Selasa, 31 Oktober 2023

TENTARA AKA PASUKAN

Tiada yang lebih berani ketika tentara berparade
Langkahnya tegap tak mundur sejengkal juga
Senapannya mencorong tajam gagah menentang langit

Dalam pertempuran ketika mimis tak bermata berdesing
Mari kita sembunyikan takut di balik kendaraan lapis baja
Dan berdoa agar kematian tak menyibak kerumunan

Barisan meliwati podium dengan tatap bangga
Maju tak gentar demikian derapnya
Bhayangkara untuk tanah air dan cinta

Tidakkah dentum meriam mewartakan kematian
Pijarnya berganti asap hitam sebagai amuk
Dan tubuh meregang arwah diiringi tangis Izrail

Senin, 30 Oktober 2023

KHALAYAK MEMILAH

Perubahan, 
persatuan, 
penerus, 
suksesi, 
monggo polah monggo kepradah

Manuver, 
menikung, 
menelikung, 
berhitung. 

Semakin sederhana warna
Semakin tak garis polanya
Semakin nyata ambisi

Maka aliansi
Maka janji

Suara, kutunggu kau di bilik pemilihan

Minggu, 29 Oktober 2023

ADIL

Keadilan hanyalah bunga kata
Serupa anak bermain
Adakalanya beradu dan menangis
Seringnya berjalan bergandengan

Seperti sariawan ia merebak
Nyerinya perih yang meradang
Lidah kelu jua adanya
Dan janji seperti dipilin, terhingga

Setelah kata terburai; cerai berai
Maka huruf dibersihkan. Satu per satu. 
Lalu disimpannya di tempat yang terjaga
Diawasi dewi bermata satu

Senin, 23 Oktober 2023

TANGISAN CUCU

Tangisan cucu hanyalah tanda. Rambu. 
Sebuah cinta sederhana
Campur aduk antara main hingga kantuk

Petualangan dimulai dari dinosaurus di hutan purba
Kereta api yang membelah malam
Hingga berkemah di atas tempat tidur

Setelah makan yang darinya menetes keringat
Serta tawa yang mengiringi
Dongeng berlanjut sebagai nyanyian

Ketika keriaan bermain dirasuki kantuk
Di malam yang kian dalam
Ayah menggamit lalu menggendong di bahu kukuhnya

Cucuku meronta dan menangis terisak
Enggan meninggalkan kamar bermain yang hangat
Namun ayah sigap melintasi kelam dan membawanya ke rumah. Ke peraduan. 

Minggu, 22 Oktober 2023

TOPENG DAN WAJAH

Seraut wajah di panggung
Lampunya menatap, pijar
Dicabiknya pelipis hingga dagu

Sejalur luka menyoren
Wajah jua berpaling
Di depan topeng teraling

Lalu diletakkannya wajah di atas nampan
Bagi kepala kosong adalah sebuah topeng
Dan tatapnya liar serta senyumnya seringai

Sabtu, 21 Oktober 2023

BUNGLON ATAWA KESEMPATAN

Semenjak memimpin sebagai sebuah kesempatan
Maka warna tak ada masalah lagi

Selagi mudanya
Kita bisa menyusu
Menyeduh kopi pahit
Apa pula menenggak arak

Gunakan saja usia untuk lompat lebih jauh
Dari dahan ke ranting, lalu ke pucuk
Mikul nduwur untuk ambisi
Sebelum sakit penyakit dan minyak kerok jadi teman

Jika telah katarak dan lelah bermimpi
Gaetlah si muda dari ketiak biyung
Sebagai magnet 
Sebagai tongkat penunjuk

Senin, 16 Oktober 2023

LAGI-LAGI PERANG

Langit dikepung asap roket
Hulu ledaknya membidik mangsa
Desingan dan ledakan berhamburan 
Dilingkupi tangis dan teriak histeris

Darah dan serpihan daging, beton yang lebur
Direkatkan oleh kematian di tembok kota
Izrail berpesta sambil menebar amarah aluamah
Sabitnya memanen jiwa-jiwa lata

Tuhan dengan berlinang air mata merajut ulang kehidupan
Dari reruntuhan gedung 
Hingga wajah-wajah tanpa ekspresi
DiberiNya renda harapan di setiap sidikNya

Sabtu, 14 Oktober 2023

ARTIFISIAL

Tiba-tiba kesadaran terbangun
Dan mesinpun belajar
Dengan logika ia menimba

Di kerumitan kombinasi nol dan satu
Mesinpun berkomunikasi. 
Berdialog. Tanya jawab. 

Indra jua diadaptasi
Sebagaimana bayi ia mencari
Dari sekadar meniru
Hingga berpikir

Setelah banyak tahun dimamah
Kemanusiaan perlahan menghilang

Senin, 09 Oktober 2023

MENGENANG SAKIT

Antara sadar dan tiada
Penyakit menginfeksi hingga jelaga
Menyekap panas dalam pikiran
Sementara suara-suara bertalu memenuhi ruang igau

Pertempuran adalah pertemuan
Selama pejamnya mata dan inkubasi
Ketika tubuh didera sakit penyakit
Hanya waktu yang tetap seia sekata

Pada kulminasinya penyakit
Saat luruh sebagai keringat
Sesaat hilang sadar
Bau minyak angin menyesaki kamar

Selasa, 03 Oktober 2023

SERDADU DAN KAKI

Ia berjalan sedikit mengendap
Topi bajanya dihiasi dedaunan
Matanya nyalang menatap sekitar
Bajunya sebagai kamuflase

Senapan terkokang siap menyalak
Ketegangan menyelimuti
Langkahnya kian perlahan. Waspada. 
Kesunyian melingkupi

Langkah terakhir
Klik, suara pemantik ranjau terinjak
Ia terpana
Wajahnya pias

PAYUDARA

Di lembah dadamu yang tipis
Payudara menjulang hingga hikmah
Air susunya telah mendarah daging
Dihisap sekuat lapar dahaga

Di sana ada kehidupan
Ada harapan

Setelah genap tahun yang lelah
Payudara nyaris keriput
Sebagaimana benalu menumpang hidup
Puting terkoyak hingga luka

Di sana kematian mendatangi
Sebagaimana kehidupan menaungi

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...