Kamis, 31 Januari 2019

JANGAN SIA-SIAKAN WAKTUKU

Semangat bawa kita ke ranah liar. Eksotis
Seperti reklame paksakan pandang pada kemasan dusta
Nafsu adalah nama tengahnya jika tengah tualang
Dengan segala aksesoris indera yang dikehendaki tubuh
Bisikan tak jemu mencuci otak
Membombardir dengan dogma kenikmatan
Jika jejaknya dilacak hingga purwa
Perangkap menjadi tanda di tiap langkah
Tanpa menanti detik, langsung menikam, menerkam
Melahap setiap akal sehat yang berkecambah
Menutup sudut mata dengan secarik ragu
Membiarkan segala yang fana beraroma baka
Hingga ruang dan waktu beralih posisi
Segala kesiaan adalah buah getirnya
Tak bercampur keduanya kecuali beranak duka
Ketika usia telah di ujung tanduk
Jalan telah mengerucut ke satu arah
Hamparan setelahnya adalah nihil
Karena itu, jangan sia-siakan waktuku, hai tubuh renta

1 komentar:

  1. Puisi "JANGAN SIA-SIAKAN WAKTUKU" ini seolah menggambarkan pergulatan batin antara kesadaran akan kefanaan hidup dan godaan kenikmatan dunia yang bersifat sementara. Melalui penggambaran yang liar dan eksotis, puisi ini membingkai waktu sebagai sesuatu yang berharga, namun sering kali diabaikan karena daya tarik yang menjebak. Tubuh renta dalam puisi ini menyiratkan sebuah refleksi tentang perjalanan hidup yang hampir mencapai titik akhirnya, mengingatkan kita untuk tidak terjebak dalam ilusi yang memperdaya.

    Ada ketegangan antara akal sehat dan nafsu, yang selalu saling bersaing dalam ruang waktu kita. Melalui puisi ini, terlihat bahwa segala kesiaan hanya melahirkan penderitaan, terutama saat menyadari bahwa waktu tak dapat diulang. Makna yang dalam ini memicu kesadaran akan pentingnya menghargai setiap detik dan tidak terperangkap dalam kesenangan semu.

    BalasHapus

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...