Kamis, 28 Agustus 2025

TAK DAPAT KELUAR DARI KEPALA

Bisik itu merobek kesadaran
Hingga pecah berkeping
Seperti binatang buas 
Mencabik

Dihamparkannya gelap putus asa
Dan tangis pun menjadi rintih
Menggaruki dada jelaga
Merasuki hingga belanga

Kucoba merogoh dengan segenap akal
Namun mata pancing tak berumpan
Seperti menepuk air di dulang
Suara itu terus berulang 

Selasa, 26 Agustus 2025

KOMUNI KEMARAHAN

Ribuan amarah berduyun-duyun tanpa wajah
Memadati jalanan hingga kemarau
Ditudungi terik matahari yang menyulut
Sambil meneriakkan sumpah serapah

Di atas mobil seseorang berpidato berapi
Khalayak di bawah mengacungkan tangan
Mengamini setiap tuntutan
Mencoba menerjang dengan keringat dan air mata 

Diantara wakil dan rakyat
Hanya ada pagar dan barikade polisi
Dibenturkannya sesama anak bangsa
Sedangkan wakil menonton di ruang berpendingin

Minggu, 24 Agustus 2025

KAMAR BERCAT KAPUR

Warnanya tetap sama, lembab
Sebuah foto menatap lelah
Melewati masa lalu
Sawang juga telah menghuni

Belandar tak cukup tinggi menangkap angin
Hanya cicak kawin berlarian
Jendela kayu tetap tertutup
Menambah kusam suasana

Di atas meja setumpuk buku
Ku ambil sebuah. Buku harian.
Ah, disitu tercatat semua nafasku
Juga segenap langkah

Pintu ku tutup kembali
Ku tanggalkan semua kenangan
Tidur di gelapnya ruang
Dan impian semusim

Rabu, 20 Agustus 2025

BASAH

Sumuk terasa menyesakkan dada
Terjebak diantara mendung dan lembab
Disekitar senja yang condong di horizon 

Lalu angin menyibak jingga
Membuka jalan menebar salam
Hujan pun datang sebagai linangan

Rumput yang kering
Melepas dahaga kemarau
Umbinya tunas merayakan kehidupan 

Malam pun kehilangan sunyinya
Suara yang mewakili birahi 
Penuh sukacita oleh kehidupan 

Rabu, 13 Agustus 2025

HUJAN MENDATANGI

Memang aneh ketika hujan mendatangi ketigo ngerak
Uluk salam sebagai mendung
Sesiangan menudungi
Sehingga akhirnya jadi gerimis yang membasahi sore

Tak lama ia bercengkrama
Melepas panas kembali pada fitrahnya
Dan malam pun sambang
Diiringi dengung nyamuk di kamar

Tiada ucap tak ada pamit
Hanya saja bau tanah semerbak
Daun jatuh menanggalkan kuningnya
Lalu memeluk bumi yang lembab 

Sabtu, 09 Agustus 2025

RUMPUT

Matanya nyalang menatap orang lewat
Pantatnya panas duduk di jok beca
Ia berharap ada yang menawar minta diantar
Rejeki tak lari kemana 

Sebatang rokok tinggal separuh
Dihisapnya dalam-dalam untuk menahan lapar 
Sejak pagi ia menanti di mulut pasar 
Rejeki tak lari kemana 

Sepeminum teh telah berlalu
Ia bersiap mengayuh becaknya, pindah
Tiba-tiba seorang ibu menggamit bajunya
Rejeki tak lari kemana

Rabu, 06 Agustus 2025

AKAR

Matanya merah, 
menyiratkan takut dan amarah
Tubuhnya gemetar sebab cemas
Keringat membasahi wajahnya yang tembaga

Di seberang jalan 
barisan lapak dihancurkan 
Beringas petugas
Tanpa ragu

Dagangan berserakan di jalan
Seperti sampah bertebaran
Harapan terinjak sepatu bot
Untung tak dapat diraih

Pikirannya terbang 
menuju anak istrinya 
Meratapi rejeki
Menangisi nasib 

Senin, 04 Agustus 2025

LAGI HUJAN LAGI

Hujan bertukar musim dengan Agustus
Tak deras hanya basah
Angin bediding menusuk
Kembang mangga rontok sudah

Hujan tersesat di ceruk kemarau
Karena gadis kecil* masih ingin menangis
Isaknya bunyi hujan mengguyur
Menyapu hingga batas langit

Sebagai air mata membasuh
Hujan meratapi bumi
Kemarau menatap nyalang 
Mencari kesempatan untuk menyergap

* La nina

Minggu, 03 Agustus 2025

BASA BASI

Lunas sudah basa basi hari ini 
Wajah yang sebermula capai
Kini sumringah tersungging 

Kerap kita hanya bertukar kata 
Sedikit bungkuk seolah mengerti
Lalu balik badan ikuti antrian

Selepas kita lepaskan topeng
Hanya keringat sejalur
Dan diam jadi yang ke dua

Jumat, 01 Agustus 2025

SERPIHAN PIKIRAN

Jendela waktu 
dimana serpih tak lengkap 
dari pikiran yang usang
ditisik ulang 
dengan jari yang luka
membentuk hampar kenangan

Kita selalu mencoba 
menyelaraskan langkah 
Mengeja dengan tergagap 
setiap serpih 
agar menjadi pedoman 
kearah mana kaki penuju

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...