Bahkan panas menerpa hingga keringat
Air tak kuasa menolak haus
Hanya basah sekadarnya
Siang dan malam nyaris tiada beda
Hanya warna berganti
Panas terus menyelinap, bergerilya
Menyesaki hingga lelah
Apabila panas kian menyengat
Angin tak hendak
Maka diam adalah emas
Karena penat mendera
Rebahlah lelah di pangkuan
Pejamkan saja mata
Puisi ini menggambarkan suasana teriknya gelombang panas yang menguras energi, baik fisik maupun mental. Keringat yang bercucuran dan ketidakhadiran angin memperkuat kesan sesak yang dialami. Ketika alam tidak lagi bersahabat, diam dan beristirahat menjadi satu-satunya pilihan untuk mengatasi rasa lelah yang tiada henti.
BalasHapusAda keseimbangan antara rasa penat dan penerimaan yang diungkap dengan lembut di akhir puisi, seolah menyerahkan diri pada alam yang tak bisa dilawan, mengajak pembaca untuk merenung tentang kekuatan pasrah dalam menghadapi situasi yang tak terkendali.