Jumat, 01 April 2022

BULAN HARAM

Tiba-tiba Ramadhan bertandang lagi 
Lalu diam dan menanti di teras senja
Dengan santun mengetuk pintu
Wajahnya yang manis kurma nampak di sejauh horizon
Datangnya ditemani hujan dan angin

Ku sambut Ramadhan dengan riuh 
Minyak goreng yang meroket
Bensin yang membumbung
Kebutuhan sehari-hari yang kian jauh dijangkau
Serta kemarau yang sembunyi entah di mana

Ramadhan tetap datang
Membawa oleh-oleh
Lapar dan haus
Saur dan buka
Waktu yang melambat
Tarawih
Qiroatul Qur'an
Malam Qodar
Ampunan
Dengan hadiah utamaNya, Fitri!. 

1 komentar:

  1. Puisi ini menggambarkan kedatangan bulan Ramadhan dengan berbagai dinamika sosial dan spiritual yang menyertainya. Kontras antara keindahan Ramadhan yang penuh berkah dan realitas kehidupan yang semakin sulit, seperti kenaikan harga kebutuhan pokok dan masalah cuaca, menambah kedalaman makna dalam sambutan tersebut. Meski menghadapi tantangan, Ramadhan tetap menawarkan ketenangan, harapan, dan pengampunan, dengan puncaknya pada Fitri sebagai penutup yang suci. Kombinasi antara narasi sosial dan religius ini menciptakan resonansi yang kuat.

    BalasHapus

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...