Tutup saja gerbang itu
Sebab cinta tidak melintas
Jangan biarkan rodanya berderit
Menanti lengan menariknya dari waktu
Adalah malam yang menegaskan gerbang pada rindu
Hingga catnya kelupas dan melahirkan karat
Bahkan kabarnya pun serupa angin lalu
Hanya berhembus sepoi lewati mimpi
Tutup saja gerbang itu
Sebab orang asing bisa mengintip ke dalamnya
Dan hati yang durjana putih mata
Memanggul serakah lewati batas
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EMBUN
Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau Burung masih memamerka...
-
Malam itu hanya ada gerimis Tak ada teman yang lain Bayi suci menangis di gendongan. Lapar Sedangkan tete ibunya kempes Malam itu kudus Kar...
-
Lusi di langit dengan hati (dalam) perjalanan ke pusat hati (dan) mengetuk pintu hati (ucapkan) selamat datang ke hatiku Seseorang di dalam ...
-
Keriput bukanlah usia Hanya lelah keringat Dan mata yang kelabu abu Tiada pinta hanya nanar Sebenarnya wajah masih diselubungi mimpi L...
Puisi "TUTUPLAH PINTU GERBANG" ini memiliki tema tentang perlindungan dan batas terhadap sesuatu yang tidak lagi seharusnya hadir, seperti cinta yang sudah berlalu. Gerbang dalam puisi ini menjadi simbol dari pembatasan atau penolakan terhadap kenangan atau cinta yang telah usang. Metafora seperti "roda berderit" dan "catnya kelupas" menggambarkan betapa waktu telah merusak dan melewati momen-momen tersebut.
BalasHapusPernyataan "Tutup saja gerbang itu" diulang, memberikan kesan kuat untuk menutup akses pada hal-hal yang mungkin menyakitkan atau penuh nostalgia yang tidak sehat. Hati yang "durjana putih mata" serta "memanggul serakah" juga bisa melambangkan ancaman dari luar yang berusaha menerobos batas tersebut.
Apa ada inspirasi khusus di balik puisi ini?