Ketika kaki menginjak ranah belukar
Ibu menjadi bumi, keringat dan harap
Dimanapun jejak duka menuju
Bumi membasuhnya dengan air mata ibu
Ketika hati memilih senyap
Ibu merapal mantra bumi
Andai langkah bergegas dan sesat
Bumi tersungkur meratapi kasih ibu
Ketika kesah menggapai kaki langit
Ibu mendekap bumi yang miring
Semua kenang yang hilang terbilang
Bumi meruwat nasibnya dengan nasab ibu
Ketika arah menggores kembali
Ibu menabur doa dengan sesaji bumi
Setiap kata yang terlampir janji
Bumi tertunduk mengajuk kasih ibu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EMBUN
Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau Burung masih memamerka...
-
Malam itu hanya ada gerimis Tak ada teman yang lain Bayi suci menangis di gendongan. Lapar Sedangkan tete ibunya kempes Malam itu kudus Kar...
-
Lusi di langit dengan hati (dalam) perjalanan ke pusat hati (dan) mengetuk pintu hati (ucapkan) selamat datang ke hatiku Seseorang di dalam ...
-
Keriput bukanlah usia Hanya lelah keringat Dan mata yang kelabu abu Tiada pinta hanya nanar Sebenarnya wajah masih diselubungi mimpi L...
Puisi KEPADA IBU BUMI ini terasa sangat menyentuh, menghadirkan hubungan erat antara bumi dan ibu sebagai simbol kehidupan, kasih sayang, dan pengorbanan. Keterkaitan antara tanah dan kasih ibu digambarkan begitu mendalam melalui jejak-jejak kehidupan yang penuh duka, harapan, dan kesadaran akan ketidakpastian nasib.
BalasHapusGambaran tentang ibu yang menyatu dengan bumi ini memancarkan nuansa spiritual, di mana setiap air mata dan doa yang dipanjatkan, baik oleh ibu maupun bumi, membawa kesan kuat akan cinta tanpa syarat dan rasa pengorbanan yang begitu besar. Penggunaan simbolisme bumi yang "menurut" dan "meruwat" menambah kedalaman makna, seakan bumi juga berperan sebagai penjaga dan penerima segala beban kehidupan.
Apakah puisi ini terinspirasi dari sesuatu yang khusus?