Rabu, 30 November 2022

PAGI SETELAHNYA!!!

Karena mimpi telah menemukan jalannya
Maka ia terbaring di samping lambung
Diantara dengkurnya bibirnya memain
Sedangkan di atap gerimis mencibir

Dekatilah waktu, mimpi
Peluk erat hingga terengah 
Di tembok yang dilabur kapur
Sebelum dicampakkan di bumi lata

Demikian itu mimpi ditahbiskan
Dibawanya malam sekeping
Lalu matahari dipanggil dengan mantra puja
Hingga datang terang tanah 

Sabtu, 26 November 2022

LAPAR

Hamparkan saja laparmu di atas dipan
Dialasi mimpi bercorak makanan
Semoga saja dengan mengatup mata
Semua pedih peri hilang tertelan

Ketika lapar datang menyerang
Tenaga pun hilang terbilang
Pandangan menatap nanar
Tubuh lemas terkapar

Jika bersua mata air
Teguklah dengan seksama
Larutkan semua lelah dan gundah
Basuh hingga keringat 

Senin, 21 November 2022

TANAH BENCANA

Di sana lah ibu menjadikan pertiwi
Bersama musim memanggul dosa waris
Disunggi di kepalanya yang uban
Lalu digebahnya bumi dengan sepenuh hentak

Darah dan daging menjadi saji persembahan
Tembok-tembok rumah berserak seperti remahan
Tangisan meratapi runtuhnya
Tanah merekah tanah terbelah

Setelah amuk bumi gemetar
Anak ayam hilang induk
Nyawa meregang diantara reruntuhan

Seperti beras yang ditampi
Secepat gempa kaki berlari
Semua hilang dalam satu tarikan nafas

Minggu, 20 November 2022

MENDUNG SIANG DAN TIDUR

Tubuhku dihempas mendung di dipan
Hanya ungkeb dan keringat adanya
Angin pun dibekap langit kelam
Maka mata berat dibanduli kantuk

Burung layang terbang melawat musim
Dan hari semakin senyap menanti hujan
Hanya menunggu waktu bergulir
Segera air menitik sebagai gerimis

Dari jendela ku raih mimpi yang berceceran
Ku pasang sebagai labirin dalam tidur
Hari terlewat tanpa terasa
Ketika bangun maghrib telah basah kuyup

Kamis, 17 November 2022

TIGA BATANG ANAK PANAH!!!

Ia berlari meretas semak belukar
Onak duri tiada dirasa
Nafasnya terengah lelah
Dan keringat kuyup membasahi tubuh

Serrr.... serrr.... serrrr.... 
Tiga batang anak panah mengejar angin
Tepat menancap di punggung dan leher
Merobek kulit hingga nganga luka

Darah menetes sebagai ratna manikam
Jatuh membasahi bumi lata
Tubuh terjerambab

Dengan sisa tenaga dicobanya merangkak
Tangannya meraih rerumputan
Namun nyawa genap meregang

SEMALAM HUJAN SEMALAMAN

Malam itu, TV masih menyala
Antara iklan dan sinetron bergantian
Lampu benderang hanya di ruang tengah
Tiba-tiba suara petir menggelegar

Listrik pun serta merta padam
Suara hujan sepenuh rintihan
Sekali dua langit berdaham
Air pun tercurah 

Malam kian dingin yang pekat
Hujan tiada tanda beranjak
Dengan tertatih ku melangkah
Menyusuri tembok menuju peraduan

Selasa, 15 November 2022

JAGA MALAM

Di pos ronda ia duduk 
Menjaga agar waktu tak tercuri
Tangannya buyuten memegang senter
Udara malam kian dingin seiring musim

Sepanjang jalan lampu terengah berkedip
Menyinari serangga yang berterbangan
Dari pos ia menatap kejauhan dengan katarak
Seekor kucing bunting melintasi sepi

Malam terpasung kian murung
Tak ada angin hanya gemerisik daun
Buah busuk jatuh termakan codot

Ia menghabiskan waktu mendengar uyon-uyon
Ia tetap duduk di bangku kayu yang berderit
Ia melalui malam dengan sendirinya

Senin, 14 November 2022

CERITA ABAH!!!

Abah hanya duduk terpekur
Matanya menatap lekat lantai. Tanah. 
Mulut dan hidungnya sesekali meniup
Dan diamnya seribu bahasa

Emak duduk di depan pawon
Tangannya cekatan mengambil telo dan pisang dari panci yang airnya bergolak
Di taruhnya pisang dan telo di piring plastik
Asapnya mengepul dan naik ke langit-langit

Sambil tangannya bekerja, emak ngedumel
Tentang harga-harga yang naik
Kopi dan gula yang habis
Jajan si thole yang tidak boleh tidak
Bahkan penghasilan yang kian tak menentu

Abah hanya bungkam
Lalu meneguk sisa kopi jagungnya
Kemudian ia membuka pintu rumah
Dengan sigap dinaiki dan dikayuhnya becak
Berangkat menuju belantara kota

Malam belum terlalu renta
Emak tidur di dipan sambil ngeloni thole
Abah menjawilnya perlahan
Tangannya mengangsurkan uang receh lusuh di hadapan emak

Abah terlihat lelah berkeringat
Yang dibutuhkan hanya duduk beristirahat sambil menikmati telo dan pisang rebus pagi
Secangkir kopi jagung nasgithel
Dan sebatang rokok klobot

Jumat, 11 November 2022

SUMUK SEKALI DI SINI

Angin tak ada bertiup
Sedang kan jendela terbuka lebar
Hujan pun telah gerimis jatuh
Namun keringat menetes jua

Hanya bunyi di genteng rumah
Dan daun kering luruh bersimpuh
Udara kian lembab menusuk
Tiada sejuk menghembus, hanya sumuk

Hujan kian basah bersatu dengan tanah
Ruang kian pengap dan lampu mati
Keringat mencoba menepis. Lelah
Tubuh basah serupa diterpa hujan

Selasa, 08 November 2022

SAKIT

Penyakit datang dengan menunggangi musim
Di awal ia hanya memunggungi
Bersama gerimis menginfeksi

Udara kian dingin menyesakkan
Dimana pun lembab adanya
Karena matahari enggan merebak
Maka angin menabur

Seperti efek domino
Sakit sebagai deret ukur
Menerjang ke segala penjuru

Kerana hujan kian lebat dalam hitungan hari
Maka sakit penyakit kian berbiak

Minggu, 06 November 2022

KETIKA RINDU AYAH

Ketika itu rindu ayah
Hingga dua cangkir air mata tumpah
Dan mata kini lebam
Berkaca-kaca mengaburkan paham

Di ruang ingatan malam
Bintang timur telah dinyalakan
Senyummu yang hangat
Merambahi jemari semesta

Ayah, kubisikkan mesra kata di palung hati
Wajahmu menyesaki segenap rindu
Tipis aroma lelakimu sayup sampai
Dan aku diam dijejali pedih hingga termangu

ANAK

Diasuhnya doa dan birahi Hingga menetes Eros Sebagaimana puja Kama Ratih Kau mendatangi dunia dengan polos Lalu disadapnya setiap tetes kehi...