Jumat, 31 Juli 2020

NEW IBADAH

Ngangsu kaweruh 
Majelis guru dan murid
Yang ke tiga ialah pulsa

Mendaftar majelis dengan subscribe
Ilmu diunduh wajib hingga negeri Cina
Sanadnya hingga meta data

Setelah download dan tersimpan di folder
Segenap adalah hujah kebenaran
Tanpa tabayyun

Ilmu dan hikmah hanya sekedar file
Dibaca bahagian yang terasa perlu
Sebagai kebenaran bermata satu

Kamis, 30 Juli 2020

DUA ANAK

Dua anak bermain
Dunia menciut seluas halaman
Cerita ditebar antara pepohonan
Petualangan di tiap sudut pagar tanaman

Karena lapar dan haus telah rapi tersimpan di rumah
Sedikit lelah adalah tantangan
Demikian tangan dan kaki kecilnya
Ditulisnya kisah di sekujur siang

Peluh menetes tanda perjuangan
Sedikit pertengkaran
Mereka mengendap melanjutkan cerita

Ibu berteriak memanggil senja
Mereka berlarian meninggalkan palagan
Berlomba menuju pintu malam

Rabu, 29 Juli 2020

TERSINGKIR

Berselisih memang faham
Berseberangan adalah pendapat
Menggelar jalan bebas
Cukup singkirkan hambatan
Memuluskan program
Bungkam saja komentar

Mengelola sebagai konflik
Merangkul sebab taktik
Ketika telah sendika dawuh
Layar terkembang

Minggu, 26 Juli 2020

ANGIN MUSIM ANGIN

Dedaunan berusaha keras menangkap
Tubuhnya doyong menahan beban 
Angin tetap saja berhembus
Berlomba dengan kepinis

Tembok dan pagar tak membantu
Hanya diam terlongong
Tubuhnya yang kekar
Melepas angin dari sela ketiaknya

Sebentar sore angin kian genit
Mengangkat rok gadis kencur
Mengelus pipi merah tomat
Mengirim celoteh riang kekasih

Di para-para senja angin melambai
Mengucapkan salam terakhir
Pintu dan jendela menutup diri
Meninggalkannya berdesir sendiri

AGAMA

I. IGAMA
Seharusnya kita seperti sepasang kekasih
Mesra serupa mimi lan mintuno
Nyatanya kita hanya berpasangan

Aku sering menjauh tanpa menghubungi
Sebab Kau menanti di pojok sunyi ruang ibadah
Sedangkan aku butuh dunia dan seisinya

Jika hati berat mereguk kehidupan
Kugelar sajadahMu untuk meletakkan penat
Dan Kau tersenyum mafhum pada lemahku

Sebagai kekasih Kau hanya memberi tak harap kembali
Tak pernah pergi memunggungi
Sedang aku hanya mencederai dengan khianat

II. UGAMA
Sekedar berbagi bau ikan asin goreng
Semangkuk kuah sayur
Sedikit daging bangkai saudara
Hantaran kata-kata manis
Dan setangkup permohonan maaf

Demikianlah kita direkatkan
Saling berbagi 
Menikam di belakang
Menanggung borok

Jalan memang licin dan berliku
Kita sering terpeleset dan luka
Itulah hidup dan semakin biasa

Sabtu, 25 Juli 2020

HARI DAN PUISI

Puisi rajin mendatangi hari
Semisal tukang kredit menyusuri
Dijajakannya setiap kata yang sunyi
Tanpa bunga sekedar bunyi

Puisi rajin menjajakan tubuhnya
Di remang malam birahi
Maknanya telanjang hingga eksotis
Merayu hari rebahkan mimpinya

Puisi rajin dan hari bersanding
Ditautkan tiap hati dengan rima
Ruang rindu sibuk menampung
Dan kita hanya diam terpana

ANAK

Kita meletakkan cemas di kakinya yang mungil
Dibebankan segala larangan hingga langkahnya tertatih
Ketika mata beningnya ingin memandang dunia
Dibenamkan kepalanya oleh segala aturan hingga sulit menoleh

Ketika mulai tegak melangkah dan menatap takjub
Keingintahuan dicekoki oleh tahun-tahun yang menuntut
Menghafalkan kebenaran subyektif
Dan segala rambu yang menyebabkan kakinya terikat

Setelah meninggalkan kawah candradimuka
Sisa bara doktrin masih menancap kuat di sekujur tubuh
Di dalam gelombang liar yang mengombang ambingkan kehidupan
Hati hanya bisa termangu bingung

Senja telah rabun mata
Saat kita mencoba menikmati karya
Yang ditemui hanya kepingan yang ditautkan
Bukan manusia, apalagi seutuhnya

Secara sadar kita hanya menciptakan kegagalan
Mengulangi jalan sempit yang dirintis kebiasaan
Merusak amanah sebab amarah dan aluamah
Sehingga dia berpredikat sebagai anak

Kamis, 23 Juli 2020

MEMILIKI TEMAN

Kita lebih dari sekedar kata-kata
Duduk menikmati sofa hangat
Mimpipun ikut bercengkrama
Hingga pagi menyusul
Mengetuk dengan lembut 

(Sisa acara tivi masih mendesis) 

Kita bangun hampir berurut
Mata masih menyisakan kantuk
Dengan malas kau mendatangiku
Duduk melungker di dadaku
Lanjutkan tidur dan mendengkur

(Ekormu kadang mengusap wajahku) 

Rabu, 22 Juli 2020

SANG GURU

Sepintas pejamkan mata. Hati. 
Menyatukan konsentrasi
Serupa permainan catur
Diucap pendidikan dengan sederhana

Not pertama, pembukaan
Pintu menuju kekayaan suara
Berdenting maupun diam
Belantara nada pengetahuan

Wadah berkubang keingintahuan
Melumuri purbasangka degil
Dengan musik pencerahan
Dan langkah cerdas pion ilmu

Sang sutradara mengatur tata gerak intelektualitas
Grandmaster mengarahkan pergerakan pikiran
Dirigen menggiring segenap irama menjadi keindahan
Dialah Sang Guru

Selasa, 21 Juli 2020

TIGA WANITA

I. MENDUT

Di hari pasar
Syahwat adalah hisapan ke dua
Dan lintingan tembakau
Dibakar pagi

Bekas bibir
Ludah di daun jagung
Candu bagi kelakian
Supremasi gender

---o0o---

II. SUMBI

Tendangan kecewa
Pada lesung
Pada kokok ayam
Pada kasih tak sampai

Tangis putus asa
Pada darah
Pada dewata
Pada kasih tak sampai

Janji terbelah
Pada doa
Pada dosa
Pada kasih tak sampai

---o0o---

III. JONGGRANG

Malam belum renta
Bulan magrong-magrong
Jonggrang gelisah
Menatap dari jendela sentong

Dinaungi kegelapan
Berkejaran dengan malam
Candi nyaris genap hitung
Coba tepati janji

Emban ke desa
Gadis dibangunkan
Lesung ditalu
Ayam kaget

Serapah bagi dewata
Sumpah kutuk tercetus
Jonggrang arca melengkapi
Bandung Bandawasa kecewa

----<o0o>---

BELAJAR MENGAJAR

Wajah manis menumpahkan perhatian
Menatap setiap keterangan yang tercecer
Dengan keingintahuan untuk menghafal
Dicernanya setiap pixel pengetahuan

Guru digugu lan ditiru
Memuntahkan segala dalil, teori dan rumus
Juga hikmah kebijaksanaan
Mengukir setiap otak lugu dengan dogma

Tiba-tiba listrik padam
Sambungan internet putus
Antara kecewa, bingung dan takut
Ibu tergopoh beli pulsa

Minggu, 19 Juli 2020

TELAH HILANG SATU NYAWA

Kematian hanya satu dan lain hal
Setiap yang bernyawa pasti mencicipi
Warisannya sebagai tolok ukur
Mewarnai alam pikiran atau salin musuh

Kematian hanya penggenapan usia
Pemberhentian sementara
Untuk nam solihan apatah siksa
Mengambil karcis surga atau neraka

Sabtu, 18 Juli 2020

SIAGA

Gang rumahku bertahan dari serbuan penyakit
Di ujung jalan pos hansip tegak sebagai anjing pelacak
Di tiap gerbang air dan sabun mengintai
Jalan kian sempit dilingkupi cemas penghuni

Mobil tak kuasa bersimpangan
Penyakit sebagai penumpang gelap
Bayi pagi digendong jarit
Makan disuapi pembantu dan matahari pagi

Untuk memutus keturunan virus laknat
Urat nadi diganti ojek online
Segala kegiatan menjadi ekonomi
Kadang tukang sampah membuntuti

Anak-anak bersepeda sepanjang galah
Mereka tertawa riang mengayuh sore
Udara mengintip dari sela-selanya
Menanti saat melepas pandemi

Jumat, 17 Juli 2020

DESAKU MEMBANGUN

Biasanya burung mengawal langit
Siang mematuk biji 
Senja menuai serangga
Orang-orangan sawah hanya mematung
Mungkin sedikit menitikkan air mata
Menyulam sawah yang merekah
Sebelum ditimbun gragal dan diduduki bangunan

Pematang tidak mencoba lurus
Berusaha sekuatnya menahan pembangunan
Susah payah gundukannya ditumbuhi rumput
Kacang lanjaran merana timun mengering
Sebatang pohon mangga mengawasi
Kehidupan masih menghampiri

Pakaian pagi sama lusuh
Kepala terlindung topi
Keringat yang sama
Lelah yang lama
Matahari tetap terik
Pacul untuk semen
Luku mulai berkarat
Gedung tumbuh
Rumput menguning
Padi menghilang

Sore waktu gembala
Hamparan dikelilingi pagar
Pos jaga berteduh di bawah randu
Kendaraan berat diparkir rapi
Tanah telah merah
Kering karena kerontang
Kambing bergerombol mencari semak
Perutnya tetap lapar

Sapi melenguh mengeluh
Damen dari desa tetangga
Di atasnya ayam angkrem
Berceloteh gelisah
Seikat tebon mencukupi harganya
Garam segenggam dan ampas telo
Di tambah air sumur
Diet untuk hari ini

Malam telah turun di para-para
Penat bersandar di amben
Segelas kopi jagung
Sepiring telo rebus
Asap rokok kretek
Sarung kumal
Diam menjadi pelengkap
Sedangkan bintang tetap berkedip

Rabu, 15 Juli 2020

SABTU

I. 
Jam telah menutup pintunya
Sebab pekerjaan dionggok di meja
Demikian pula segala grafik analisa
Kita melangkah perlahan
Diikuti matahari senja

Di kamar mandi capai lelah dibilas
Kepala terasa ringan
Tubuh mematut di cermin
Sedikit parfum sebagai aroma
Kita mengumpulkan bahagia

II. 
Dimanapun kita singgah dan berteduh
Di ujung gang di bawah naungan lampu jalan
Di kafe yang berbau wangi
Di balik kaca gelap mobil
Di bioskop yang penuh bisik
Di warung kakil lima yang dekil
Di teras kekasih
Kita mendatangi bahagia

III. 
Kita berbincang di ruang tamu
Suaranya rendah sebab malu
Lampu menyala mengawasi. Silau
Buah tangan dinikmati adikmu
Ayah ibu menonton dan membisu
Kadang kita saling melirik dan tersipu
Demikian berulang hingga jam bertalu
Kita menikmati bahagia

IV. 
Malam di pucuk akasia
Belum terlalu tua
Di pos ronda
Kita menggadangi purnama

Menghabiskan kopi jatah
Ketela bakar
Sekedar bertukar cerita
Kita berbagi bahagia

V. 
Pasir dan bata ditinggal di proyek.
Sore itu mandi tidak tinggalkan keringat
Hanya bau sabun dan sedikit lelah
Dan senyum kangen bersuara si kecil

Dibelinya mainan mobil
Buah rambutan kodian
Di kayuh sepeda dengan rindu
Ke selatan ke rumah ke anak istri

Sepanjang jalan hilang penat
Tiba-tiba hujan turun
Baju basah oleh-oleh sembunyi di kantong plastik
Dia menyimpan bahagia

VI.
Hujan kian deras
Mata tidak jelas
Sepeda dikayuh pelan
Tiba-tiba ia terpental ke sawah
Tubuhnya tengkurap
Darah bercampur air. Mengalir
Rambutan berjatuhan terendam
Mainan mobil tebalik di lumpur
Sebuah sedan menabrak dari belakang
Dia dicampakkan bahagia

Senin, 13 Juli 2020

JUM'AT

Waktu tidak pernah genap dijalani
Pagi hanya memelihara sisa semangat
Dienyamnya lambat-lambat setiap jamnya
Hingga adzan membuyarkan konsentrasi

Sisa hari hanya angan 
Sebab semua tindakan menuju senja
Rencana telah dipetakan
Pekerjaan disembunyikan untuk awal minggu

Sore berbelok meninggalkan rumah
Mendekatkan penat dengan dunia malam
Segala beban ditinggalkan jauh di belakang
Kita menjalani hingga waktu terengah

KAMIS

Maknanya adalah konsolidasi
Tarik ulur antara hasrat dan semangat
Sebahagian pikiran telah melompati kerja
Yang lain tersandera di balik meja kursi

Hari terasa kian lambat merangkak
Sedang tugas melahap semangat
Siang nyaris terlewat
Sebab mata tak sempat melirik

Bosan dan stres sebagai pekerjaan rumah
Disimpan dalam lembar dokumen dan komputer
Hari ini bergegas pulang tiada lembur
Sebab maghrib kita melepas segala beban

RABU

Puncak terletak di hari paling tengah
Ketika siang dan malam sama panjang
Dan kita berkubang mendulang sibuk

Pembatas waktu terasa samar
Karena larut sebagai penerang. Lembur
Dan kita tenggelam dalam debat rapat

Di rumah hanya mencampakkan tubuh
Bukan meletakkan lelah
Sebab pikiran belum tiba di ranjang

Minggu, 12 Juli 2020

SELASA

Adalah semangat yang mengawal hari
Waktu bergerak terasa relatif
Ketepatannya menyaingi sibuk kerja
Sehingga siang hilang rasa

Malam hanya kumpulan fragmen mimpi
Kadang perpanjangan dari siang
Tergantung ukuran lelah
Sering lenyap langsung bersua pagi

SENIN

Awal hari ketika mata terbelalak
Fajar sidik telah lenyap
Burung berkicau ribut di dahan
Tempat tidur berantakan dan hangat

Matahari masih sembunyi
Namun selimut malam telah dilipat
Cahayanya ramai mendahului 
Seperti anak kecil berceloteh

Senin padanannya adalah bergegas
Mengawali sibuk pada tenggat waktu
Karena semangat wajib ditata
Sedangkan hati tertinggal di rumah

Sabtu, 11 Juli 2020

MINGGU

Minggu adalah waktuku disalib matahari
Ayam betina yang gelisah di tarangan
Suara pengajian dari corong masjid desa
Mesin cuci berderak serak
Televisi di ruang dikuasai anak
Sarapan nasi sisa kemarin yang digoreng
Dicampur bumbu, telur dan kecap
Ditutup dengan secangkir kopi jagung

Sepanjang sisa hari hanya ada bermalasan
Mendengar lagu di pojok sakral
Membaca buku-buku bisu
Menatap kosong tingkah polah
Rebah dan kembali tidur di sofa
Hingga muadzin berteriak menanggil
Lalu sisa kopi pagi kuteguk
Ampasnya pahit dan nyangkut di tenggorokan
Mengusir sisa kantuk
Dan aku bergegas ke kamar mandi. Kencing

Sore ini nampaknya agak mendung
Awan berlapis tebal menyembunyikan biru langit
Burung bertengger di balik dahan rimbun
Angin bergulung menyingkap debu
Aku batal menyirami tanaman
Kusambar handuk di jemuran dan bergegas
Tiba-tiba langit cerah dan matahari tersenyum

Kita duduk santai di beranda hati
Berbincang menanti sisa malam
Kopi kedua telah tuntas
Nyamuk ditepuk

Di dalam kakak dan adik bertengkar
Berebut gelas susu yang ada pegangannya
Istriku bergegas ke dalam
Melerai dan mengganti

Jam menunjukkan larut
Istriku menguap dan mengajak beranjak
Di kamar kita merebahkan sunyi
Mimpi telah dijadikan selimut
Aku menatap langit-langit kamar
Kantuk tiada hinggap
Sebab sesiangan telah menghabiskan lelap

Jumat, 10 Juli 2020

MENGGADANGI MALAM DI BERANDA

Saat itu purnama belum lagi tiba
Hanya ada gemerisik daun
Venus berpendar di langit selatan
Namun malam tetap sumringah

Kita selonjoran kaki di lantai
Membagi lelah siang dengan beranda
Serangga malam berdatangan 
Dirayu cahaya lampu dan bertebaran. Mati

Sambil pasang omong kudapan disantap
Remahannya jatuh dan diserbu semut
Kadang percakapan hanya hening
Asap rokok kretek pengganti kata yang bungkam

Malam tidak pernah dahaga
Kopi dan teh hanya sekedar melumasi
Sebab kata kadang habis dan topik basi
Namun kita masih ingin bersanding



Rabu, 08 Juli 2020

JEMBATAN

Jembatan merentangkan bahu
Rebah diantara barat dan timur
Kakinya tegak menahan arus
Basah terendam air sungai

Dari selangkangannya burung berterbangan
Mengejar memburu makanannya
Kadang melayang sejajar aliran
Tiba-tiba membumbung menusuk langit

Jika malam merkuri mengawasi
Memandang kendaraan yang lalu lalang
Orang duduk diam di pagar pembatas
Memandangi jorannya sambil merokok

Senin, 06 Juli 2020

HUJAN JULI

Hujan datang lagi sejak sore
Tidak tergesa hanya gerimis
Diketuknya pintu malam
Lalu dengan sabar menanti di halaman

Hujan kali ini hanya mengajak dingin
Sesekali rintiknya menabuh
Sedangkan angin beristirahat
Merebahkan lelahnya di dedaunan

Dini hari hujan tetap berdatangan
Dengan santun lembut berbisik
Pada mimpi yang terus menelisik
Dan mohon maaf pada pemilik hati

Minggu, 05 Juli 2020

BERTANDANG

Melintasi sore yang kemarau 
Dilesaki rindu kisah lampau
Jejak langkah lewati kenangan
Membawa sekedar buah tangan

Di amben dimana kita tumbuh
Di kamar bertembok aneka foto
Tahun yang digenapi teronggok
Luruh sebagaimana debu

Sekian waktu bercengkrama
Berbagi kehangatan dengan ucap
Sehabis perbendaharaan kata
Kita menggenapi janji pulang

Sabtu, 04 Juli 2020

BAHAGIA

Dimanakah seharusnya bahagia diletakkan
Pada kejutan kecil kenangan
Sentuhan lembut hingga merinding
Percakapan ringan di teras

Musik adalah dosis rindu sangat kuat
Khasiatnya cepat menguap 
Sisakan pahit yang mengendap
Candu!, hingga terus berulang

Dimanakah seharusnya bahagia diletakkan
Di lembaran hari yang ditulis oleh tangan
Di persilangan warna bernama senja
Malam birahi dan angin malam

Ketika itu kita mencoba menangkap kata
Dikumpulkan di benak dan hati
Beranak pinak berdesakan dan memenuhi
Lalu dihembuskan perlahan ke udara

Dimanakah seharusnya bahagia diletakkan
Sebuah pertemuan yang diharuskan nasib
Pertengkaran yang tayang di layar mata ketika terpejam
Kelegaan jarak dan waktu oleh perpisahan 

Satu saat bahagia mencari jalannya sendiri
Sebab keharusan sejarah
Mengisi ceruk yang kosong
Dan bersemayam dengan lemah lembut

Kamis, 02 Juli 2020

MATAHARI TERBIT

Ketika itu di timur matahari
Wajahnya bulat buah apel
Merah berseri perawan kencur
Rambut cahayanya terjurai

Bumi menyibak tirai malam
Bangun dari nyenyak 
Menanggalkan selimut mimpi
Merias tubuh aneka warna

Angin dengan ramah mengusik dingin
Menyapa setiap lembar daun
Biru langit dibentang
Matahari beranjak menuju awan

MELEWATI PEMAKAMAN

Takut adalah nisan yang ditancapkan
Rumpun bambu betung serupa penunggu
Suaranya berderak tertiup angin
Batangnya merunduk menjaga Kamboja

Keranda di gerbang malam dijaga lampu
Bau tanah lembab bercampur kembang
Terbang bersama jiwa-jiwa yang sesat
Kendi dan sajen di gundukan ada saksi

Jalan desa lengang
Bahunya bersinggungan dengan pagar makam
Lampu jalan di ujung tikungan
Cahayanya menggapai mengajak bergegas

MUSYAWARAH UNTUK MUFAKAT

Ruangan kian sempit dengan ide
AC tidak dapat mengusiknya
Semua sanggahan telah dimuntahkan
Serupa ludah berbusa di sudut bibir kering

Argumen yang dibangun oleh keringat dan kata
Perlahan menjadi benteng pertahanan. Resisten
Menepis setiap panah yang dilesatkan
Dan waktu diam di tempat

Ketika moderator mengambil alih pertempuran
Semua mata menatap palu 
Dengan menyebut nama Tuhan
Rapat ditutup dengan voting

ANAK

Diasuhnya doa dan birahi Hingga menetes Eros Sebagaimana puja Kama Ratih Kau mendatangi dunia dengan polos Lalu disadapnya setiap tetes kehi...