Selasa, 30 September 2025

DERAS

Langit terus putih sua
Dehamnya halilintar
Muntahkan air jua

Segenap basah
Demikian tanah
Guruh gemuruh amarah

Setelah sepenanak nasi
Hujan tinggal rintik gerimis
Tetapi mengapa langit tetap meraung, menangis

Minggu, 28 September 2025

AKU TAK NYAMAN

Kukenakan topeng dihadapan khalayak
Senyum pun mengembang layar
Dengan serentetan basa basi 
Kita lewati jam-jam membosankan 

Kata-kata template meluncur
Waktu jua memuai hingga suar
Ketika telah tunai silaturahim 
Tinggal tersisa anggukan mafhum

Rabu, 24 September 2025

ANAK DIKANDUNG NEGERI

Seorang anak mengais nasib di tepi jalan
Jari kecilnya merintih
Tubuhnya ringkih
Hingga berbayang tulang

Panas menggerenyitkan wajahnya
Bajunya yang kumalpun berkisah
Di wajahnya yang tembaga
Ada tekad dan keringat

Disampingnya adik kecil meletakkan pantatnya 
Bajunya telah hilang warna
Lusuh seluruh rambut merahnya
Tiada senyum hanya saja seringai 

Sebuah gerobak berisi sampah
Menaungi kedua anak itu dengan bayangannya
Seorang wanita hilang usia dengan topi kain
Menunduk sambil menyuapkan nasi

Kendaraan berlalu lalang
Menerbangkan debu
Dihadapan mereka seorang lelaki, lusuh 
Menikmati rokok kretek murahan

Selasa, 23 September 2025

PADAMU NEGERI

Disatukannya air mata, 
     seribu mimpi merenda
Ketika nyawa sebagai harga, 
    darah mensucikan tanah

Lalu sejarah menancapkan penanya
Di benak pribumi ia bermekaran

Puak di pedalaman, 
     suku di pedesaan
Tumbuh menjadi bangsa, 
     beribu kuntum bunga


Sabtu, 20 September 2025

DERAS

Air, ya hanya air
Tiada pesan jua
Lalu angin

Motor menerjang kubangan
Basah diseantero
Kembali angin

Angin dan hanya angin
Dan senja yang lelah
Pucuk pepohonan tengadah, menadah

Minggu, 14 September 2025

INGKAR

Janji terasa ringan seumpama bulu sebagai awan
Di ujung lidah ia bergulir lancar hingga harapan 
Dan hati bebungah karena menetapi

Saat tenggat janji telah tiba
Sejuta alasan menjadi hujah
Sebab ingkar hanyalah pilihan

Seraut wajah kecewa
Cukup menelan ludah saja
Sebagai jawaban ia melangkah memunggungi

Jumat, 12 September 2025

SEBATANG POHON MANGGA

Pohon mangga belakang rumah
Tangan kakek sendiri yang menanam
Ketika itu usiaku belum mencapai kuping

Pohon itu ditanam dari pelok
Setelah codot menjatuhkan buah matang
Dan dibiarkan tergeletak dirubung semut

Setelah banyak tahun terbilang musim
Pohon tumbuh dengan dahan kuat
Serta kanopi daun hijau yang lebat

Ketika bediding datang menghampir
Kembang mangga semarak 
Memamerkan bunga dan bau pada lebah

Kemarau telah angin
Pentil buah bergelantungan
Para pengijon menawarkan uang

Rabu, 03 September 2025

API DALAM SEKAM

Tak hujan tiada angin hanya bara
Amarah seperti rumput kering
Terpantik api dan berkobar
Sebagai kesadaran kolektif ia terbakar

Sekam adalah ribuan dendam tanpa wajah 
Merambah cepat hingga asap
Menginfeksi dengan iri dengki hingga hasad
Mengubah rumput menjadi serabut

Api telah memakan akal sehat
Di bawah kemarau yang mencekik
Semua bergerak ke satu arah
Kehancuran

Selasa, 02 September 2025

RICUH

Narasi telah memantik api
Di siang kemarau ban pun dibakar
Bahkan bangunan dilalap hingga bara

Ribuan orang tanpa wajah bersungut menuntut
Keringat pun meneteskan lelah
Mulut-mulut kering berteriak mengajuk

Ketika itu di batas senja
Kerumunan berangsur sepi
Hanyalah batu dan botol yang berserak

Pada jam malam ketika terlelap oleh mimpi
Tiba-tiba langit malam berwarna marun
Api membakar sebuah gedung pemerintah 

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...