Sabtu, 31 Juli 2021

SUARA SUNYI

Adalah tetes air yang jatuh
Angin yang bergesekan dengan daun
Buah matang pohon yang dimakan codot
Jangkrik mengerik birahi
Dengung nyamuk di kuping
Suara kipas angin berputar, lelah
Lolong anjing di kejauhan malam

Dengkur halus di ranjang pengantin
Setelah pergumulan yang intens. Penuh keringat
Kecupan terima kasih di bahu kanan
Tangan melingkari buah dada
Dan seprai berantakan
Dan tubuh bergelung
Remang-remang siluet tubuh terpeta

KERING

Jejak hujan telah hilang
Dihapus panas kemarau
Hanya angin yang kerap datang
Gemerisik di ketiak dahan ranting

Dari tenggara datang dingin
Bediding kembang randu dan mangga
Lebah berpesta nektar
Kakinya dipenuhi oleh serbuk sari

Kering sedikit demi sedikit beralih coklat
Daun jati berguguran
Rebah di atas tanah kerontang
Akhirnya lapuk menjadi humus

Rabu, 28 Juli 2021

VAKSINASI

Kita mencoba mengepung penyakit 
Dari segala penjuru
Direntangkan jaring 
dan mengelilingi serupa pukat
Ditarik perlahan hingga terkumpul dan terdesak
Di tengah menjaga jarak
Di depan mencuci tangan
Dalam kalangan memakai masker

Setelah panen kematian
Setelah bangkrut
Setelah infeksi
Setelah pengangguran
Setelah panik sosial
Setelah jibaku
Setelah sumber daya terkuras
Hanya waktu yang akan menjawab

Senin, 26 Juli 2021

PUISI

Semenjak puisi dilahirkan
Pada lembar kertas yang terjaga
Dihiasinya setiap baris dengan bunga kata
Hingga hati sibuk menerjemahkannya

Karena suara selalu berselisih faham
Menempatkan makna pada cakranya
Maka rima menjadi rambu
Menjaga puisi dari sesat arti


Sabtu, 24 Juli 2021

KETIKA LAGU HADIR DI RUANG KENANGAN

Ketika itu sore masih menggantung di jendela
Lagu mengalun lembut mengetuk kenangan
Nadanya fasih didendangkan dalam hati
Notnya berloncatan memenuhi pikiran

Sedikit demi sedikit ingatan kembali dirajut
Polanya dari sedih air mata hingga gembira
Di sudutnya ada siluet tubuhmu menatap kejauhan
Warnanya aneka sebagaimana pelangi

Lagu kian mengusik emosi hingga pedih peri
Iramanya naik turun berkejaran
Serta mengeras dan lembut berpilin
Namun tubuh dihempas serupa di rumah kaca

Kamis, 22 Juli 2021

TEH HANGAT AROMA MELATI

Segelas teh hangat aroma melati
Menghadirkan pagi berseri
Satu sendok gula sebagai pemanis
Merambah suasana hati

Tegukan pertama menikmati harumnya
Segar layaknya cuaca cerah 
Mata pun berbinar cemerlang
Semangat terpompa hingga riang

Segenap ampas berkumpul di dasar
Ketika dituang bergerak liar
Sisa aromanya masih terasa
Hanya warnanya memudar

Rabu, 21 Juli 2021

SEPIRING NASI

Hari ini... 

Sepiring nasi hangat
Disiram kuah rawon panas, pekat. 
Daging empal empuk

Ditaburi kecambah 
dan bawang goreng, 
serta sesendok sambal

Ditambah kerupuk udang
juga telur asin, separuh
Di tata rapi di atas nasi berkuah

Garpu sendok sibuk bekerja
Mulut melahap
Piring tandas

Itulah ibadah siangku

Selasa, 20 Juli 2021

KOPI DAN SEMUT

Sepagian segelas kopi di atas meja
Tutupnya sedikit menganga
Panasnya telah hilang menguap
Tetesannya nyaris kering di taplak

Seekor semut berjalan ke gelas
Kepalanya ditengadahkan
Ketika sampai di bibir gelas
Tubuhnya terperosok jatuh terpeleset

Semut meronta sekuat tenaga
Kopi beriak karena gerak
Tubuhnya melemah dan putus asa
Perlahan mati tenggelam

Senin, 19 Juli 2021

DASTER IBU

Daster ibu ialah pagi siang
Setelah malam ditetesi iler
Lusuhnya sebetis dengan renda koyak
Lengannya tak tutupi ketek dan payudara

Banyak cerita pada kumalnya
Demikian pula luntur merubah warna
Namun ibu nyaman memakainya
Karena keringat telah menyatu jadi dekil

Daster berhias dengan sendal jepit
Lehernya dikalungi emas berwarna suasa
Di antara buku jarinya yang kapal
Terselip manis cincin kawin

Di kamar mandi daster masuk ke ember
Langsung dibilas dengan sabun dan air
Setelah diperas laku dijemur
Sebab esok dikenakan lagi

Jumat, 16 Juli 2021

KECEWA

Kecewa mendatangi dalam rupa pedih perih
Tanpa sekecap kata pun, lirih
Hati sebagai air jernih yang disibak
Permukaannya keruh dan beriak

Pada mulanya adalah percaya diri
Bersama harap-harap cemas
Mereka menjadi sedikit pongah
Sebelum kecewa memporak porandakan

Sejenak pikir hilang arah
Tanpa pegangan tenggelam di lautan emosi
Namun kesadaran meredam segala
Seperti hujan di pagi hari

Rabu, 14 Juli 2021

VIRUS

Berapakah nasib telah dipikulnya? 
Rasuki liang lahat yang keras kemarau
Sekedar jarak coba bertahan
Selembar masker melindungi

Virus merebak sebagai cendawan di musim hujan
Meruyak seumpama deret ukur
Puncaknya serupa gunung es 
Maka bertiwikrama menjadi pandemi

Senin, 12 Juli 2021

CINTA, AKU JATUH!

Semenjak cinta
Hingga tak jejak langkah
Dimana rindu demikian luka
Lalu mengendap di dasar

Sebagaimana cinta
Cemburu segenap kayu bakarnya
Mata serta kata sebagai pemantiknya
Seringnya dipeluk sebagai kecewa

Sekejap cinta
Yang ke tiga serupa nafsu
Dan sisanya tinggal baka
Seperti kering kemarau

Sabtu, 10 Juli 2021

KURSI DAN TIDUR

Aku tidak sedang mengejar mimpi
Memang panas dan angin berganti
Kursi hanya menawarkan siang
Maka kantuk pun diundang

Karena mata dimeramkan
Segala kisah melintas di benak
Sebagai uba rampe bagi tidur
Sebelum mimpi menjadi dengkur

Sebagai pengganti peraduan, 
nyaman hendaknya dicari
Sebab mudah terjaga
Karena bunyi lirih

Jumat, 09 Juli 2021

SENDIRI LAGI 2

Demikian itu malam kian tua
Bungkuk seperti tandan kurma
Di kamar lampu tengah, lelah
Berusaha memanggil serangga

Wajahku menempel di kayu jendela
Mencoba menatap hitam malam
Gemerisik angin dan daun
Bukanlah teman beradu

Maka kamar kian tersungkur sendiri
Hatiku pun pedih peri
Memang telah suratan
Malam kian kelam tanpa teman

Rabu, 07 Juli 2021

MAK LAPAR!

Mak lapar!
Demikian itu sembilu adanya
Merambah hati sekeping luka

Di atas meja ada kendi 
Semut berbaris di piring

Mak lapar! 
Demikian itu kantuk pun menjauh
Bertambah segaris duka

Minumlah dulu air kendi
Tidurlah di pojok
Emak menanti pelanggan
Lalu sebatang rokok dinyalakan
Menghalau bosan dan nyamuk

Mak lapar! 
Demikian itu kau menyalak, nak
Diantara tidur dan igauanmu

Pelanggan pertama datang
Tanpa basa basi langsung menubruk
Penglaris untuk beli dua bungkus nasi
Sebungkus rokok
Segelas besar kopi untuk menanti pelanggan

Mak lapar! 
Diantara lelap dan mimpi
Mulut kecilmu menagih

Selasa, 06 Juli 2021

PANIK

Panik merebak
Pada bediding kembang randu dan mangga
Pada peralihan musim
Pancaroba

Di pasar barang lenyap
Duit tak lagi kuasa
Dilibas pandemi
Dilindas takut

Rumah dikepung
Aparat dan penyakit
Seperti lesus melanda 
Cemas di sana ada

Tumbal berserakan
Dicabut acak
Seperti mengambil kucing dalam karung
Satu nyawa untuk tiap kepedihan

JALAN YANG KUPILIH

Tak selalu jalan berliku
Dihembus angin kering kemarau
Naik turun dan berbatu
Seakan tak berujung

Kaki pernah terluka 
Hati dirudung duka
Waktu yang menguatkan langkah
Kerikil tak jadi halangan

Jalan yang kutempuh
Tidak hanya lurus
Tak jua mulus

Jalan yang kupilih
Sekali melangkah
Tiada menyerah kalah

MENDUA

Hati nampaknya kian condong
Karena keberpihakan
Waktu turut menghilangkan jejak
Di Barat mereka bersekongkol berkelompok

Kebersamaan adalah kata lain dari bosan
Karena habis manis sepah tak dibuang
Sehingga lidah terasa hambar
Menjadi kebiasaan nyaris tanpa kilah

Mendua memacu adrenalin
Mengacu salah sebagai semangat
Pikiran sering berlama-lama sendirian
Mencoba mengeja cinta platonis

Senin, 05 Juli 2021

RETAK

Dengan kata kita menggores
Secermin retak serambut gelisah
Walau direkatkan oleh cinta
Bekasnya tetap serabut

Katanya waktu menyembuhkan
Menetapi sabar dan solat
Namun sisanya sebagai bekas luka
Menebal di palung hati

Kamis, 01 Juli 2021

PERTENGKARAN 2

Amarah mendapati kebenarannya sendiri
Air mata turut menuntut
Kata-kata kian meninggi disulut emosi
Seperti daun kering dibakar kemarau

Beberapa patah petuah mencoba kukuh
Namun amarah seperti dalam sekam
Sedikit angin lesus bertiup
Api kembali berkobar. Merah. 

ANAK

Diasuhnya doa dan birahi Hingga menetes Eros Sebagaimana puja Kama Ratih Kau mendatangi dunia dengan polos Lalu disadapnya setiap tetes kehi...