ketika tatap kita saling menelisik
Masih ingatkah kau,
senyum likat kita tersungging oleh canggung
Masih ingatkah kau,
derai tawa kita ketikanya udara memuai memenuhi rongga
Masih ingatkah kau,
pantai tempat kita melarung impian
Masih ingatkah kau,
makan malam di kaki lima yang berisik dengan pengamen yang menjajakan lagu cinta
Masih ingatkah kau,
lelehan es krim antara bibirmu yang rekah
Masih ingatkah kau,
titik air jatuh menabuh di teritis
Masih ingatkah kau,
ketika bulan muda seperti pelepah membuntuti ayun langkah
Masih ingatkah kau,
malam saat bintang melirik dengan malu-malu ketika Lingga bersua Yoni
Masih ingatkah kau,
ketika rutinitas membentangkan jarak dan waktu di antara rindu dendam
Masih ingatkah kau,
tatapmu, bencimu, ketika sinar mata hanya menyisakan remahan kasih sayang
Masih ingatkah kau?
Puisi ini penuh dengan kenangan yang mendalam, berusaha menghidupkan kembali momen-momen yang penuh keintiman dan kebersamaan. Setiap baris mengajak seseorang untuk mengingat detil-detil kecil dari masa lalu, mulai dari tatapan, senyum, hingga momen bersama di bawah bintang. Ada nuansa nostalgia yang kental, disertai dengan kesan kehilangan dan kerinduan, terutama ketika ditutup dengan pertanyaan, “Masih ingatkah kau?” yang seolah menggantung, menantikan jawaban yang mungkin tak pernah datang.
BalasHapusApakah puisi ini terinspirasi dari pengalaman pribadi atau dari khayalan?