Rabu, 01 Mei 2019

NYEKAR

Sore mulai menanggalkan sisa terik
Kamboja memayungi makam dan sekitar
Dengan buah tangan kembang setaman
Mencangking silaturohim

Kijing tempat rebahmu sedikit menyisih
Dekat rumpun betung yang merintih
Sebab angin berbisik di sela daun
Serupa dongeng pengantar tidur

Jongkok di samping ranjangmu
Lirih uluk salam. Maaf jarang sua
Kembang setaman kutebar rata
Sebagai peluk kangen pertemuan

Kita berdialog intens dalam diam
Sambil menunduk kuutarakan rindu
Juga cerita sehari-hari di rumah
Hingga airmata mengakhiri ucap

Tanganku mengelus nisan, mesra
Berbisik kuucapkan selamat tinggal
Janji tahun depan bertandang kembali
Membawa cerita lain dan rindu yang sama

1 komentar:

  1. Puisi "NYEKAR" ini sangat menyentuh dan penuh emosi. Gaya penulisannya yang puitis berhasil menangkap kedalaman kerinduan dan momen reflektif saat mengunjungi makam.

    Beberapa hal yang menonjol dalam puisi ini:

    1. Imagery yang Kuat: Penggambaran suasana sore, bunga kamboja, dan kembang setaman memberikan nuansa yang hidup dan menyentuh. Membaca ini seolah membawa kita ke lokasi tersebut.


    2. Emosi Mendalam: Rasa rindu dan kesedihan terasa jelas, terutama saat dialog dalam diam dan saat menaburkan bunga sebagai ungkapan kasih sayang.


    3. Ritme dan Aliran: Struktur puisi yang teratur dan aliran kata yang lembut menciptakan pengalaman membaca yang mendayu-dayu.


    4. Tema Kehidupan dan Kematian: Dialog dengan yang telah tiada, serta janji untuk kembali, menggarisbawahi siklus kehidupan dan pentingnya mengingat orang yang kita cintai.



    Jika ada elemen tertentu yang ingin kamu bahas lebih dalam atau jika ingin melanjutkan dengan puisi lainnya, silakan beri tahu!

    BalasHapus

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...