Kamis, 17 Januari 2019

RUANG PENUH CERMIN

Kamar? Sepertinya tidak
Sebab ruang itu, ruang berukuran 2x3 meter, dibuat hanya menempel di tembok utama
Persis seperti benalu

Tembok utama rumah dilubangi seukuran pintu
Lalu tanah di sekitarnya ditutupi bata
Tanpa penguat rangka besi

Atapnya hanya separuh dan ditutupi asbes
Lantainya semen tipis dan kasar
Temboknya dilabur kapur dan lembab
Tanpa jendela
Jika kemarau panas, jika musim hujan dingin dan basah

Masuk ke kamar lewati pintu tanpa kusen
Dibatasi gorden lusuh berwarna luntur
Memisahkan dengan ruang belakang

Di dalam kamar ada kursi dan meja kecil
Di meja terletak cermin bundar dan sisir plastik
Buku pelajaran solat dan 1001 tafsir mimpi
Sebuah buku tulis lusuh bergambar penyanyi kondang
Mejanya ditutup taplak batik merah kusam

Kursi. Sebuah kursi penjalin
Tempat banyak waktu dimamah
Selain kasur lusuh di pojok

Menghisap rokok kretek murahan
Baranya kadang meletik melubangi baju
Sekali-kali menyeruput kopi jagung tumbukan si Mbok
Khayalan naik ke langit-langit diterpa asap rokok
Bau rokok menepel di setiap sudut,
seperti semua kenangan dan harapan yang kotori laburan kapur

Mimpi adalah menu utama ketika hening cipta
Kursi berderit ikuti gerak tubuh yang beganti karena pegal
Kaki dinaikkan ke meja dan pikiran berlanjut berkelana liar

Ketakutan berkerenyit di kening
Bayangkan masa depan
Pintapun tiada kata berani
Hati terus mengkerut
Jika dan jika segala jika menjadi kebenaran
Keberanian kadang melepas angin segar
Mengantar pikiran positif
Seperti riak kecil di gelombang putus asa karena takut yang merajut

Kopi telah tuntas
Rokokpun nyaris habis
Malam kian renta
Dan sepi hanya berkawan dengan cicak yang berburu makan malamnya

Aku tetap di kursi
Menggoyang kursi
Hingga derita berirama monoton
Dan aku tetap sendiri tiada kantuk
Hanya lelah hati dan pikir

Jika kantuk tetap belum mampir, namun lelah menghampir
Petualangan khayal kupindahkan ke ranjang beralas sprei butut
Dan letakkan kepala yang penuh dengan soal di bantal yang telah hilang empuknya

Tubuh telentang melepas lelah
Mata terpejam menatap fragmen khayal dan pikir
Setiap lembar pikir, kebanyakan jelek dan rusak, silih berganti mengganggu cemas
Hanya hati kadang ingatkan bahwa tidak semua lembar kusut
Kadang ada harap menyeruak

Kantuk belum mampir
sedang lelah telah pudar
Mata membuka menatap sudut tembok lembab
Tiap incinya tertera tiap gundah dan harapan
Berseliweran mendera otak

Cicak kembali berebut kepingan rindu
Nyamuk berbisik di kuping memohon setitik darah
Kecoa hilir mudik mengukur luasan kamar
Semut berbaris bawa remahan mimpi semalam

Jarum jam telah condong di Timur
Malam semakin renta
Bayangan di tembok tetap jadi bayangan
Semua menuduh menunjuk ketidak becusan
Tubuh kian tersudut di kasur apek
Tersungkur tanpa sisa sanggah
Walau nurani membela

Capai berbaring
Tubuhpun bangun
Letakkan penat di ujung peraduan
Mata nanar menatap tembok bisu
Sayup terdengar suara azan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...