Rabu, 07 Oktober 2020

WARISAN

Matamu buah badam
Bulat dengan binar yang hidup
Selalu riang penuh antusias

Dekik di pipimu ada begitu saja
Ketika bibirmu mengembang senyum
Membuat warna kulitmu kian tanah

Sewaktu bicara kicau prenjak
Seluruh tubuhmu bergerak
Menatap, mendongak, mengangguk

bahkan rambutmu surai kuda poni
Memenuhi udara dengan gairah
Seperti lebah menari 

Demikian engkau mewarisinya
Seperti sewaktu muda 
Ketika kakek terpana


1 komentar:

  1. Puisi "WARISAN" ini menggambarkan dengan indah tentang warisan fisik dan karakter yang diturunkan antar generasi. Dengan metafora yang kuat seperti "matamu buah badam" dan "rambutmu surai kuda poni", penulis menekankan ciri-ciri fisik dan energi hidup yang diwariskan dari masa muda seseorang hingga keturunannya.

    Ada keseimbangan antara penggambaran fisik (seperti mata, pipi, senyum, dan rambut) dengan ekspresi emosional dan semangat hidup. Gerak tubuh yang hidup dan antusiasme ketika berbicara menunjukkan bahwa warisan ini lebih dari sekadar fisik—ada gairah dan semangat yang diteruskan. Pada akhirnya, puisi ini merangkum kekaguman terhadap keturunan yang tampaknya mewarisi daya tarik dan pesona masa muda seorang kakek.

    BalasHapus

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...