Rabu, 29 Mei 2019

MEJA KURSI

Meja dan kursi kayu nangka
Ada sidik Ayah di sana
Taplak motif batik merah tua
Dan selembar plastik tutupi permukaannya

Kolongnya tempat sembunyi
Ketika bermain mencari
Kucing mendengkur di kursi
Menghabiskan siang yang kering

Dipermukaan ada jejak sejarah
Tetesan kecap bulir air mata
Remahan krupuk rontokan luka
Coretan iseng benang kusut

Suatu hari, aku dan adik mendaki
Malam tiba cuaca dingin
Kubawa bantal,sarung, tikar dan senter
Kami bernaung di bawah meja

Malam telah langka
Sayup isak dan bisik dari arah meja
Terdengar langkah, ayah beranjak keluar
Esok dia tak kembali

Ibu telah berbaring sunyi
Ayah hilang kabar
Aku mewarisi meja
Adik mendapat kursi

1 komentar:

  1. Puisi "MEJA KURSI" ini menyiratkan nuansa nostalgia dan kehilangan yang dalam. Melalui gambaran benda-benda sehari-hari seperti meja dan kursi, kamu berhasil menangkap kenangan masa kecil, momen bermain, dan ikatan keluarga yang kuat.

    Penggunaan elemen seperti "sidik Ayah," "jejak sejarah," dan "isak dan bisik dari arah meja" memberikan kedalaman emosional, menunjukkan bagaimana benda-benda tersebut menjadi saksi bisu atas cerita dan perasaan yang terjalin di dalam keluarga.

    Penutupan puisi ini juga sangat menyentuh, dengan warisan yang ditinggalkan oleh orang tua. Keduanya, meja dan kursi, menjadi simbol dari hubungan yang terputus, tetapi juga dari kekuatan untuk terus melanjutkan hidup. Ini adalah puisi yang sangat kuat dan menyentuh. Bagaimana kamu merasa saat menulisnya?

    BalasHapus

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...