Tirai naungi kaca menampik terik
Menepis pandang dari jangkauan silau
Ruang remang, kucing melingkar di kursi
Sedang sepi mendekam enggan beranjak
Renda bermotif tutupi ventilasi
Angin mengusik hingga berjingkat
Debu tertahan oleh cadar
Jatuh berguguran di lantai
Seekor cicak berbaur antara kerut
Berlari memburu makan siang
Tubuh terperangkap sawang
Jadi hidangan laba-laba
Jumat, 28 Juni 2019
Kamis, 27 Juni 2019
LEMARI
Lemari kaca memunggungi tembok
Pintunya hampir tak kuasa menutup
Di dalamnya harta karun berserak
Tumpang tindih dan mengintip
Buku berbaris dan menumpuk
Kusam dan kucel sebab jamah
Tinggalkan sidik dan selidik
Menyelami lautan hikmah
Keingintahuan datang dan pergi
Hitungan tahun yang lalu
Segenap pengetahuan melanglang
Lemari tetap memunggungi tembok masjid
Pintunya hampir tak kuasa menutup
Di dalamnya harta karun berserak
Tumpang tindih dan mengintip
Buku berbaris dan menumpuk
Kusam dan kucel sebab jamah
Tinggalkan sidik dan selidik
Menyelami lautan hikmah
Keingintahuan datang dan pergi
Hitungan tahun yang lalu
Segenap pengetahuan melanglang
Lemari tetap memunggungi tembok masjid
Rabu, 26 Juni 2019
KOPIKU
Kopiku adalah hadirnya pagi
Sebab aromanya kayu bakar,
lelatu yang menerjang dingin
dan asap yang menusuk mata
Sebagaimana pahit termaktub
Gula adalah keringat emak
yang terbungkuk mengolah
dan menetes di lantai tanah
Semangat serupa secangkir kopi
Ditiup untuk mengusir kantuk
Sisanya di meja dirubung semut
Dihirup ketika matahari sepanas kopi pagi
Sebab aromanya kayu bakar,
lelatu yang menerjang dingin
dan asap yang menusuk mata
Sebagaimana pahit termaktub
Gula adalah keringat emak
yang terbungkuk mengolah
dan menetes di lantai tanah
Semangat serupa secangkir kopi
Ditiup untuk mengusir kantuk
Sisanya di meja dirubung semut
Dihirup ketika matahari sepanas kopi pagi
GERHANA
Bumi jinjit di satu kaki
Bagai penari balet
Berpusing asyik dalam dirinya
Coba menatap wajah matahari
Di lintasan yang tetap seperti sirkuit
Bulan layaknya suar
Setia pada bumi
Ikuti malam sembunyikan siang
Mengawal khatulistiwa
Iringi rotasi sebab taqwa
Dan matahari, super ego tata surya
Menghidupkan dan mematikan
Tunduk pada revolusi diri
Tawaf mengelilingi galaksi
Hanyut di lautan semesta
Ketika berdiri lurus dalam satu garis
Mereka saling menghujam
Membunuh segenap cahaya
Muntahkan Sang Batara Kala
Mengurung waktu dalam gelap gerhana
Bagai penari balet
Berpusing asyik dalam dirinya
Coba menatap wajah matahari
Di lintasan yang tetap seperti sirkuit
Bulan layaknya suar
Setia pada bumi
Ikuti malam sembunyikan siang
Mengawal khatulistiwa
Iringi rotasi sebab taqwa
Dan matahari, super ego tata surya
Menghidupkan dan mematikan
Tunduk pada revolusi diri
Tawaf mengelilingi galaksi
Hanyut di lautan semesta
Ketika berdiri lurus dalam satu garis
Mereka saling menghujam
Membunuh segenap cahaya
Muntahkan Sang Batara Kala
Mengurung waktu dalam gelap gerhana
Senin, 24 Juni 2019
BEDIDING KEMBANG RANDU
Kembang randu meniti sepi
Kelopaknya birahi serbuk sari
Putik randu bunting tua
Di pohon jelita gemulai angin
Menitik madu matahari pagi
Serupa mesra Kama Ratih
Pabila musim telah angin
Terik menjadi siang
Buah merekah
Terbangkan kapuk ke penjuru
Merayu tawon di pucuk tertinggi
Berselimut dingin rindu asmara
Putik randu bunting tua
Di pohon jelita gemulai angin
Menitik madu matahari pagi
Serupa mesra Kama Ratih
Pabila musim telah angin
Terik menjadi siang
Buah merekah
Terbangkan kapuk ke penjuru
BUNGA SEDAP MALAM DI JAMBANGAN
Ruang tengah tak sepanas di luar
Matahari diselimuti gorden
Langit-langit tinggi mengusik terik
Pintu mengusung angin. Masuk.
Bunga sedap malam termenung di vas
Sebagian tubuhnya terendam di dasar
Bunganya merekah putih wangi
Di pucuk, satu dua kuncup harap
Seekor lalat menangkap bau
Terperangkap benang sari
Terpeleset di kelopak
Jatuh tenggelam di air
Bunga disunting setaman
Tiada daun mengiring
Hanya harum yang samar
Batangnya membawa hijau
Bunga sedap malam mengawasi ruang
Disapa tiap benda dengan mekar
Bunga menguning gugur di taplak
Angin meniup wanginya lewati pintu
Matahari diselimuti gorden
Langit-langit tinggi mengusik terik
Pintu mengusung angin. Masuk.
Bunga sedap malam termenung di vas
Sebagian tubuhnya terendam di dasar
Bunganya merekah putih wangi
Di pucuk, satu dua kuncup harap
Seekor lalat menangkap bau
Terperangkap benang sari
Terpeleset di kelopak
Jatuh tenggelam di air
Bunga disunting setaman
Tiada daun mengiring
Hanya harum yang samar
Batangnya membawa hijau
Bunga sedap malam mengawasi ruang
Disapa tiap benda dengan mekar
Bunga menguning gugur di taplak
Angin meniup wanginya lewati pintu
Jumat, 21 Juni 2019
SENJAKU
Kau rasa telah genap kenali senja
Seperti merapal nasib di telapak
Berbisik kesima dihadap teja
Bercadar malam bermanik bintang
Kau kira tuntas jelajahi senja
Saat adzan mengejar derum mobil
Burung bergegas mengejar Selatan
Ufuk perlahan selimuti mentari
Kau harap senja semburat
Sebagai sidik jejak langkah
Rumah memayang lampu
Gelap turun di halaman
Kau pikir senja menulis temaram
Sebab angin meniup biru langit
Berarak mengawal bangau putih
Terbang ke balik senja
Seperti merapal nasib di telapak
Berbisik kesima dihadap teja
Bercadar malam bermanik bintang
Kau kira tuntas jelajahi senja
Saat adzan mengejar derum mobil
Burung bergegas mengejar Selatan
Ufuk perlahan selimuti mentari
Kau harap senja semburat
Sebagai sidik jejak langkah
Rumah memayang lampu
Gelap turun di halaman
Kau pikir senja menulis temaram
Sebab angin meniup biru langit
Berarak mengawal bangau putih
Terbang ke balik senja
Kamis, 20 Juni 2019
GITAR
Sebatang gitar bercokol di tembok
Bahunya kotor menanggung debu
Dawainya memilah sunyi
Angin memetik lirih
Lubang merangkum getar
Serupa bisikan rindu dendam
Di punggung kerap tabuh
Cicak kawin bawa gaduh
Lalu pulang ke sarang teduh
Satu ketika gitar berdenting
Tentang kasih nun dikenang
Merintih rindu bisik hati
Jemari menggaruk segenap ingatan
Menabuh nada irama duka
Membetot dirimu dari lubuk
Air mata telah mengisi birama
Menjadi sebait lagu dukana
Gitar tetap menyimpan mimpi
Bahunya kotor menanggung debu
Dawainya memilah sunyi
Angin memetik lirih
Lubang merangkum getar
Serupa bisikan rindu dendam
Di punggung kerap tabuh
Cicak kawin bawa gaduh
Lalu pulang ke sarang teduh
Satu ketika gitar berdenting
Tentang kasih nun dikenang
Merintih rindu bisik hati
Jemari menggaruk segenap ingatan
Menabuh nada irama duka
Membetot dirimu dari lubuk
Air mata telah mengisi birama
Menjadi sebait lagu dukana
Gitar tetap menyimpan mimpi
Rabu, 19 Juni 2019
MENJENGUK SAKIT
Sakit tiada nasab pada usia
Serupa menggantang musim
Datang dan pergi dalam kejap
Bibitnya berakar pada nasib
Sakit menyergap bertudung senyap
Menebar panas di sekujur
Tancapkan pening di kening
Bobotnya berbanding lurus
Sakit hinggap tanpa pilih dan pilah
Menerjang tembok, juga gubuk
Menyebar tanpa kulonuwun
Bebetnya kelabui teraling inkubasi
Serupa menggantang musim
Datang dan pergi dalam kejap
Bibitnya berakar pada nasib
Sakit menyergap bertudung senyap
Menebar panas di sekujur
Tancapkan pening di kening
Bobotnya berbanding lurus
Sakit hinggap tanpa pilih dan pilah
Menerjang tembok, juga gubuk
Menyebar tanpa kulonuwun
Bebetnya kelabui teraling inkubasi
Kamis, 13 Juni 2019
SEMUT
Kafilah semut beriring
Arungi lantai pawon
Berjalan menuju sarang
Tersembunyi di balik tembok
Pemimpin bercapit besar
Mengendus feromon
Lambaikan antena
Mencari jejak pulang
Kaki menginjak barisan
Beberapa semut mati
Kekacauan sejenak
Barisan kembali menyambung
Ratu, episentrum ekosistem
Piramid tertinggi hierarki
Penguasa sarang haus pejantan
Pabrik telur yang rakus
Pekerja betina mandul
Budak pencari makan
Insinyur bangunan
Menyuapi bayi dan menjaga telur
Jantan, dimana di dunia matriarkat?
Hanya pemuas nafsu sang ratu
Budak penyumbang sperma
Hingga bangkai dan daur ulang
Prajurit, kasta ksatriawati
Tubuh liat dan rahang kuat
Penjaga koloni dan pelaksana hukum
Serupa wanita Amazon. Perkasa
Awasi budak penghasil cairan manis Pastikan setiap kerja betina mandul
Menjaga koloni dari invasi
Singkirkan bangkai pejantan
Kafilah menuju gerbang sarang
Penjaga mengendus lambaikan antena
Satu per satu masuk kegelapan
Membawa hasil panen hari ini
Arungi lantai pawon
Berjalan menuju sarang
Tersembunyi di balik tembok
Pemimpin bercapit besar
Mengendus feromon
Lambaikan antena
Mencari jejak pulang
Kaki menginjak barisan
Beberapa semut mati
Kekacauan sejenak
Barisan kembali menyambung
Ratu, episentrum ekosistem
Piramid tertinggi hierarki
Penguasa sarang haus pejantan
Pabrik telur yang rakus
Pekerja betina mandul
Budak pencari makan
Insinyur bangunan
Menyuapi bayi dan menjaga telur
Jantan, dimana di dunia matriarkat?
Hanya pemuas nafsu sang ratu
Budak penyumbang sperma
Hingga bangkai dan daur ulang
Prajurit, kasta ksatriawati
Tubuh liat dan rahang kuat
Penjaga koloni dan pelaksana hukum
Serupa wanita Amazon. Perkasa
Awasi budak penghasil cairan manis Pastikan setiap kerja betina mandul
Menjaga koloni dari invasi
Singkirkan bangkai pejantan
Kafilah menuju gerbang sarang
Penjaga mengendus lambaikan antena
Satu per satu masuk kegelapan
Membawa hasil panen hari ini
Rabu, 12 Juni 2019
INSOMNIA
Malam mengepung kamar
Suara tokek menyusup
Mata pejam mencari kantuk
Otak gaduh segenap ucap
Raga rebah bertelekan harap
Lampu menyibak temaram
Benak terhenyak gelisah
Mata nanar menatap keliling
Tubuh bersimbah peluh
Di penjuru hanya hening
Menanti kantuk terbaring
Di luar menyisakan dingin
Suara tokek menyusup
Mata pejam mencari kantuk
Otak gaduh segenap ucap
Raga rebah bertelekan harap
Lampu menyibak temaram
Benak terhenyak gelisah
Mata nanar menatap keliling
Tubuh bersimbah peluh
Di penjuru hanya hening
Menanti kantuk terbaring
Di luar menyisakan dingin
Senin, 10 Juni 2019
BALADA PINTU
Pintu menatap sunyi
Telah lama terkunci
Hanya larahan menari
Di beranda berangin
Pintu temani sunyi
Catnya kelupas serupa luka
Debu datang dan pergi
Tunggangi angin Barat
Pintu menggamit sunyi
Engselnya berkarat sebab usia
Angin menggoyang ranting
Daun jatuh tercecer di lantai
Pintu kembali sunyi
Sendiri menjaga rumah
Kedasih merintih
Terbang ikuti angin
Telah lama terkunci
Hanya larahan menari
Di beranda berangin
Pintu temani sunyi
Catnya kelupas serupa luka
Debu datang dan pergi
Tunggangi angin Barat
Pintu menggamit sunyi
Engselnya berkarat sebab usia
Angin menggoyang ranting
Daun jatuh tercecer di lantai
Pintu kembali sunyi
Sendiri menjaga rumah
Kedasih merintih
Terbang ikuti angin
Minggu, 09 Juni 2019
HIKAYAT LAMPU
Lampu menggantung sepi
Di ujung seutas kabel
Canggung sendiri menatap keliling
Menempel rapuh di langit-langit
Sawang mengepung di penjuru ruang
Mencoba menangkap kuning cahaya
Tetesan hujan membentuk koloni
Serupa coretan balita di tembok
Ketika malam menurunkan tirai
Menebar kelam disekeliling
Kamar tetap terang terjaga
Sebab lampu sembunyikan gelap
Dari kegelapan serangga datang
Sebagian tersesat di labirin sawang
Mereka memeluk cahaya
Dan berjatuhan di atas lantai
Bulan datang dengan senyum purnama
Menyingkirkan gelap malam ke semak
Cahaya lampu menyambut di beranda
Mereka menarikan cinta dengan semarak
Malam telah lewati tengah
Lampu pamit pejamkan sinar
Lelah rebah berkelambu mimpi
Ruang kembali senyap dan gelap
Di ujung seutas kabel
Canggung sendiri menatap keliling
Menempel rapuh di langit-langit
Sawang mengepung di penjuru ruang
Mencoba menangkap kuning cahaya
Tetesan hujan membentuk koloni
Serupa coretan balita di tembok
Ketika malam menurunkan tirai
Menebar kelam disekeliling
Kamar tetap terang terjaga
Sebab lampu sembunyikan gelap
Dari kegelapan serangga datang
Sebagian tersesat di labirin sawang
Mereka memeluk cahaya
Dan berjatuhan di atas lantai
Bulan datang dengan senyum purnama
Menyingkirkan gelap malam ke semak
Cahaya lampu menyambut di beranda
Mereka menarikan cinta dengan semarak
Malam telah lewati tengah
Lampu pamit pejamkan sinar
Lelah rebah berkelambu mimpi
Ruang kembali senyap dan gelap
Sabtu, 08 Juni 2019
SENDIRI
Adalah daftar lagu yang mengalun
Serta deretan buku hilang judul
Lampu bersinar sebagai matahari
Pikiran kotor kadang melintasi sepi
Sekumpulan angan dan bantal guling
Kehidupan menciut sejauh tembok
Monolog intens dalam hati
Retorika menjebak akal budi
Kadang nada menangkap sedikit kenang
Iramanya serupa belati tajam
Mengiris duka dan bahagia menjadi kepingan ingatan
Serta deretan buku hilang judul
Lampu bersinar sebagai matahari
Pikiran kotor kadang melintasi sepi
Sekumpulan angan dan bantal guling
Kehidupan menciut sejauh tembok
Monolog intens dalam hati
Retorika menjebak akal budi
Kadang nada menangkap sedikit kenang
Iramanya serupa belati tajam
Mengiris duka dan bahagia menjadi kepingan ingatan
Sedangkan aku terombang ambing diantaranya
Kamis, 06 Juni 2019
SAHABAT
Kilatan pedang yang menghunjam dalam
Membuka semua ingatan tentang kenang
Di segenap fragmennya kau tinggalkan corak
Sebagai mimi engkaulah mintuno
Serupa warangka engkaupun luk
Setiap kata pait lidah seumpama Kalimasada
Kau telan tiada tolak dan berontak
Setujumu ialah restu dan mengikuti
Tidak setujumu hanya diam dan coba membuntuti
Bayangmu sebangun dengan egoku, sahabat
Membuka semua ingatan tentang kenang
Di segenap fragmennya kau tinggalkan corak
Sebagai mimi engkaulah mintuno
Serupa warangka engkaupun luk
Setiap kata pait lidah seumpama Kalimasada
Kau telan tiada tolak dan berontak
Setujumu ialah restu dan mengikuti
Tidak setujumu hanya diam dan coba membuntuti
Bayangmu sebangun dengan egoku, sahabat
Selasa, 04 Juni 2019
NYAMBANGI
Kaki-kaki kecil rebutan lepas alas
Berderap naiki undakan
Berlari mengejar pintu
Duduk tumpang tindih
Tangan dan mulut sibuk
Tiada suara hanya decak
Sejenak saling tukar pandang
Berbaris menyalami tuan rumah
Pamit, uluk salam dan salam tempel
Kaki-kaki kecil rebutan memakai alas
Berkejar dan berteriak riang
Perut kenyang kantong penuh receh
Berderap naiki undakan
Berlari mengejar pintu
Duduk tumpang tindih
Tangan dan mulut sibuk
Tiada suara hanya decak
Sejenak saling tukar pandang
Berbaris menyalami tuan rumah
Pamit, uluk salam dan salam tempel
Kaki-kaki kecil rebutan memakai alas
Berkejar dan berteriak riang
Perut kenyang kantong penuh receh
Senin, 03 Juni 2019
LIDAH
Lidah terkilir sebab licin kata
Ucap tumpah ruah padati mulut
Serupa serapah syak wasangka
Kotori benak dengan hasut
Lidah kelu menanggung dusta
Menahan selidik bisik dengki
Setiap kata bersayap makna
Mengecoh akal dengan dalil
Lidah hilang peka
Terimbas kobar prasangka
Menjulur menjilat remahan kata
Hingga tersisa jelaga sebab luka
Ucap tumpah ruah padati mulut
Serupa serapah syak wasangka
Kotori benak dengan hasut
Lidah kelu menanggung dusta
Menahan selidik bisik dengki
Setiap kata bersayap makna
Mengecoh akal dengan dalil
Lidah hilang peka
Terimbas kobar prasangka
Menjulur menjilat remahan kata
Hingga tersisa jelaga sebab luka
AIR
Siang ini air hanya basahi kerongkongan
Sebab tiada bah dan langit biru
Hanya angin yang datang melimpah
Sekadar meniup dampingi kemarau
Suhu matahari meninggi. Demam kapialu
Tubuhnya diselimuti awan lembut
Sinarnya berserak di sekujur bumi
Telisik air yang sembunyi di ceruk
Sekecap air serupa kecup kekasih
Memetik dawai hati dengan bisik lirih
Setiap percik yang pesona
Tinggalkan sidik bahagia
Sebab tiada bah dan langit biru
Hanya angin yang datang melimpah
Sekadar meniup dampingi kemarau
Suhu matahari meninggi. Demam kapialu
Tubuhnya diselimuti awan lembut
Sinarnya berserak di sekujur bumi
Telisik air yang sembunyi di ceruk
Sekecap air serupa kecup kekasih
Memetik dawai hati dengan bisik lirih
Setiap percik yang pesona
Tinggalkan sidik bahagia
Sabtu, 01 Juni 2019
KASUR
Ranjang besi bercat kelupas
Di kasurnya terbaring mimpi
Terperangkap oleh kelambu
Kolongnya dingin temaram
Tempat makhluk dongengan emak bersemayam
Mengintai menerkam imaji anak
Ranjang besi jagad alit
Seprainya bermotif kembang
Beribu kenangan tersulam rapi
Bantal guling bertumpuk
Selimut terlipat rapi
Dan lelah lelap terbujur
Di kasurnya terbaring mimpi
Terperangkap oleh kelambu
Kolongnya dingin temaram
Tempat makhluk dongengan emak bersemayam
Mengintai menerkam imaji anak
Ranjang besi jagad alit
Seprainya bermotif kembang
Beribu kenangan tersulam rapi
Bantal guling bertumpuk
Selimut terlipat rapi
Dan lelah lelap terbujur
Langganan:
Postingan (Atom)
ANAK
Diasuhnya doa dan birahi Hingga menetes Eros Sebagaimana puja Kama Ratih Kau mendatangi dunia dengan polos Lalu disadapnya setiap tetes kehi...
-
Malam itu hanya ada gerimis Tak ada teman yang lain Bayi suci menangis di gendongan. Lapar Sedangkan tete ibunya kempes Malam itu kudus Kar...
-
Lusi di langit dengan hati (dalam) perjalanan ke pusat hati (dan) mengetuk pintu hati (ucapkan) selamat datang ke hatiku Seseorang di dalam ...
-
Saat itu malam hanya butuh istirahat Tiba-tiba hujan mengerubunginya Suaranya liar dan menggelegar Seperti langit akan runtuh Pohon ketakuta...