Kamis, 31 Oktober 2024

SELAMAT DATANG GADIS KECIL

Hari-hari nampaknya kian basah
Langitpun telah melepaskan musim
Ia memberi mendung sebagai tudung
Menghindari terik hingga mentari

Langit sebentar akan menangis
Karena angin telah berlalu
Gadis kecil mengibasnya
Serupa jari lentik dengan selendang

Hujan tengah meratap di atas genteng
Ritmis dan murung
Dan air yang jatuh ke tanah
Berdecak dan bercampur. Petrikor.

MEMBUKA KOMUNIKASI

Dengan sedikit kata di layar
Kita mencoba menjalin
Dengan harap menatap
Tulisan segera berbalas

Seulas senyum mafhum
Karena tak ada kulonuwun
Hanya kedip kursor
Menanti jawab diketik

Perkenalan pertama
Sebaris kalimat sanggah
Seluas tanda maaf
Dan rentang tangan

Selasa, 29 Oktober 2024

BUMI MAKIN PANAS

Ketegangan kian merebak
Menyulut benci diantara narasi
Sementara amunisi dan mimis
Serta perbatasan yang nyaris terkoyak

Sekutu dan musuh 
Saling merapatkan barisan
Aliansi menajamkan perseteruan
Dan garis demarkasi semakin samar

Saat ledakan pertama
Mayat bergelimpangan
Bangunan runtuh
Malam kian pekat tanpa listrik

Ketika telah nyata perang 
Waktu, harta dan nyawa
Senjata pamungkas dilesatkan
Sehingga kiamat adanya

Sabtu, 26 Oktober 2024

BAHASA

Kata-katanya disematkan di lidah 
Sebagaimana bahasa ibu 
Penyambung kisah dikandung badan
Ungkapan kalbu beribu kasih

Ketika dalam buaian dengan sentuh
Kita berbagi cinta hingga air susu
Saat keringat di dahi mengungkapkannya
Hanya senyum sebagai balasannya

Rabu, 23 Oktober 2024

BUGAR

Matahari pagi masih merangkak
Sepenggalah ia teriknya
Genap untuk mengambil manfaatnya
Bersama kita melangkah 

Kita panen keringat
Menetes di dahi serta baju
Sumuk sekali sepanjang jalan
Seolah jarak tiada akhir

Setelah sekian waktu 
Lelah pun cukup
Dengan gontai ku ayun langkah
Menyusuri jalan pulang 

Sabtu, 19 Oktober 2024

LENGSER KEPRABON

Angkat dagu dan busungkan dada
Berjalanlah dengan seksama
Tinggalkan dunia letakkan di singgasana 
Tanggalkan segala predikat yang melekat

Singkirkan keruwetan intrik dari benak
Basuhlah tangan di bejana perak
Dengan air kembang setaman
Jadilah pandita menjemput moksa

Jangan lupa sebelum lengser hamparkan karpet merah
Sebagai jalan pintas mencapai kekuasaan
Serahkan kuncinya pada keluarga
Maka anak cucupun sejahtera

KU IKUTI MATAHARI

Dan panas telah
Maka pelipispun peluh
Daun jua luruh
Pada musim yang menghunjam jauh

Ketika langit dibasuh
Duniapun basah
Sehingga bau tanah
Semburat sumringah

Kemarau tengah labuh
Perahu nelayan menarik sauh
Sawahpun dibajak
Demikian tanah dipijak

Teritis kini gaduh
Hujan menabuh
Matahari kian teduh
Hingga tergelincir di ufuk

Sabtu, 12 Oktober 2024

BADAI MATAHARI

Matahari mengirim pesannya hingga kulit ari
Dan keringat pun mengaliri pori-pori 

Di ketiak siang panas mengeram
Bajupun menyesap hingga basah 

Sementara kepala gatal
Rambut terasa jua

Anak kecil* menyeringai
Menyandera malam-malam kian gerah 

Dan di atas buaian
Kantuk tak memicingkan mata

Namun pikiran melesak
Karena sumuk yang sangat

*El Nino 

Jumat, 11 Oktober 2024

GHIBAH

Tampak serius sekali kau berucap
Cerita yang nyaris menyingkap rahasia
Sebab berkilah dengan dosa
Maka berkisahlah tentang dia, kita

Setengah kita beberkan dengan satu mata terpejam
Lalu kau mengangguk mafhum
Benar disamarkan faktanya, remang nampaknya
Dan salah dialingi hujah hingga nyaris kebenaran

Beritanya dari satu telinga menyebar pada khalayak
Oleh sebab terdistorsi ruang dan waktu
Sesungguhnya kabar telah badai
Memecah sanak kadang, saudara hingga silaturahim 

Selasa, 08 Oktober 2024

KEMANAKAH PERANG MENUJU?

Desingan peluru dan bau mesiu
Demikian jiwa perlaya
Bangunan runtuh kemanusiaan luruh
Ada tangis berlinang darah 

Maka ledakan pun menulikan telinga
Bau sangit serta serpihan daging
Jerit putus asa hingga mencekam
Tak ada jalan kembali

Ketika menang jadi arang
Korban tak terbilang
Sedangkan kalah jadi abu
Luluh lantak menuai bencana

Sabtu, 05 Oktober 2024

CURAH HUJAN

Tiada ku sangka panas yang mengendap
Ternyata hanya kamuflase
Tiada kabar tiada angin
Tiba-tiba hujan menghampir


Karena lembab tersandera di dalam rumah
Peluh jua di pelipis adanya
Ketika pandang lurus ke jendela
Airpun menetes dari teritis

Hujan sepeminum teh nyata deras
Ketika telah basah pelimbahan
Angin tetap saja berhembus 
Hanya saja bau tanah basah merebak

ANAK

Diasuhnya doa dan birahi Hingga menetes Eros Sebagaimana puja Kama Ratih Kau mendatangi dunia dengan polos Lalu disadapnya setiap tetes kehi...