilih judul dan tema. Kemudian saya akan memilih kata dan alur cerita, terutama untuk prosa liris.
Setelah semua bahan terkumpul, barulah saya menuliskannya. Bisa langsung di laman blog, atau di hp dulu. Tulisan dengan cara ini biasanya panjang-panjang. Saya merasa leluasa menulis karena saya mempunyai data dan materi yang berlimpah hasil dari observasi.
Sama seperti cara di atas, ketika bahan dan ide telah selesai ditulis, maka saya tidak langsung menerbitkan di laman blog. Karena saya akan mengkaji alur, tema judul dan isinya. Juga pemakaian katanya.
Untuk tulisan yang panjang saya berusaha menghindari pemakaian kata boros dan di ulang-ulang tanpa mendapatkan arti yang baru. Hal inilah yang membuat terbitnya karya dengan metode ke dua ini agak lama. Berulang-ulang saya baca, saya periksa kata dan menggantinya dengan yang lebih baik atau lebih sesuai, jika perlu.
Juga memeriksa alur cerita agar bisa diikuti nalar. Dan yang tak kalah pentingnya adalah isi. Jika cerita itu berdasarkan sejarah atau kisah nyata maka isi ceritanya harus sesuai dengan data dan fakta.
Jika alur dan isi cerita sudah pas, pilihan kata sudah sesuai subyektifitas keindahan saya, maka puisi atau prosa tersebut saya tayangkan di laman blog saya untuk dibaca dan dinikmati khalayak.
Cara ketiga adalah dengan menerima tantangan. Disebut tantangan adalah saya menantang diri saya sendiri. Jika ada lomba penulisan puisi dengan tema tertentu, maka saya menantang diri saya untuk membuat puisi yang isinya sesuai dengan tema yang dilombakan. Saya mencoba untuk bisa memenuhi tantangan sesuai dengan kriteria lomba tersebut.
Karena bersifat tantangan, maka penulisan puisinya cepat, pendek dan miskin imajinasi. Sebagai tantangan untuk diri sendiri, saya juga mendisiplinkan waktunya. Jika di sayembara itu batas tanggalnya sekian, maka penulisan puisi saya sebelum tanggal tersebut harus sudah selesai.
Puisi tersebut tidak saya ikutkan lomba. Tapi tetap saya pajang di laman blog saya untuk dinikmati.
Ke tiga cara tersebut sering saya lakukan untuk menghasilkan karya. Biarpun tidak sempurna, metode itu bisa membuat saya menulis banyak tema, banyak puisi dan banyak prosa.
Dan bagaimanakah cara kalian semua melahirkan karya cipta, sahabat???
Sabtu, 25 Agustus 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EMBUN
Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau Burung masih memamerka...
-
Malam itu hanya ada gerimis Tak ada teman yang lain Bayi suci menangis di gendongan. Lapar Sedangkan tete ibunya kempes Malam itu kudus Kar...
-
Lusi di langit dengan hati (dalam) perjalanan ke pusat hati (dan) mengetuk pintu hati (ucapkan) selamat datang ke hatiku Seseorang di dalam ...
-
Keriput bukanlah usia Hanya lelah keringat Dan mata yang kelabu abu Tiada pinta hanya nanar Sebenarnya wajah masih diselubungi mimpi L...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar