Minggu, 25 November 2018

AKU TAK TAHU CARA MENCINTAIMU

Lidahku kerap kelu mendelu
Hatiku berdebar tiada nyaman
Bahasa tubuhmu mengajuk
Merajuk pinta bahagia
Tatap matamu tajam menggugat
Menghujam dalam diantara kikukku
Tersungkur harga diriku
Menggapai mencari pegangan
Untuk menopang ragu sikapku
Namun hati tersandera keinginan
Sedang diammu tiada kata tolak

Satu ketika kau mendatangi gugupku
Kau rebahkan keinginan di malam purnama
Kulit kita bersentuhan saling mengecap rindu
Debarmu lembut mengajak
Memanggil bisik jiwaku sepi
Diiringi senandung lirih serenada
Kau kecup diamku dengan gairah
Kau belai segenap pasrah
Kau genggam setiap isyarat rahasia
Hingga aku hilang sadar
Terdampar pada bahagia yang asing

Ketika kita kembali kenakan topeng
Berukir santun bermakna norma
Langkah kita saling membelakangi takdir
Tubuh tetap rebah berdampingan
Mimpi terpisah oleh pejam malam
Makan di piring yang sama
Dengan lengan yang satu
Dan saji lauk beralas sahaja
Pendek kita berucap
Sedikit kita bercakap
Bertemu di ruang sepi berperi
Diam dan asyik dengan pikiran sunyi
Perlahan bayang kita semakin menjauh
Tanpa toleh tiada tegur apalagi sapa
Mencari sibuk di waktu yang berselisih
Terasing dalam biduk bernama rumahtangga

1 komentar:

  1. Puisi ini menggambarkan dinamika cinta yang rumit dan penuh keraguan. Dengan bahasa yang penuh simbol dan emosi, puisi ini menyiratkan pergulatan batin dalam mengungkapkan perasaan dan berkomunikasi. Ada ketidakmampuan untuk mengekspresikan cinta secara verbal, namun dalam keheningan dan tindakan, hubungan tersebut tetap terasa, meski penuh dengan rasa canggung dan kebisuan.

    Bagian awalnya menggambarkan kesulitan untuk mencintai dan bagaimana rasa takut serta ketidakpastian mendominasi. Namun kemudian, ada momen keintiman dan penerimaan dalam keheningan, meski akhirnya hubungan kembali dibatasi oleh "topeng" dan norma sosial, membuat mereka semakin terpisah, meskipun fisik mereka masih bersama. Puisi ini memadukan perasaan cinta, kebingungan, keintiman, dan jarak secara halus dan mendalam.

    BalasHapus

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...