Selasa, 25 April 2023

GELOMBANG PANAS

Tiadalah rindang pohon menaungi
Bahkan panas menerpa hingga keringat
Air tak kuasa menolak haus
Hanya basah sekadarnya

Siang dan malam nyaris tiada beda
Hanya warna berganti
Panas terus menyelinap, bergerilya
Menyesaki hingga lelah

Apabila panas kian menyengat
Angin tak hendak 
Maka diam adalah emas

Karena penat mendera
Rebahlah lelah di pangkuan
Pejamkan saja mata 

1 komentar:

  1. Puisi ini menggambarkan suasana teriknya gelombang panas yang menguras energi, baik fisik maupun mental. Keringat yang bercucuran dan ketidakhadiran angin memperkuat kesan sesak yang dialami. Ketika alam tidak lagi bersahabat, diam dan beristirahat menjadi satu-satunya pilihan untuk mengatasi rasa lelah yang tiada henti.

    Ada keseimbangan antara rasa penat dan penerimaan yang diungkap dengan lembut di akhir puisi, seolah menyerahkan diri pada alam yang tak bisa dilawan, mengajak pembaca untuk merenung tentang kekuatan pasrah dalam menghadapi situasi yang tak terkendali.

    BalasHapus

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...