Kamis, 30 September 2021

JEJAK SEJARAH

Jejak sejarah berwarna darah
Berkamuflase di semak berduri
Disemai oleh isak air mata
Tumbuh menjadi dendam dan dengki

Kekalahan pun meninggalkan jejak
Mewarisi celaka yang papa
Di bahunya memanggul dosa leluhur
Dari sekujurnya didera malu

Sejarah memang ditulis oleh pemenang
Sebagai alat legitimasi menindas
Namun para pecundang pun memilikinya
Sebagai mimpi yang jauh di sana

Titik temu hitam putih adalah kematian
Menang kalah menjadi nisbi
Sejarah kembali didaur ulang
Kembali ditulis dengan narasi yang sama

Rabu, 29 September 2021

MOOD

Mood menggerakkan tangan guna menulis
Menjumput ide dari lembar yang terjaga
Menjabarkan dari abstrak hingga mudah dibaca
Menitipkan makna pada pemikiran

Mood bahkan gesit bak kidang kencana
Pamerkan bulu meraknya mekar di seantero
Jika ayal menangkapnya
Maka harap menanti lagi datangnya yang tak pasti

Jika mood tak hendak manjing
Siapkan lah uba rampe sesajen
Berupa secangkir kopi pahit
Dan sepiring gedang kepok goreng

Minggu, 26 September 2021

DI JALAN PULANG

Jalanan dibekap panas
Karena kemarau belum mau pergi
Sedang hujan telah mendesak

Helm dan masker menambah pengap
Seolah angin mati di sepanjang jalan
Di depan truk batuk mengeluarkan asap

Aspal menambah kian terik
Pohon di kiri kanan merana
Bergerak cepat menjauhi motor

Di tikungan dekat rumah
Motor berbelok di kiri matahari
Lalu masuk ke halaman 

Jumat, 24 September 2021

CUCUKU

Cucuku datang
Dibawanya mainan dan popok
Juga tangis dan tawa 
Di dalam tas

Semua ingin memegang
Ingin menggendong 
Ingin mencium
Seperti piala bergilir 

Cucuku membagikan tawa
Semua senang 
Semua bahagia
Bertepuk gembira

Karena udara sumuk
Cucuku haus
Ingin minum susu
Maka ia menangis tersedu

Kamis, 23 September 2021

TANYA KABAR

Mengapa jejak kabarmu tak pernah nampak
Sekedar pelipur kangen tak waktu
Karena perceraian kita sebab jarak
Maka kirimkan sepatah dua rindu

Berkabar adalah kangen yang paling purba
Sebelum kata lain merangkai cinta
Sebelum kesibukan mengambil alih
Sebelum dirobek sepi

Maka sekali lagi, layangkan lah kabar
Tanda sekilas pengingat perhatian
Bahwa engkau pernah dan tetap hadir
Bahwa kenangan jua perlu diperbaharui

Rabu, 22 September 2021

BAIKAN, YUK...

Mengapakah kita seperti kembali asing
Pandang di buang jauh menyimpang benci
Sekat menang kalah dan diam yang menggelitik
Seperti senyap di tengah keramaian

Sekian waktu kita menguak takdir
Seperti cadik membelah gelombang
Hanya karena nila setitik
Tembok retak serupa goyah oleh gempa

Coba lah kita saling mundur selangkah
Menatap dengan perspektif lebih luas
Siapa kira masih ada kebaikan di sana
Merekatkan janji lama dan mengobati luka

Selasa, 21 September 2021

ISTIRAHAT SIANG

Siang itu terik telah matahari hingga peluh
Sesekali angin menelisik jendela
Mata terasa berat sebab kenyang
Tubuh tersungkur di atas dipan

Bahkan lalat pun malas terbang
Karena disengat panas yang kering
Bau keringat tak mengundang
Hanya dengkur tak nyaring

Bantal dan mimpi pun menghasut
Sekiranya lelah coba dientaskan
Pada jam-jam paling bosan
Antara diriku dan tidur

Senin, 20 September 2021

KRITIK

Seperti pisau tajam bermata dua
Kritik diasah di batu pengetahuan
Dan tajamnya mengoyak

Semenjak kritik tak punyai kebangsaan
Hanya setia pada sang majikan
Taringnya menggigit hingga luka

Ketika kritik dilayangkan
Tak ada jalan kembali
Yang tersisa tinggal cabikan

Sabtu, 18 September 2021

REUNI

Bagaimana kabar cinta monyetku kini
Demikian otakku didera pertanyaan
Semacam gairah merasuki diri
Lembar kenangan satu demi satu terbuka

Aku melihat ke dalam cermin
Seraut wajah dengan kerut di ujung mata dan mulut
Usia telah mengambil kesegarannya
Ditempa oleh banyaknya tahun

Di reuni apakah aku bertemunya
Sedikit salah tingkah, sambil melirik, mungkin
Dan daftar pertanyaan klise kesehatan serta keluarga
Adakah ia mengenang cinta monyet kita


UPAH

Hari ini hari Sabtu, hari bayaran
Jam menunjukkan pukul empat dua puluh
Orang bergerombol menanti panggilan
Satu persatu  dipanggil dan menerima amplop
Amplop berisi upah kerja seminggu

Namanya dipanggil lewat pengeras
Serta merta ia bangun dan mendatangi
Sebuah amplop tipis diberikan
Hatinya berbunga karena minggu ini ada lembur
Upahnya lebih dari minggu sebelumnya

Sambil berjalan ke tempat parkir ia berpikir
Hendaklah mampir ke pasar untuk membeli buah tangan
Martabak terang bulan nampaknya cocok dimakan bersama anak dan istri

Di depan pasar, deretan penjual kue
Ia memarkir motornya agak jauh dari tukang jual terang bulan
Kebetulan sore itu ramai sekali
Ia berjalan menuju gerobak
Tiba-tiba ada orang yang memeluk dirinya
Sepertinya terpeleset akan jatuh
Dengan sigap ia pegang orang itu
Lalu orang itu minta maaf dan bergegas pergi menjauh

Di depan penjual terang bulan ia memesan satu loyang dengan taburan coklat kacang
Sambil menanti pesanannya selesai ia berandai-andai
Besok akan mengajak anak dan istrinya ke taman kota. Wisata. 

- Pak, pesanannya..... 
Diambilnya bungkusan kue
Lalu ia merogoh kantong
Mukanya berubah
Dirogohnya semua kantong
Atas, bawah. Nihil. 
Dan ia tercenung salah tingkah dan bingung
Amplop upah mingguannya raib

Jumat, 17 September 2021

HUJAN DAN MALAM MINGGU

Hujan jatuh tepat di malam minggu
Memporak porandakan segenap rencana
Mendung yang biasanya sebagai pertanda
Langsung turun berupa gerimis jatuh

Baju dan celana telah disetrika
Menanti dengan harap cemas
Di luar, sore seakan gemetar
Diguyur air seperti tumpah dari langit

Di beranda ditemani bunga dalam pot
Ku duduk di kursi rotan
Menatap air jatuh di pelimbahan
Sambil menanti notifikasi

Kamis, 16 September 2021

PANEN

Gergaji listrik meraung keras
Sengon bertumbangan satu demi satu
Gemak berlarian, bertebaran karena bingung
Sarangnya hancur tertimpa pohon

Sengon dipotong sesuai ukuran
Lalu diangkut ke truk
Ranting dikumpulkan sebagai kayu bakar
Daunnya jadi pakan ternak dan kompos

Tanah kebun telah kosong
Hanya pagar kayu secang yang mengelilingi
Beberapa pohon mangga merana
Gulma meranggas berpencaran di sana sini

Selasa, 14 September 2021

JALAN DAN MUSIM HUJAN

Sepanjang jalan di sisi kiri sore, mendung menggantung
Sisa hujan tadi masih basah karena daun berjatuhan
Di pinggir jalan genangan terlihat keruh
Kontras dengan aspal yang legam

Tiba-tiba tanpa kulo nuwun hujan turun lagi
Bumi basah dan menggigil
Selokan tak mampu menampung air
Sehingga luber ke badan jalan

Kendaraan tetap melaju kencang
Menerobos hitam pekat hujan malam
Lampu menyorot seperti mata setan
Cahayanya menatap titik hujan dan getar dedaunan

ANTARA LAGU DAN HUJAN

Hujan jatuh ketika lagu memenuhi ruang
Suaranya mendesak ritmis
Sehingga lagu mencapai kuping dengan susah payah
Namun suara hujan tetap perkasa

Tak lama lagu dan hujan bersinergi
Merobek luka lama di hati
Menggali setiap kenangan yang mungkin
Memenuhi setiap ruang pikir dengan kamu

Setelah gerimis suara kian lembut
Angin membawa semua duka lara
Yang tersisa hanya laguku
Sambil menatap langit-langit dengan termanggu

Minggu, 12 September 2021

DERAS

Hujan datang tergesa 
Derasnya membasahi beranda
Menampar kaca jendela

Sesekali petir merobek
Langit sekejap terang
Tirai hujan tersingkap jelas

Ketika hujan telah habis dituang
Bintang bermunculan dari tempat berteduh
Menghiasi langit malam yang gemetar

Sabtu, 11 September 2021

LAUT

Adalah burung camar dan cadik membelah ombak
Satu demi satu sinar dibenamkan
Yang tersisa hanya gelap pekat
Dan angin yang mempermainkan rambut

Perahu kecil dengan lampu minyak
Berkedip serupa bintang di langit
Kerlipnya naik turun diombang ambingkan ombak
Sebuah bendera kecil melambai

Di batas pertemuan pasir dan laut
Dimana nyiur menarikan angin
Sepasang kekasih duduk di pokok kayu kelapa
Menggadangi bulan yang seperti tandan

Jumat, 10 September 2021

KENANGAN

Lidahku mengingat Jogja
Dengan aroma kayu bakar kita antri
Menanti pintu pawon dibuka

Pukul delapan adalah waktu yang tepat untuk berdesakan
Sebab Kadipiro berwarna hijau
Dan kita bergerilya mencari kursi

Kita disergap asap dan bau daging dipanggang
Makan siang memang butuh kalori tinggi
Maka bersama Pak Pong kita bersimbah peluh

Senja jatuh di Malioboro
Dimana matahari terbenam
Kita menikmatinya dengan lumpia dan dawet

MUSYAWARAH UNTUK MUFAKAT

Kata diambil dari keranda hikmah kebijaksanaan
Diletakkan di gelanggang sabung
Tajinya dipertajam dengan argumen
Diperkuat dalil dan hujah

Ketika satu putaran genap
Lonceng istirahat berdentang
Kopi dan kue dibagikan
Lobi menjadi ikhtiar selanjutnya

Sebab stamina telah turun
Kalangan tak segegap gempita semula
Sebahagian ada yang mengantuk

Ketua Dewan mengambil alih arena
Diketuknya palu untuk musyawarah mufakat
Menghindari voting

Kamis, 09 September 2021

MENATAP CERMIN

Sebuah cermin besar di pintu lemari
Ia menghujamkan tatapnya pada bayang
Sebuah wajah tembaga dengan mata saga
Di ujung mata kerutan akibat waktu

Rambutnya telah dwi warna dan acak
Ditempa siang dan malam
Bibirnya pucat terlihat menekuk pendek
Tak ada senyum di situ hanya pilu

Diambilnya baju dari dalam lemari
Lalu ia mematut di muka cermin
Tubuhnya tambun asam garam
Seolah dapat menghitung waktu yang hilang

Rabu, 08 September 2021

LAGUMU

Dari radio kembali bergaung lagumu
Seperti bersuara dari ketiadaan yang baka
Satu demi satu not tergelincir di telingaku
Mengepung hatiku dan merantainya duka

Mata ku meramkan agar wajahmu tertampung
Lagu bergelombang naik turun seperti rindu
Lalu kenangan tersandera oleh emosi
Setetes air mata jatuh perlahan di pipi

Lagu selalu berakhir ketika mimpi dibangun
Suaranya kian temaram sebelum penyiar
Volume radio ku kecilkan
Dan tatapku kembali ke dunia nyata

Selasa, 07 September 2021

MALAMKU

Aku mengajak malamku mendatangi kota
Di antara dua gunung berteduh
Kemarau berangin debu
Penghujan beratap awan kelabu

Di kota, malam berpencaran
Di antara kafe yang penuh lampu gantung
Bangunan kantor yang diam di kegelapan
Dan tawa ria di sela-sela sinar lampu

Jalan pada itu waktu masuki pukul delapan
Pembatas diletakkan untuk membatasi malam
Namun kendaraan berupaya melintasi
Mencari jalan pulang ke rumah

Minggu, 05 September 2021

HARI INI AKU ULANG TAHUN

Hari ini aku ulang tahun
Aku duduk bersila di atas dipan
Tempat berbagi tidur dengan kakak dan adik
Di ruangan sempit yang di sebut kamar
Tanpa ventilasi hanya sumuk yang ada

Hari ini aku ulang tahun
Dalam ingatannya adalah hotel berbintang
Kue bertingkat
Saudara dan sahabat
Kolega ayah
Hadiah bertumpuk
Makanan tak ada habis
Kebahagiaan tumpah ruah
Lampu dan cahaya menggenapi

Hari ini aku ulang tahun
Perayaan serupa impian yang jauh
Ibu entah kemana
Ayah di Lembaga Pemasyarakatan
Kakak mengais rejeki
Aku sendiri merenung dalam sepi
Diam dan melamun
Di kamar

DITINDIH

Tiba-tiba kesadaran menerjang tidurku
Mataku terbelalak dan nafas terengah
Dadaku ditindih tersesak oleh sesuatu
Namun hanya remang gelap kutemui

Sejenak ku atur nafasku 
Sesak di dada perlahan lenyap
Ku coba pejamkan mata lagi
Seperti malam yang hilang begitu saja

Namun mimpi tak datang
Pikiran bergelut sendiri
Ku duduk di ujung ranjang
Menggadangi kamar

Sabtu, 04 September 2021

HANYA CERITA

Rumah itu kuno
Dikelilingi pohon besar
Beringin dengan gagah menyandingi
Di dalam lampu bergelantungan
Dihiasi kristal berbagai ukuran
Warnanya temaram hingga suram

Di ruang makan
Sebuah meja panjang
Duduk di ujung selatan seorang wanita cantik setengah baya
Di ujung utara seorang pemuda
Mereka seperti menantikan jamuan
Masing-masing menegang gelasnya
Menghirup pelan-pelan tanpa bincang

+Kau tetap akan pergi sekarang? 
Pemuda itu hanya diam
Matanya nyalang menjawab
+Baiklah, ini makan malam terakhir kita
Lalu si wanita menepuk tangan
Dari balik pintu pelayanan mendatangi
Nampannya diletakkan di depan si pemuda
Tutupnya dibuka
Tersiar bau harum daging di panggang
Jantung dan hati dimasak sempurna
Disirami saus coklat
Beserta sayuran seperti wortel dan jagung

+Ayo, dimakan! 
-Kau tidak makan? 
+Aku masih kenyang. Habiskan saja         makananmu. Lalu kau boleh pergi. 
Tanpa sungkan pemuda itu langsung melahap hingga tandas
Si wanita hanya menatap sambil meneguk minumannya
Di bibir tipisnya seulas senyum dingin
------------------------------------

Di pagi yang cerah
Di hutan taman kota
Orang-orang bergerombol sambil menutup hidung
Polisi dan tenaga kesehatan berdatangan
Sosok mayat wanita muda tergeletak
Isi perutnya terburai 
Jantung dan hatinya lenyap

Jumat, 03 September 2021

MAKAN MALAM

Tak ada lilin aroma melati
Juga temaram lampu romantis

Kita duduk berhadapan
Di atas meja,
taplaknya batik plastik

Semangkuk sayur 
Sepiring tahu tempe
Sebokor nasi hangat 
Stoples berisi kerupuk

Makan berebut sunyi
Hanya denting sendok dan piring

Air diteguk
Udara terasa panas
Baju basah oleh keringat

Sambil berdiri membereskan, 
Ia bertanya, "ayah mau kopi?"

"Boleh!"

"Kalau begitu tunggu di ruang tengah"

"Sehabis bersih meja, nanti dibuatkan"

Mereka melangkah bertolak belakang. Berlawanan arah. 

Rabu, 01 September 2021

LUKA

Sebagaimana merobek kulit ari
Demikian juga adanya pedih perih
Mengikuti kemana pun luka mengering

Sedikit obat ditabur di luka nganga
Setelah dicuci di air mengalir
Melindungi dari angin dan debu

Luka dianyam, ditenun serupa kain
Sedikit gatal di sambungannya
Dan sejalur garis putih di bekasnya

INTRIK

Dari padepokan senjata Gandring
Sebilah keris ditempa dan diselundupkan 
Disematkan pada Kesatria Brahmana berhidung Sudra
Kepala penjaga Keakuwuan dan Kaputren

Seorang oportunis berjalan dengan congkak
Di punggungnya terselip keris
Keris pinjaman dari Arok
Keris kutukan tujuh turunan

Di malam gelap durjana
Bilah keris mengoyak perut
Racun warangan dengan cepat menjalar
Sang Tunggul Ametung terkapar tanpa nyawa

Penjaga temukan keris menghujam
Darah bersimbah di lantai
Ketakutan mencengkeram setiap nyali
Itu keris milik Kebo Ijo

Di ranjang Dedes tak dapat pejamkan mata
Di sisinya Arok, pembunuh suaminya, pulas
Di sisi lain, Umang madunya
Di perutnya janin keturunan sang Akuwu

ANAK

Diasuhnya doa dan birahi Hingga menetes Eros Sebagaimana puja Kama Ratih Kau mendatangi dunia dengan polos Lalu disadapnya setiap tetes kehi...