Selasa, 30 Juni 2020

MENATAP TELEVISI

Televisi menyala sinarnya menerpa mata
Warnanya bergerak dan berubah-ubah
Iklan mendikte menggiring selera
Mengepung dari setiap sudut layar

Tubuh diam lengket di kursi
Seolah tak ada kehidupan
Remote digenggam nyaris jatuh
Sensornya menunduk ke lantai

Mata menatap lurus. Kosong
Memamah gambar tanpa lekang
Langsung dibenturkan dalam otak
Berdebat dengan akal sehat


SIANG, PANAS, ANGIN DAN PROG ROCK

Mataku terpejam, gelap
Sebab siang hanya tetesan keringat, pengap
Angin bermain di beranda
Menari bersama debu

Panas telah naik ke leher
Otak terpanggang pikiran hilang jernih
Musik ruwet dengan tempo acak
Mengusir kantuk yang coba menyelinap

Emosi terbanting oleh not yang tumpang tindih
Seperti naik gerobak di jalan berbatu
Aku terengah sesak nafas dan tersengat
Diberondong panas udara dan panjang lagu

Minggu, 28 Juni 2020

PENGENDARA BULAN

Dengan menunggangi malam
Kukejar sabit bulan
Hingga tangan dapat menggapai
Dan memeluk lehernya

Hati-hati kududuki lekuknya
Dengan lembut kubelai surai cahayanya
Lalu kubisikkan madah mahabbah
Dan bulan melesat meninggalkan bintang

Sabtu, 27 Juni 2020

MUDAH MENINGGALKAN SULIT MELUPAKAN

Cukup selangkah 
Dan lompati pagar hatimu
Aku keluar dari lingkar rindumu
Jauh dari jangkauan pesonamu

Berjarak dengan pengaruh 
Kukenakan baju cemburu
Dengan motif haru biru
Lalu kuucap selamat tinggal pada sosokmu

Ketika wajah menoleh
Mata hilang tatap
Di penjuru hanya dirimu
Membayangi seperti hantu

Jumat, 26 Juni 2020

DI TEMPAT TIDUR

Malam itu lagu merobek hening
Suara penyanyinya tiada indah
Hanya serupa ratapan yang serak
Diseling lengking gitar menusuk tinggi

Betapa lagu demikian perih
Iramanya ritmis keputusasaan yang berulang
Semua duka durjana disisipkan dalam bait
Sebagai doa pada langit tanpa jawab

DI TAMAN KOTA

Ketika malam telah lampu merkuri
Pohon dan bangku berbagi tugas
Sebahagian mengarahkan angin ke sungai
Dan kekasih duduk dinaungi asmara

Di lintasan remaja melepas adrenalin
Dengan roda kita berkeringat
Seperti merak mereka pamer
Dan gadis menangkap momen

Malam kian kemarau
Pasangan serupa desah angin
Ada yang berjalan menjumlah rindu
Ada yang menatap jauh ke dalam mimpi

Tawa adalah milik riang
Setelah lelah mematut
Remaja berbagi feromon
Dan membawanya pulang ke rumah

Kamis, 25 Juni 2020

MARJINAL

Dari ujung gang
Berkumpul rumah petak
Semi permanen
Temboknya tripleks tipis
Atapnya seng yang panas menyengat
Tubuhnya sembunyi di punggung rumah bata
Dan berjarak dari jalan

Udara adalah kombinasi
Bau bumbu digoreng
Pesing berkubang di selokan
Lembab sebagai yang ketiga
Musik dangdut dari warung
Perbincangan dengan logat medok
Terasa padat menekan melingkupi gang

Di kamar mandi umum
Beratap langit kota
Air sumur tercemar dosa
Tubuh-tubuh liat
Diukir hidup keras
Kulit gelap
Tato, panu, kerut
Laki perempuan
Berbagi gosip
Info kerja
Hanya dibatasi kain tipis
Basah dan melekat ketat
Untuk menghindari pandang
Dan siraman dari ciduk bekas kaleng cat

Sejatinya mereka pengusaha
Borjuis kecil
Penjaja tubuh
Penjual omong
Penawar tenaga
Para pemimpi
Pengadu peruntungan

Kemiskinan sebagai modal
Nestapa adalah senjata
Kesempitan serupa anak panah
Strata sosial seumpama bom waktu
Mereka menanti kesempatan
Walaupun hanya selubang jarum
Mereka berusaha mengais
Walaupun rejeki tidak berpihak
Mereka kaum marjinal

Selasa, 23 Juni 2020

RUMAH KOS

Rumah kos dikelilingi sepi 
Saat itu siang milik matahari
Kehidupan bersama tikus, berlari
Dan taman kecil yang sembunyi

Matahari lebih barat dari pohon mangga
Seperti mulut keramba, gerbang terbuka
Motor dan penumpang terpenjara
Diparkir sejajar lelah dan masuki kamar

Sebahagian mencari sore. Mencari makan
Sinar lampu menerobos kaca jendela
Sebahagian meletakkan capai lelah
Setelah mandi dan melepas pakaian

Malam cahaya berkumpul di lorong
Kamar berdegup dan mendengkur
Di dalamnya mimpi mendongeng
Baunya seperti obat nyamuk 

Sabtu, 20 Juni 2020

BUKU

Sebuah buku tergeletak di meja kecil
Tubuhnya terpapar sinar lampu duduk
Sampulnya berwarna dan berkilau
Sehingga judulnya terhalang silau

Di halaman pertama dimana nama tergores
Kertasnya putih berbau lem dan kisah
Ada noktah kering menempel
Dan tanda tangan yang sedikit luntur

Pembatas berbentuk secarik gambar
Ujungnya dilubangi dan diberi pita emas
Cantik sebagai pengingat lupa
Terselip di ketiak kalimat

Sampul belakang serupa lumbung setelah panen
Seluruh isi dipadatkan menjadi paragraf pamungkas
Jawaban segenap halaman yang ditulis
Sebagai penanda akhir buku

Jumat, 19 Juni 2020

OBAT

Diminumnya obat setiap pagi dan sore
Agar dunia memandang ramah padanya
Dan sisanya yang senja hilang serta dalam damai

Diminumnya obat setiap pagi dan sore
Tanda masih ada hidup
Dan tunas tumbuh di bawah alam sadar

Diminumnya obat setiap pagi dan sore
Caranya meletakkan dunia dalam pangkuan
Dengan demikianlah dia melanjutkan hari

Diminumnya obat setiap pagi dan sore
Sebagai ritual penebusan
Sebagai tanda cintanya

KOTAKU

Kotaku beserta pagi
Riuh di terik matahari
Dari tiap gang yang sempit
Motor mengalir menganak sungai
Pelajar berhamburan berhimpit
Seperti belalang menyerbu padi

Kotaku beranjak siang
Debu terbang di atas tiang
Gedung tunduk mengantuk
Semangat hangus tersapu
Sepiring nasi segelas air
Sebatang rokok secangkir kopi

Kotaku kembali malam
Lampu saling berkedip temaram
Emperan berebut pejalan dan penjual
Toko berwarna kian semarak
Denyut nadinya di antara kedai
Dan malam yang kian sepi

Rabu, 17 Juni 2020

DI TITIK PERTEMUAN

Menjelang senja di alun-alun kota 
Cinta berserakan berpasangan

Sepasang kekasih duduk menatap lalu lalang
Mulutnya sibuk mengunyah jajanan

Serombongan remaja berjalan riang
Dengan warna warni cinta yang ceria

Berceloteh sesama dan melirik tebar pesona
Ada bau kencur tertinggal oleh birahi

Pedagang es putar dikelilingi keluarga muda
Anaknya digendong menunjuk dan merengek

Ayah memesan dua gelas es rasa duren
Ibu duduk dan membuka baju. Menyusui

Duduk teraling sulur beringin sungsang
Seorang gadis tertawa renyah pipinya dicolek

Tukang mainan berdiri menanti pembeli
Anak kecil menarik rok ibunya, mengajuk

Di bangku beton, sendiri, diam dan khusyu
Matanya nanar menatap layar berkedip

Di seberang jalan raya pemisah alun-alun
Pengeras Masjid Agung kabupaten berteriak

Memanggil para pendosa untuk sekedar bersimpuh
Melepas sejenak lesu lelah hari yang berdebu

Selasa, 16 Juni 2020

MENANTI PAGI

Aku di dalam kamar. Sendiri
Menatap foto pernikahan
Di sisi tembok retak

Bingkainya miring
Diterjang cicak birahi
Benangnya nyaris lepas dari paku

Sinar lampu menyentuh
Debu dan sawang menumpuk
Gambar wajahku tersenyum

Di luar, pengeras suara berebut masa
Berteriak bersahutan di udara pagi
Mengajak, mengajuk, merayu, memaksa

Kantuk kusingkirkan sejenak
Pujian memenuhi ruang dengar
Aku berdiri mencoba komunikasi langit

Setelah salam terakhir
Tanpa puja puji doa japa mantra
Kutempati sudut sarang tidur

Lagu blues diputar perlahan
Mengusap mata membelai hati
Aku terlelap merenda mimpi

Minggu, 14 Juni 2020

BACALAH LEBIH SEKSAMA

Kau bersilangan dengar pendapatku
Sedangkan tulisan tiada tuntas dimamah
Titik belum terjangkau nalar
Namun penamu merusak anyaman

Dengan jumawa ekor merakmu dikibas
Warnanya semburat prestasi 
Gradasi berbagai pencapaian
Hukum yang menentukan hitam putih

Sebab kata tanpa dualisme makna
Mengapa harus disunat
Apalagi dengan pisau bernama prestasi
Sungguh hanya Gusti yang berhak sombong

Kamis, 11 Juni 2020

TERKEJUT YANG INDAH

Dan kepulan bahagia di linting
Bilik terdiam mulutnya terkunci
Aku mencoba mewarnai mimpi
Dalam pikiran yang sunyi

Ruang dan waktu tumpang tindih
Ditimpali oleh lengkingan musik
Dalam asap kita mengusik merenung
Tiba-tiba pintu gemetar diketuk

Bangun khayal pecah berkeping
Berserakan di lantai dan dinding
Kesadaran terhenyak di sudut pikir
Sedikit bingung menatap sekeliling

Senin, 08 Juni 2020

LEBIH DARI SEKADAR PERASAAN

Simpan saja tangis itu
Hanya merusak riasan hatimu
Mengotori jendela mata dengan bara merah
Padahal setiap liang dosa yang dikandung
Telah kuberi porsekot agar tunai menjadi milik

Sudahlah akhiri isak menghujat itu
Mencekik kerongkongan dengan serapah
Sebab benih yang ditanam telah meruyak
Sulurnya mengepung birahi kita
Dan menanamkannya di rahimmu, adik

Usaplah air mata dengan kain dukana
Keringkan hingga bola mata bergaris kecewa
Palingkan saja segala tuduh dan hujah
Benamkan semua pada kelakianku
Sebab kita dikutuk sedarah

Jumat, 05 Juni 2020

RITUAL

Kepalanya tertunduk
Mata tajam menatap
Tangan lincah memilah
Biji diceraikan dari racikan
Batang dijejalkan ke dalam gelas

Lampu sendu temaram
Pemutar kaset melantunkan blues

Kertas rokok berbaring
Bibirnya diletakkan filter
Remahan kering ditabur
Perlahan jemari menari
Sebatang rokok dijepit dua jari

Lampu berkedip suram
Lagu berulang. Monoton dan kelam

Korek menyala mimpi dibakar
Dihisapnya sensasi dalam-dalam
Diendapkan waktu dalam paru-paru
Asap ditiup ke udara ditemani batuk
Baunya memadati ruang

Cahaya mulai berpendar
Suara meliuk indah

Punggung menghempaskan beban ke tembok
Hijab terangkat dari mata hati
Setiap gerak kian lamban
Pikiran dipenuhi fragmen monolog
Bibir kering dan haus

Cahaya memeluk asap
Sayup lagu menyusup

Segala yang dipandang memiliki nuansa
Setiap yang didengar berlipat indah
Semua yang diam gemuruh di hati
Sedangkan lapar dan haus serupa kakang kawah adi ari-ari
Seakan waktu berhenti dan ruang memuai

Kamis, 04 Juni 2020

DAUN

Seorang tetua mengambil calumet
Ujungnya dihias bulu, taring dan benang kulit
Hati-hati memasukkan rami, tembakau dan rempah ke lubangnya
Lalu mengambil bara dari perapian dan menyulutnya

Pipa perdamaian dihisap dalam-dalam
Asapnya memenuhi paru-paru
Lalu ditiup ke atas sebagai penghormatan bagi Manitou
Ditiup ke bawah sebagai penghargaan bagi ibu bumi
Ke empat penjuru mata angin tanda perdamaian dan persaudaraan

Pipa digilir diberikan ke sebelahnya. Ke kanan
Berlawanan dengan jarum jam
Orang itu melakukan hal yang sama dengan tetua
Menghisap dalam-dalam dan menghembuskannya
Ke langit, bumi, dan empat mata angin

Demikian seterusnya
Semua orang dalam lingkaran melakukan hal yang sama
Hingga pipa kembali ke asal. Ke awal

Semua warna, merah, putih, kuning, hitam bersatu dalam ikatan
Merubungi api unggun dan kehangatan
Berkumpul dan bersaudara
Diam dalam hening yang sakral
Menikmati suasana psikedelik yang damai

4.20

Mariyuana adalah kepentingan
Ada pertengkaran diantaranya
Menjadi saksi sejarah budaya

Hukum adalah pemisah
Hitam dan putih
Kelabu hanya berdesir di hati

Mariyuana adalah obyek
Gerbang eksplorasi matra psikedelik
Disamarkan oleh cerita burung

Hukum adalah pelabelan
Membenamkan dan mengangkat
Bilakah mariyuana berubah hukum? 

Selasa, 02 Juni 2020

EKOR MERAH

Burung itu menyanyi pagi
Dahan dan ranting dicengkramnya kering
Cakarnya mengais tajam seperti menari

Daun kuyup hujan semalam
Ekor burung tegak serupa bulu di kepala suku
Warnanya cantik tersaput merah

Burung mengepak sayap ringkihnya
Menyusuri arus angin kembara
Terbang membawa warnanya

Senin, 01 Juni 2020

HANYA TUKANG

Ketika puisi dibuat
Susunannya terukur
Kata dipilih dan dipilah
Diambil dari perbendaharaan
Dipadupadankan tata letak dan bunyinya
Simetris dan geometris
Enak dipandang dan perlu
Seperti mebel buatan tangan yang indah

Ketika puisi disentuh hati
Permukaannya kasar
Warnanya kelupas
Bahannya kodian
Kasat mata tiada pendar
Pedalamannya rapuh
Tanpa makna hanya etalase
Sebab seni hanya sebatas mengulang
Serupa produk masal sekali pakai
Sampah.... 
Sebab aku hanya tukang

ANAK

Diasuhnya doa dan birahi Hingga menetes Eros Sebagaimana puja Kama Ratih Kau mendatangi dunia dengan polos Lalu disadapnya setiap tetes kehi...