Jumat, 31 Agustus 2018

BUNGA DI SEKITAR SANG PEMULA: SAR & MIR

Tatap mata kalian heran tawarkan selidik
Memandang pribumi, Jawa, mengunyah kikuk
Sebelah kaki menginjak budaya adiluhung
Sebelah yang lain mengecap pengetahuan modern
Kalian wakil peradaban maju
di bumi pribumi bermakna feodal
Alumni tengil memplonco adik kelas lugu ragu
Kalian benamkan semua harap pembaharuan
di kepala bertudung blangkon penuh tanya
Kalian ejek peruntunganku nan gemilang nun di depan
Kalian cemooh hidupku dengan istri dan selir
Juga kuasa yang menindas kawula alit
Kalian kata pribumi bangsawan wajib terima garwa
Berdarah murni eropa atau indo
Agar tidak semena-mena pada wanita dan ibu
Kalian tertawa lepas nampak geligi
Tanpa tabu mengungkung
Kita bersanding di bangku taman
Aku memeluk diam yang menggigil didera patuh
Kalian terus mencecar dan mendobrak perisai akalku
Kalian laksana jembatan peradaban
Menjejalkan pokok pikir
menyandera ketidaktahuan ku yang papa
Mengerut jiwa mencoba bebas beban pencerahan
Sar, kabarmu putus oleh jumlah rotasi mentari
Semoga peruntungan tetap memihak persahabatan kita
Mir, demi anak kau beri durjana dosa birahi di pangkuanku
Kita seperti binatang menoleh dari sibuk suamimu
Ketika kau kandung buah hatimu sayang
Aku hanya termangu menatap perutmu buncit
Aku yakin buah itu tidak kau petik dari diriku
Sebab aku mandul, Mir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...