Kamis, 03 Januari 2019

IMPIAN KEBEBASAN YANG MEMATIKAN

Terkadang awan melukis diri melampaui imajinasi
Warnanya pun berubah-ubah sesuai sudut pandang
Dengan heroik mencuri warna emas milik matahari
Dan menyematkan putih pada biru langit
Dengan lembut selimuti bulan hingga sinarnya terbungkus rindu

Terkadang warna adalah kombinasi darah, kelam dan kilau kemilau
Membentuk busur pelangi di awan hujan
Simpulnya tertanam di awal mimpi
Dan ujungnya tenggelam di kubangan sekeruh lumpur

Terkadang jarak tertindih waktu hingga ruang berganti dengan lekas
Setiap fragmen tiada jeda hanya meloncat berpindah kisah
Waktu yang menindih tak pernah melewati mimpi
Hanya berkutat di penjara dimensi

Terkadang cerita sebagai monochrome yang sama
Ketakutan yang semakin sadis intensitasnya
Berbaur menjadi kenyataan setiap tualang
Menyisakan keringat dingin dan terperangkap di dasar khayal

Ketika mimpi yang bergerak liar telah kembali teduh
Mata belalakkan di gelap hangat kamar
Mencoba menangkap kelebat sinar yang mengedip di balik kelambu

Tubuh terbujur tiada gerak menolak setiap sinyal otak
Dada terasa menghimpit menahan tekanan beban
Nafas memburu karena sesak mencekik
Namun kesadaran penuh mengawasi setiap inci tubuh

1 komentar:

  1. Puisi ini menggambarkan mimpi kebebasan yang ternyata justru mengungkung dan menekan. Awan, dengan gambaran dramatisnya, menjadi simbol dari harapan dan impian yang indah, namun tak jarang terperangkap oleh kenyataan yang kelam. Busur pelangi yang terbentuk dari darah dan kegelapan mewakili kontradiksi antara keindahan dan penderitaan, sementara waktu yang melompat tanpa henti merepresentasikan hilangnya kontrol atas kehidupan.

    Bagian terakhir menyajikan gambaran fisik dari kegelisahan, dimana tubuh dan pikiran terperangkap dalam kondisi antara mimpi dan realitas. Ini memberikan kesan bahwa kebebasan yang diimpikan ternyata tidak membawa kedamaian, melainkan kecemasan dan tekanan.

    BalasHapus

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...