Selasa, 27 September 2022

MENIRU

Sebagaimana nasabnya, meniru adalah sokoguru peradaban
Dari lucunya si kecil mengulang, ruang kelas dimana guru dan murid bersitatap, hingga dosen ketika menulis di papan

Meniru dinisbahkan dari buaian hingga liang lahat
Terpatri di tahun-tahun yang panjang dan musim yang berganti
Menjadi kebiasaan bawah sadar

Meniru dan ditiru garis demarkasinya tumpang-tindih
Hanya bayang samar etika

Meniru setua sejarah

Senin, 26 September 2022

KEPADA MALAM

Tidaklah malam digelar
Di atas tikar daun pandan
Bintang berserak serupa remahan
Dan cahayanya bulan sebagai tandan tua

Ketika kita asyik bercakap
Secangkir kopi mengepul asap
Malam perlahan naik ke tingkap
Sebahagian gelap yang tersingkap

Jika habis kata
Kita hanya bersitatap mata
Tangan pun meraih
Dan malam kian letih

Senin, 19 September 2022

QUALITY TIME

Kita duduk berdua 
Di bangku kayu panjang
Tanpa ditemani kata
Hanya helaan nafas

Sambil bersitatap malam kemarau, 
turun pandang pada sembilu sunyi
Digelap bayang hutan pinus, 
dahan ranting melambai pada angin

Dua cangkir kopi
Telah hilang panasnya
Yang tersisa hanya separuh pahit
Sebagai alasan untuk tetap duduk

Sabtu, 17 September 2022

KEMATIAN

Telah hilang satu nyawa
Sebab sakit penyakit
Dan penggenapan atas nama takdir
Tutup buku sebuah catatan sejarah

Karena kematian tak dapat ditunda, dimajukan bahkan dimundurkan
Maka ketetapannya lah pasti
Hanya waktunya yang rahasia

Sebagai catatan pengingat
Datangi lah kematian dengan takdzim
Dengan pedih peri secukupnya

Sebab kita pun satu saat sampai di titik tak dapat kembali
Dimandikan dan disolati
Dan diminta pertanggungjawabannya

Jumat, 16 September 2022

GARIS TANGAN

Garis tangan menggenggam isyarat, 
tentang masa depan yang dekat
Sebagaimana terpatri di lauh mahfudz, 
tarian Gipsi serta kartu tarot

Ia meminta telapak tanganku. Yang kiri.
Lalu dielusnya lembut, 
dengan ke empat jarinya

Ia mengawasi telapak dengan seksama
Dan pandangannya menyusuri garis tangan
Dengan hampir berbisik ia menanya nama dan usiaku

Setelah sepenanak nasi 
ia menafsir dan menaksir garis
Dibacanya setiap tanda, 
lintang dan bujur, 
putus dan sambung, 
lurus bercabang

Seperti primbon
Seperti jangka ramalan

Digarisinya nasibku dengan segenap tafsir

Kamis, 15 September 2022

KE DOKTER

Dinding itu dilabur kapur. Putih
Dengan wajah-wajah lesi
Dan deret kursi kayu mahoni

Menanti adalah satu hal
Berbanding lurus dengan bosan
Waktu serasa melambat

Seorang perawat membuka pintu
Menyebutkan sebuah nama, sengau
Matanya menelusur

Seperti disihir
Serentak mata menatap menghadap
Seorang ibu dan anaknya bergegas berdiri


Jumat, 09 September 2022

MENGOLAH RAGA MENGOLAH RASA

Dengan bermandikan keringat 
kita coba menolak sakit penyakit 
dari tubuh ringkih

Di siang yang terik 
kita mengolah raga hingga lelah gelisah

Di malam yang sunyi sepi sendiri 
kita mengolah rasa dalam batin nan hening
Menjadi kekosongan yang azali

Im yang
Lingga yoni
Sebuah keseimbangan

Rabu, 07 September 2022

TENUN

Secarik kain baru saja selesai ditenun
Warnanya masih semburat muda teruna
Sejalur keringat leleh di dahinya
Nampak sisa lelah di jemarinya

Ada sidik dalam tenun
Kearifan leluhur 
Sebagaimana menjahit 
Benang jua berpilin

Setelah kain paripurna
Dilipatannya ditaburi bunga setaman
Disimpan nyaman dalam lemari jati tua
Menanti jodohnya membayar mahar

Selasa, 06 September 2022

MENANTI CAHAYA

Tidak lah mata terpicing
Ketika itu malam nyaris terakhir
Di timur fajar sidik
Hitam dan putihnya terburai

Kepalaku tengadah
Mencari madah
Tanganku terbuka
Menanti jawab

Pada detik selanjutnya
Suara-suara berdatangan
Dari kekosongan asali
Mengetuk sekadar takdir


Senin, 05 September 2022

SENJA DI KOTAKU

Adzan maghrib berkumandang 
Merahnya marong tersaput emas

Bersahutan di setiap gang
Mengalun, memanggil dan menggapai

Lampu satu per satu menyala 
Serupa kunang-kunang berkedip kuning

Lukisan jembatan lewati sungai
Tali bajanya menahan angin

Sosoknya ditaburi cahaya
Gagah dengan tiang pancang

Orang-orang bergegas
Mendatangi malam

Orang-orang berkumpul 
Di bawah lampu berbagi cerita


ANAK

Diasuhnya doa dan birahi Hingga menetes Eros Sebagaimana puja Kama Ratih Kau mendatangi dunia dengan polos Lalu disadapnya setiap tetes kehi...