Selasa, 29 Juni 2021

JUNI DI ATAS BANTAL

Gerimis berjingkat hati-hati
Sembunyikan suaranya yang ritmis
Melangkah tanpa tinggalkan desis
Agar Juni tetap rebah dalam mimpi

Juni bertelekan musim
Berselimut angin sepoi Selatan
Bulan telah sabit tanda perpisahan
Di jendela mengucap salam

Juni di atas bantal
Terasing oleh sunyi yang baka
Bediding pun hilang lenyap

Juni di atas bantal
Semusim telah lewat
Mengerek langit dengan hujan

Senin, 28 Juni 2021

ADA APA DENGAN JUNI?

Selain puisi gerimis hujan
Anak-anak bermain di pelataran
Jendela tertutup tertiup angin selatan
Suasana kian temaram

Suara hujan tetap tak berubah
Bau tanah basah
Rintik yang lirih
Perlahan dingin mengambil alih

Hujan telah melintasi Juni
Karena senyuman gadis kecil
Namun yang datang hanya gerimis

Di akhir hujan, Juni tetap
Daun berguguran kerap
Jatuh di tanah lembab

Minggu, 27 Juni 2021

MASKER

Sekedar masker telah budaya
Sebab pandemi menjadi tetangga
Bahkan bahagian sanak kadang
Berbaur lewat musim hingga bertebaran

Demikian masker lebih lima sempurna
Dengan aneka corak yang warna
Wajah hanya mata dan nyalang
Para muda sebagai pelengkap penderita

Maka masker sebuah kewajiban
Berserak dimana tempat
Hanya pemandangan biasa
Nyaris seperti nafas sendiri

Jumat, 25 Juni 2021

SEBUAH LAGU

Ketika itu musik memenuhi ruang
Iramanya mengantar pada ingatan
Mengikatnya pada bilah waktu
Dan aku duduk terpaku

Ketika lagu dinyanyikan
Pintu kenangan terbuka lebar
Mendatangi setiap lamunan
Bersemayam dalam syair

Ketika usai lagu 
Tubuh dihempaskan di atas amben
Mata nyalang menatap langit-langit
Lampu kamar hanya seberkas silau

Rabu, 23 Juni 2021

DI SINI DI SANA DI MANA-MANA

Kita pernah menyemai cerita
Di ladang asmara yang sama

Kecambahnya berserakan di antero ladang
Disirami oleh air mata kesuburan

Di bawah lindungan selendang ibu pertiwi
Di petak sawah kehidupan

Baik di sini, di sana ataupun di mana saja
Biduk cinta bersandar di bandar suka cita

Senin, 21 Juni 2021

ORANG TUA

Diletakkannya kasih sayang di palung hati
Dari ceruknya mengalir cinta yang berlimpah. Tanpa pamrih. 
Dadanya jembar sehingga wajahku masuk dalam pelukannya
Dan senyumnya matahari pagi

Kita biasa meletakkan beban di bahunya
Menginjak kepalanya dengan pinta
Hingga rambutnya memutih bunga jambu
Namun mereka tetap merengkuh dan matanya binar cinta

Tangis sering mengoyak hatinya hingga serpih
Padahal itu hanya mengajukan pinta dan manja
Disesapnya air mata dengan sepenuh perasaan
Dan memperbaiki letak senyum di wajahku

Minggu, 20 Juni 2021

PETIR

Tiba-tiba langit bergetar
Dan hatipun gentar
Suara petir menggelegar
Warnanya putih menggetarkan

Langit nyaris retak
Dari porinya menetes hujan
Seperti air mata duyung
Dengan cepat membasahi bumi

Kilat seketika hilang cahaya
Meninggalkan gelap di pelataran
Angin membuntuti
Dan dingin menyelimuti

Jumat, 18 Juni 2021

MADHEG PANDITA

Dikunyahnya remah-remah duniawi
Demi lidah waktu yang mengulum
Dilepehnya segenap duka kecewa

Ditanggalkan semua atribut warna warni
Disatukan menjadi warna putih kafan
Disematkan sebagai tudung hati

Dalam sunyi heningkan cipta
Karena Atman Brahman adalah tunggal
Semua lebur dalam keniscayaan

Sabtu, 12 Juni 2021

DI LAIN HARI

Nyaris tengah malam dan pekerjaan masih menggunung
Punggung dan bahu terasa pegal terlalu lama membungkuk
Lagu dari radio sudah tidak dapat menghibur
Ruang kian pengap oleh tumpukan
Sedikit sumuk dan berkeringat
Segelas kopi tinggal separuh didatangi semut
Asbak telah penuh dengan abu dan puntung
Mata mulai tak bersahabat, mengantuk
Tangan sudah tak terkoordinasi
Dan lelah telah hati telah pikir
Waktunya rebahkan penat tenggelam dalam mimpi

Kamis, 10 Juni 2021

TERLALU BANYAK ORANG

Menepuk air di dulang 
Warnanya hilang hingga keruh
Sebab campur tangan tak tuntas masalah

Ribuan kata menyemak onak
Mengepung segenapnya
Sebagai urun rembuk jalan keluar

Ketika kata hati dipenuhi saran
Akal pun terperangah
Serupa dikipasi hasut dan dengki


Selasa, 08 Juni 2021

PERTENGKARAN 1

Matanya nyalang
Merah, nyaris membakar
Ribuan kata telah menyemak tajam
Hendak dimuntahkan keharibaan duka

Namun mulut terkatup diam seribu bahasa
Akal sehat pun ditenggelamkan amarah
Menyesak penuh di dada yang gemuruh
Mencari jalan keluar sebagai pelepasan

Ketika panas sampai ke ubun-ubun
Segenap dalih telah arang sekam
Bulir air mata menetes di pipi
Sebagai jawab dari amarah dukana

Sabtu, 05 Juni 2021

BERUBAH

Kita terlentang di dipan, lelah
Di balik selimut hangat, telanjang
Keringat kita menyatu
Setelah pergumulan yang intens 

Jari tanganmu bermain di dadaku
Kepalamu bersandar di lenganku
Kita bicara lembut nyaris berbisik
Kita saling memagut

Itu dahulu.... 
Kini....? 

Jumat, 04 Juni 2021

YANG KAU BUTUHKAN HANYA LAH CINTA

Abah masih berkeringat, lelah
Pikulannya ditaruh dipojok rumah
Dari laci kecil diambilnya bungkusan dari kertas lusuh
Anak dan istri dipanggilnya
Di dipan bambu mereka berkumpul
Abah membuka bungkusannya
Kue putu dihiasi kelapa parut
Mereka bersama makan dengan nikmat
Yang kau butuhkan hanya lah cinta

Emak berdiri di depan pintu pawon
Dasternya lusuh sebetis
Tubuhnya berkeringat
Baunya bercampur hangus kayu bakar
Dipanggilnya anak-anaknya
Di atas amben galih asem nasi goreng menyiarkan harumnya
Dan anak-anak makan dengan lahap
Ditemani segelas teh panas lagi manis
Yang kau butuhkan hanya lah cinta

Kamis, 03 Juni 2021

KECEWA

Setelah sekian kepercayaan dilimpahkan
Pada kerja sama kita nisbahkan
Kau beri hanya wan prestasi
Sehingga timbangan tak imbang

Memang sulit memangku kepercayaan
Digenggam ia membakar dilepas ia hilang
Namun setiap ucap janji yang niscaya
Empat ekor kuda pun tak dapat menariknya kembali

Rabu, 02 Juni 2021

CERITA

Sebermula dari catatan
Di lembar yang terjaga
Tulisan tangan model lama
Dengan tinta biru dan hitam

Di tiap desirnya ada cerita
Bertukar kabar tentang suka cita
Juga sekejap derita
Serta duka cita

Ketika catatan nyaris penuhi buku
Diambilnya lembaran baru
Sementara tinta masih basah
Ditulisnya sebuah madah

ANAK

Diasuhnya doa dan birahi Hingga menetes Eros Sebagaimana puja Kama Ratih Kau mendatangi dunia dengan polos Lalu disadapnya setiap tetes kehi...