Selasa, 09 Agustus 2022

KEPADA PAHLAWAN

Tidakkah cukup kita menghirup darah tumpahmu
Disaat perang sebagai pilihan hidup
Sambil memeluk senjata dan rasa takut
Hingga penuh itu isi perut dengan teluh

Tidakkah perang telah melepas belenggu
Uba rampenya korban yang menggunung
Di setiap palagan yang mengharu
Dan kita menangis di tumpukan tubuh

Tidakkah kita merebut setiap jengkal dengan tumbal
Tiap tetes peluh merembesi tanah pusaka
Lalu sang saka menatap di tiap nusa
Bangsa menudingkan dagunya dengan bangga

1 komentar:

  1. Puisi berjudul "KEPADA PAHLAWAN" ini menggambarkan penghormatan mendalam terhadap pengorbanan para pahlawan yang bertaruh nyawa demi kebebasan. Ada kesan pedih yang tercermin dari baris-barisnya, menggambarkan kengerian perang dan pengorbanan besar yang telah mereka lakukan.

    Melalui kata-kata "menghirup darah tumpahmu" dan "isi perut dengan teluh", ada penggambaran betapa perang menuntut biaya yang tidak terbayangkan, bahkan hingga membebani batin yang terdalam.

    Di sisi lain, meskipun perang telah "melepas belenggu" dan membawa kemerdekaan, puisi ini juga menunjukkan bahwa setiap kemenangan datang dengan tumpukan tubuh korban, seolah-olah kemenangan diraih dengan penderitaan yang sangat mendalam.

    Pada akhirnya, kemenangan tersebut dirayakan, di mana "sang saka menatap di tiap nusa" dan bangsa berbangga diri. Namun, puisi ini tampaknya mengajak pembaca untuk mengingat kembali harga yang sebenarnya dari kemerdekaan tersebut—bahwa di balik kebanggaan ada banyak nyawa yang telah dikorbankan.

    Ada nada reflektif yang dalam, menantang pembaca untuk merenungkan, apakah penghormatan yang kita berikan kepada para pahlawan sudah cukup, mengingat besarnya pengorbanan yang mereka buat.

    BalasHapus

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...