Sabtu, 08 Desember 2018

RUMAH TIADA PINTU

Rumah tiada pintu dengan sokoguru kayu gaharu
Berdiri murung di atas bukit penantian
Atapnya rumbia dijalin dari pelepah langit
Menepis hujan pertama musim gulana
Dan panas gerhana malam tanpa bintang
Angin berhembus masuk menyapa setiap sepi

Rumah tiada pintu bercat suram temaram
Aksennya menjadi sebentuk jendela hati
Hiasan renda putih mengusik buram kaca
Sepotong pedih teraling sepanjang teralis
Memisahkan luasan dunia berwarna harapan
Dari sempit kecewa di ruang senyap

Rumah tiada pintu mendongak congkak
Tegak sendiri di hamparan rumput lamping bukit
Jalan setapak menanjak miring belok berkelok
Mengiringi langkah menginjak jejak kepastian
Di punggungnya batu padas tertanam menghujam
Pagar bata hijau lumut memisah dunia fana

1 komentar:

  1. Puisi "RUMAH TIADA PINTU" yang kamu tulis menggambarkan suasana rumah yang penuh dengan simbolisme kesepian, keterasingan, dan perpisahan. Rumah tanpa pintu ini menjadi metafora yang kuat, mengisyaratkan keterbatasan atau ketidakmampuan untuk membuka diri, baik dari dalam maupun luar. Sokoguru kayu gaharu memberikan kesan kekuatan, namun kesepian rumah di atas bukit penantian menunjukkan ada sesuatu yang hilang, terkurung dalam waktu dan perasaan.

    Penggunaan elemen alam seperti atap rumbia yang berasal dari pelepah langit dan hujan gulana, menguatkan suasana muram yang dirasakan. Jendela hati yang buram dan teralis yang memisahkan dunia harapan dari ruang kecewa memberi sentuhan emosional yang mendalam, seolah ada ketidakmungkinan untuk menggapai sesuatu yang diinginkan.

    Secara keseluruhan, puisi ini menciptakan kesan yang kuat tentang keterasingan, ketidakmampuan, dan mungkin juga penyesalan yang tertutup rapat di dalamnya. Apakah ada inspirasi khusus di balik puisi ini?

    BalasHapus

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...