Minggu, 28 April 2024

BAYANGAN

Bayangan memudar di senja kala
Kulitnya yang keemasan perlahan kusam. Temaram.

Bayangan bersembunyi di balik kilau lampu
Menjelma menjadi kunang-kunang yang berhamburan

Bayangan lenyap di batas ufuk
Hanya dedaunan yang asyik gemerisik

Jemari waktu telah menarik benangnya
Hingga malam berserah sebagai layang-layang

Lalu satu per satu bintang bergulir, jatuh
Berserakan, telanjang di ranjangnya musim 

Rabu, 24 April 2024

SEMBUH

Tiga hari aku tersungkur didera demam
Panasnya menyelinap di kedip mata
Langit-langit kamarpun berputar, 
hingga pening kepalaku dibuatnya

Setelah tiga kali menenggak obat
Segetir malam-malam yang kian panjang 
Tubuh serasa sedikit melayang
Dan mata yang meram silau disinari lampu bohlam

Jam tiga dini hari keringat membasahi dipan
Diantara selimut dan seprai yang berantakan
Tubuhku terbujur lemah setelah pertempuran
Kuteguk air putih untuk membasuh mulut kering

Jumat, 19 April 2024

PIJAT

Kucampakkan letih lelah ke atas dipan,
cahaya yang temaram, 
gemericik air, 
serta musik lirih nyaris merintih.

Tangan itu mencoba menautkan hati,
jiwa dan raga.
Campuran kuatnya pijatan 
dan bau minyak gosok.

Selama pijatan pikiran menerawang
Tak berdamai dengan mimpi
Setelah usai hingga keringat menetes
Hanya jarem tertinggal

Kamis, 18 April 2024

BERDAMAI

Tak ada jabat tangan
Mulutpun terkatup rapat
Namun hati telah mencair
Dibakar amarah semalam

Seperti bayang perlahan lenyap ditelan kelam, 
telah hitam dengki ini menyertai 
Bila kita berseteru pandang
Adalah kilat di biji mata ketika melirik

Lalu angin meniupkan waktu
Sehingga segala sakit terangkat
Dan tunas tumbuh dari haribaan
Daunnya hijau karena cinta

Sabtu, 13 April 2024

FRIKSI

Seketika itu, kata saling bergesekan
Lelatunya beralih amarah

Dengan jarak sebagai waktu bakarnya
Jadilah kobaran dengki di hati

Dari kilat mata yang selidik
Pandang telah bertirai benci

Senyap sudah gajah di pelupuk, 
karena nila setitik

Setelahnya hanya adu punggung
Tak toleh hanya sedikit sesal

Selasa, 09 April 2024

LELAKI DAN WAKTU

Ia meletakkan waktu dalam bejana
Sebuah jam pasir
Sejumput uban dan senja katarak penunjuknya

Namun, tetap saja waktu menghilir
Meninggalkan cinta menanggalkan rindu
Sehingga tiada lagi terkejar

Perjalanan waktu tetap saja jauh
Sedangkan langkah lelaki tua cukup hitungan jari
Tak jua mengejar hanya saja membayangi

Minggu, 07 April 2024

MUDIK

Lebaran berhamburan hingga desa yang jauh
Membawa bergantang keringat 
Serta cerita kecil tentang sukses
Oleh-oleh hanyalah cindera. 
Kesombongan dan pelecehan. 
Hingga rindu pun berbalas

Berkumpul di ruang malam yang hangat
Waktu dipersilahkan untuk membual
Tentang kota yang gemerlap, makmur loh jinawi
Segala rupa ada lengkap dengan harga dan diskonnya
Apapun bisa jadi uang, bahkan harga diri

Sihir kata-kata telah menghasut jiwa yang dahaga
Maka berbondong mereka ikut ke kota
Datang dengan mimpi gilang gemilang
Tersesat menjadi sampah di belantara 
Karena neraka bernama kota itu masih membutuhkan kayu bakar

Sabtu, 06 April 2024

KIPAS ANGIN DI PARA-PARA MASJID

Kipas itu tidaklah bengek
Hanya kering pelumas
Sambil berderak ia berputar
Mengeluhkan nyerinya di pinggangnya yang menahun

Sejak pencari sibuk menelaah
Sebuah buku kembali terbuka halamannya
Lembarnya terjaga diantara sapuan kipas
Dari pandangnya terletak pengetahuan

Kipas menjadi saksi bagi pencaharian Nya
Sebagaimana sawang di pojok langit-langit
Sepanjang cat tembok memudar
Usianya telah melewati sejarah

Selasa, 02 April 2024

SELEMBAR DAUN JATUH

Nampaknya daun terkulai di batas air
Meratapi peruntungannya yang terburai berserak

Harapan digantungkan pada seiris bulan sabit
Sebuah kasidah buluh perindu

Melarung doa sebagai keniscayaan
Sesampai di genggaman, diremasNya segala pinta

Lalu remahannya disebarkan sebagai debu
Menutupi ufuk hingga pelupuk mata

Namun daun tetap menghilir mengikuti nasib

ANAK

Diasuhnya doa dan birahi Hingga menetes Eros Sebagaimana puja Kama Ratih Kau mendatangi dunia dengan polos Lalu disadapnya setiap tetes kehi...