Rabu, 30 April 2025

AKHIR BULAN

Saat mimpi-mimpi yang telungkup 
Tertawa melihat lembar rupiah lusuh
Ada sedikit euphoria menuju tanggal muda
Sebab dompet merekah sebelum isinya pindah ke buku hutang

Sedikit pongah ku masuki pintu warung
Tunjuk sana tunjuk sini tak kenal harga
Sepiring nasi ludes segelas teh tandas
Perut kenyang hati senang

Melangkah ringan memunggungi warung
Langit secerah awal kemarau
Beban bulan lalu telah lunas
Di buku tertulis hutang baru

Minggu, 27 April 2025

CATATAN KAKI

Lembar itu hanya kosong
Tiada tanda atawa sidik
Lalu ingatan dituangkan
Menjadi selarik bentuk

Mata mulai menulis
Dengan warna pelangi 
Setiap huruf yang tertinggal
Menjadi jejak langkah di ruang baca

Rabu, 23 April 2025

PAYUDARA

Dimana usia sebermula 
Sadaplah pengetahuan dari putingnya
Buka seluas otak dan hati
Karena disetiap tetesnya ada helai kasih

Jelajahi saja hingga batas mimpi
Bertualang dengan dongeng dan senandung 
Sementara mulut mengecap
Jemari kecil bermain di di leher dan dagu

Jika telah tunai
Payudara nyaris hilang serinya
Dekaplah bunda dengan kedua tangan
Bisikkan cinta di dadanya yang tipis


Selasa, 22 April 2025

KERINGAT

Sejalur keringat
Merebak di belahan dada
Membawa pesan nestapa

Mengantar lelah
Pada segelas air

Keringat mengalir
Menghilir
Bergulir

Menuju perhentian terakhir
Lalu lenyap dalam senyap

Minggu, 20 April 2025

TIKAM

Itu keris tikam
Liang tujuh luk
Luka merebak;
Darah

Dendam mengasah
Keris tajam haus jua
Mengalir deras;
Merah

Itu darah;
Luka
Merah
Seanyir nyawa

Sabtu, 19 April 2025

HALTE

Hanya polusi knalpot
Dan rumput layu terinjak
Kaki lima terkapar
Di jam sibuk matahari

Tidakkah menanti adalah waktu
Bus tak juga hanya macet
Sedangkan haus terus menerus

Jumat, 18 April 2025

BURUNG

Mengapa burung berkicau liur
Hingga menitikkan anak sungai
Jaripun menuding langit kumuh
Seolah sumpah serapah tak sampai

Tak lekang sayapnya beban
Sebagaimana dosa asal 
Bulupun tercerabut

Bulan pucat menangis di atas perigi


Kamis, 17 April 2025

JIKA

Amarah itu,
ketika langit runtuh sebagai jutaan titik
Air di lubuk beriak 
Mendesak gelombang hingga muara

Amarah itu, 
ketika bergeming seribu bahasa
Matapun air sebagaimana kecewa
Bergulir ke dalam garba duka

Jika, maka bila jika....
Amarah adalah jawaban
Maka diam sebagai titik nadir

Selasa, 15 April 2025

MENGAPA BULAN ITU

Wajah tirusnya sabit
Manjing di cakrawala
Garisnya murung 
Cahaya pun terpasung

Ronanya pucat, pilu
Seribu doa sembilu
Aku terus menatap dengan kesima
Tanpa sadar mulutku bergumam 

Bulan tak purnama lagi
Manzilahnya hampir berakhir 
Dari sudut hati
Ia terbenam sambil menangis sedih

Jumat, 11 April 2025

MENGHABISKAN WAKTU

Ku datangi setiap senja yang melintas
Dengan membawa hujan maupun kemarau
Bahkan angin laut yang basah

Setiap detiknya ku hitung dengan seksama 
Hingga berdesak sesak di relung batin
Namun waktu terus saja melintasi ruang

Dalam hitungan tahun; datang dan pergi
Waktu tetap saja menghilir
Tak beriak hanya mengalir

Rabu, 09 April 2025

BIARKAN SAJA HUJAN ITU

Tak angin hanya saja hujan 
Air beriak hingga pelimbahan
O, kenangku
Senyummu
Cintaku jauh
Rindu kupeluk

Daun menghilir menanggung pesan
Kasih tak sampai hanya impian semusim

Minggu, 06 April 2025

BINCANG DENGAN ANGIN

Sambil uluk salam angin mendatangi berandaku
Ia berbisik halus di tepian telinga
Lalu bermain sekejap dengan helai rambutku

Demikian cukup basa basi dengan belai halus di wajahku
Diletakkannya dedaunan kering di atas lantai duka
Sebagai sesaji bagi musim yang temberang

Setelah lengkap segala ucap
Sepenuh dekap ia merintih
Dimanakah sejuk kini berada?

Sabtu, 05 April 2025

ARISAN

Kusimpan saja kabar 
Pada angin ia berkeluh

Sore masih hangat
Matahari terawang

Secepat langkah mengayun
Tetangga jua berkumpul

Nomor diaduk, diundi
Tatap harap menghadap

Ketika angka diteriakkan 
Jerit kemenangan menyibak kerumunan


Jumat, 04 April 2025

KOMPROMI

Seperti beralih topeng
Tabir hati tak mimik
Dengan sedikit riasan
Kita jembatani perbedaan

Bertukar kata
Berbagi lirikan
Sepenggal kisah
Sekejap resah

Tiada ungkap
Hanya sikap
Ketika berjabat
Luruh harkat martabat 

Kamis, 03 April 2025

DARI KURSI KERETA

Senja di ujung rel
Kereta bersilang
Suaranya saling 
Melepas salam

Aku terduduk
Menatap nanar
Dari jendela
Pohonan berkejar

Dua anak berebut
Ibu berpeluh memisah
Satu menagih
Yang lain menangis

Seorang bapak menoleh
Berjalan perlahan
Mencocokkan nomor
Sambil menarik koper

Dari kursiku
Kuhempas capai lelah
Mataku berat
Kantuk bergayut

ANAK

Diasuhnya doa dan birahi Hingga menetes Eros Sebagaimana puja Kama Ratih Kau mendatangi dunia dengan polos Lalu disadapnya setiap tetes kehi...