Hingga beranak pinak sebanyak genjik
Mengerumuni buah dada yang menetes darinya kasih dan dosa
Tempat bermuaranya segenap dahaga
Ketika banyak tahun dikunyah
Dari kedekatan emosional hingga jarak waktu
Kita terhalang oleh sibuk yang pelik
Hingga ketika tersadar ternyata hati kita telah dingin sebab karat
Lalu satu persatu burung terbang mendatangi langit
Rumah yang dahulunya sarang kini sebagai sawang yang bergetar tertiup angin
Dan kita yang hanya dua sebagai awal mulanya
Kini bergandeng tangan menyusuri langkah sepi di sisa senja