Kamis, 09 April 2020

AKHIRNYA ISYA

Ketika itu yang mbaurekso bangun dari mimpinya
Suara adalah malam yang kian silam
Kepak sayap kelelawar bersinggungan dengan dedaunan
Lampu berkedip di setiap kaca rumah
Mengusir gelap keluar dari kenyamanan
Menggebahnya ke pelosok kebun
Mengundang serangga sebagai altar kematian

Adik digendong emak di amben
Mulutnya mengecap tetek
Tangannya menggerayangi renda daster
Matanya, bening, mengantuk
Memandang terpana bibir emak yang bergumam
Senandungkan lagu tentang malam yang lelap

Suara anak kecil melantunkan pujian
Dengan logat medok dari pengeras surau
Menanti mbah modin menuju pengimaman
Dengan nyaring mengetuk setiap pintu
Uluk salam pada bulan yang pucat
Menyibak malam beraroma angin lembut

Pria dengan kopiah dan sarung
Wanita mengenakan mukena putih
Berjalan ke satu arah. Kiblat
Di beranda surau melewati bedug
Mereka terpecah dan berpisah
Ke kiri dan kanan melewati pintu nasib yang kelupaan
Membentuk barisan dan doa
Gelisah menanti aba-aba mbah modin

Abah pulang dari sawah
Habis memeriksa pematang dan gili-gili
Kakinya dilumasi lumpur
Paculnya dipanggul di bahu
Sejenak beristirahat di amben beranda belakang
Menyapih keringat dan kering
Lalu masuk ke jeding diterangi teplok
Membersihkan diri

Keluar dari jeding rambutnya basah
Pakaian telah berganti singlet dan kolor
Langkahnya perlahan menuju kamar utama
Di dalam, emak tetap menggendong adik di amben
Mulutnya tidak lepas dari pentil dan matanya telah meram

Baju koko dan sarung di gantungan diambil lalu dipakai
Digelarnya sajadah menghadap tembok
Dengan khusyu kedua tangannya diangkat. Bertakbir
Abah sholat isya sendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...