Minggu adalah waktuku disalib matahari
Ayam betina yang gelisah di tarangan
Suara pengajian dari corong masjid desa
Mesin cuci berderak serak
Televisi di ruang dikuasai anak
Sarapan nasi sisa kemarin yang digoreng
Dicampur bumbu, telur dan kecap
Ditutup dengan secangkir kopi jagung
Sepanjang sisa hari hanya ada bermalasan
Mendengar lagu di pojok sakral
Membaca buku-buku bisu
Menatap kosong tingkah polah
Rebah dan kembali tidur di sofa
Hingga muadzin berteriak menanggil
Lalu sisa kopi pagi kuteguk
Ampasnya pahit dan nyangkut di tenggorokan
Mengusir sisa kantuk
Dan aku bergegas ke kamar mandi. Kencing
Sore ini nampaknya agak mendung
Awan berlapis tebal menyembunyikan biru langit
Burung bertengger di balik dahan rimbun
Angin bergulung menyingkap debu
Aku batal menyirami tanaman
Kusambar handuk di jemuran dan bergegas
Tiba-tiba langit cerah dan matahari tersenyum
Kita duduk santai di beranda hati
Berbincang menanti sisa malam
Kopi kedua telah tuntas
Nyamuk ditepuk
Di dalam kakak dan adik bertengkar
Berebut gelas susu yang ada pegangannya
Istriku bergegas ke dalam
Melerai dan mengganti
Jam menunjukkan larut
Istriku menguap dan mengajak beranjak
Di kamar kita merebahkan sunyi
Mimpi telah dijadikan selimut
Aku menatap langit-langit kamar
Kantuk tiada hinggap
Sebab sesiangan telah menghabiskan lelap