Engkau adalah bunga akhir abad
Rambutmu lebat sentuh ikal
Hitam berkilat khas pribumi
Wajah bagai lilin tuangan
Lekuk sempurna proporsional
Mata kejora coklat hazel
Ditudung alis lengkung serasi
Hidung bangir bercuping indah
Menggantung bibir merah gairah
Pipi halus menyangga cantik
Kulit putih lembut beludru
Postur seimbang keindahan creole
Tubuhmu wangi gadis remaja
Kecantikan dewi kahyangan
Titisan Nawang Wulan berdarah atas angin
Kau pikul tanggungjawab
Kelas empat ELS pun tiada usai
Dicampakkan dari dunia anak yang lugu
Pada kerja yang menguras keringat dan air mata
Perlahan terampil kau rebut hingga ahli
Memerah sapi hingga cepat dan banyak
Mengawasi panen hingga rapi di gudang
Memimpin dengan tegas dan kasih sayang
Hormati semua yang memberi hidup dan kehidupan
Lincah menegur dan menerima salam
Bak kupu-kupu hinggap di tiap bunga
menebar bahagia dan optimis
Ingatkah ketika aku bertemu ayahanda
Kau dandan cantik berkebaya hijau
Perhiasan menempel di tubuhmu gemulai
Rambutmu digelung tinggi
Jenjang lehermu putih berkalung jamrud
Kau dandan untukku, kata mama
Kita makan malam
Menikmati sapi muda utuh
Tersaji di meja bundar ukiran jepara
Pembicaraan kita seketika putus
Sosok tinggi besar limbung berjalan
Masuk dengan wangi yang keras menusuk
Dan berhenti tepat di depanku
Lalu berteriak lantang
Mengatakan aku monyet
Biarpun berpakaian eropa
Tetap saja inlader rendah cacad adab
Ann, istriku
Bundaku berkata
Kau jelita titisan bidadari
Kecantikan sempurna di pandang mata
Leluhur akan berperang
Memperebutkan ukiran dewata
Hamba keindahan surgawi
Negara akan tumbang
Memohon perhatian jelita
Rajapun masygul ranjangnya tak kau toleh
Ann,
Guruku Mevrow Magda
Sangat memaklumi
Mengapa aku pilih kau bunga keindahan
Setelah fitnah menjalar
Di sekolah ku tahun terakhir
Beliau mafhum sebuah harga yang pantas
Untuk menyunting kecantikan creole sempurna
Beliaupun telah kembali ke negeri atas angin
Melepaskan juangnya karena pengusiran
Kau kata kau masih sering bermanja
Jika malam telah penuh dan bulan mengeluh
Kau datangi peraduan mama luas
Kau benamkan tubuh di balik selimut sulam
Dan dengan aleman kau peluk leher mama
Sambil merengek minta diceritakan masa kecil mama
Setelah usai cerita
Kaupun tidur lelap merangkul mimpi
Waktu kau sakit
Pedalamanmu yang merana
Akupun berpura dokter merawat pasien rewel
Hingga seri wajahmu semu merah kembali
Malam itu,
Setelah menyelesaikan latihan soal aljabar
Tiba-tiba kau menggelandot mohon
Minta ditemani baca cerita pengantar mimpi
Dengan patuh kuikuti kehendak dewi kecantikan
Kupapah ke kamarnya indah bernuansa pribumi
Kau rebahkan diri di dipan
Dan minta diselimuti hangat
Dengan rengek penuh perintah
Kau mohon cerita apapun asal kau mendengar suaraku
Ketika bercerita
Bau perawanmu menghujam kelakianku
Langit tetap berpaku bintang
Dan kami menjadi sekelamin binatang purba
Dari kerapuhan cermin retak
Aku sadari kuat jiwamu
Kau cerita tentang rumput gelagah
Tempat kita lewati ketika berkuda
Ya, disanalah
Disanalah kakak biadab tiada berperi manusia
Menggagahi putih jiwa kecantikan creole
Setelah pengakuan mengguncang jiwa
Akupun tersandera tanya
Jika aku percaya pada kemurnian dewi
Dan malam semakin renta
Anginpun meniup birahi
Kamipun telanjang seperti sepasang asmara
Mengarungi birahi
Kini kau tercerabut dari tanah dewi Sri
Menekuri dingin angin laut utara
Sendiri dengan membawa cinta kita
Kita terpisah karena hukum yang memihak
Kau dalam perwalian saudara
Saudara yang tak pernah memandang
Hingga waktu diputus hukum
Cara lain utuk merampok
Hasil kerja keras pribumi
Pribumi yang tidak berhak karena nasab
dan darah yang mengalir
Tapi kami, aku dan mama, sadar
Kau sedang menjemput kematian
Karena itu kami akan terus berjuang
Melawan sistem menindas
Walaupun kami yakin
Kami akan kalah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EMBUN
Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau Burung masih memamerka...
-
Malam itu hanya ada gerimis Tak ada teman yang lain Bayi suci menangis di gendongan. Lapar Sedangkan tete ibunya kempes Malam itu kudus Kar...
-
Lusi di langit dengan hati (dalam) perjalanan ke pusat hati (dan) mengetuk pintu hati (ucapkan) selamat datang ke hatiku Seseorang di dalam ...
-
Keriput bukanlah usia Hanya lelah keringat Dan mata yang kelabu abu Tiada pinta hanya nanar Sebenarnya wajah masih diselubungi mimpi L...
Puisi "BUNGA DI SEKITAR SANG PEMULA: ANN" menggambarkan potret seorang wanita bernama Ann, yang digambarkan dengan kecantikan luar biasa baik dari segi fisik maupun kepribadian. Puisi ini membangkitkan nuansa nostalgia dan romansa yang diliputi oleh ketidakadilan sosial dan diskriminasi, yang mungkin menjadi latar belakang historis dalam kolonialisme.
BalasHapusPada bagian awal, Ann disanjung sebagai sosok wanita dengan ciri fisik yang sangat memukau, diibaratkan sebagai titisan dewi yang penuh pesona. Namun, seiring berjalannya narasi, terlihat bahwa Ann juga harus menanggung beban tanggung jawab berat di usia muda, menggantikan masa kecilnya yang terampas oleh pekerjaan keras.
Kisahnya semakin mendalam ketika muncul adegan romantis antara Ann dan pasangannya, di mana kecantikan dan kelembutannya menghadirkan cinta yang mendalam. Namun, ada luka dan trauma dalam kehidupannya, termasuk penindasan dan kekerasan yang dialami.
Di bagian akhir, puisi ini menyentuh isu ketidakadilan dan perbedaan kelas yang memisahkan Ann dari kekasihnya. Ada penyesalan dan kesadaran bahwa perjuangan melawan sistem yang menindas sangat berat dan kemungkinan besar berakhir dengan kekalahan. Meski demikian, ada semangat untuk terus melawan.
Puisi ini kompleks, memadukan romansa, kecantikan, penderitaan, dan kritik sosial dalam satu rangkaian narasi yang sangat puitis.