Jumat, 27 November 2020

DALAM KEKUASAAN KITA PERCAYA

Semenjak kekuasaan bekerjasama melawan nasib
Baik dan buruk tercampur aduk
Bisa menjadi kiri dan radikal
Atau malah kanan ekstrim
Memang sesekali populis agar suara tetap dalam genggaman

Agama ageming ati nampaknya hanya slogan
Karena halal haram hilang keramat
Ketika semua telah jubah
Maka kekuasaan akan langgeng di atas angin

Kekuasaan memang mencari maqomnya sendiri
Seperti cahaya di kemaluan Dedes
Namun para penguasa membuat jalan pintas menuju wahyu
Dengan mengajarkan seluk beluk rahasia menjadi penguasa
Kepada keluarganya kepada trahnya

1 komentar:

  1. Puisi ini tampak mengandung kritik terhadap kekuasaan yang sering kali dicampuri oleh kepentingan pribadi maupun kelompok. Simbolisme yang digunakan, seperti "cahaya di kemaluan Dedes," merujuk pada figur historis dan mitologis yang memiliki kaitan dengan kekuasaan yang diwariskan atau diambil dengan jalan tertentu, di luar jalur semestinya. Kritik terhadap manipulasi agama dan populisme sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan juga terasa kuat, menyampaikan bahwa kekuasaan sering kali kehilangan substansi moralitasnya demi kepentingan politik. Terasa adanya sindiran tajam terhadap bagaimana kekuasaan diraih dan dipertahankan, sering kali dengan cara yang melanggar nilai-nilai luhur.

    Apa inspirasi di balik puisi ini?

    BalasHapus

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...