Kamis, 31 Desember 2020

HARI BARU

Hari menanggalkan jubah tahunnya
Namun warnanya tetap mendung
Sebab matahari lupa melompat
Hanya kembang api dan sedikit gerimis

Mungkin semalam terlalu gairah
Berkumpul antara sanak dan birahi
Sehingga pagi lusuh dan kumuh
Hilang semarak hanya sepi hati

Segala gaduh dan gundah kemarin
Tetap kita panggul di ini hari
Tak kurang tak lebih
Sebagai doa turut menanggung beban

Selasa, 29 Desember 2020

TUNJUKKANLAH JALANNYA

Ke laut kita lepas, biru
Menaiki sekoci menerjang pasang
Cintaku jauh di pulau
Tunjukkanlah jalannya, sayang

Di langit kita luasan, haru
Mengembang sayap laju
Menjemput mimpi kejora bintang
Tunjukkanlah jalannya, sayang

Dan bumi kita hamparan
Tempat menanam harapan
Waktu untuk hampura
Tunjukkanlah jalannya, sayang

Senin, 28 Desember 2020

MELAMUN

Lamunan melesat cepat 
Terbang lintasi tujuh
Mengepak sayap bahagia
Hingga waktu yang jauh

Pintu tiba-tiba diketuk
Kaget dan terhenyak
Semua menciut
Lamunan pecah bagai ratna

Sabtu, 26 Desember 2020

KETIKA ITU MATAKU MASIH MENYIMPAN KANTUK

Sisa capai kemarin belum tuntas kurebahkan
Kokok ayam pertama telah memberi peringatan
Lampu baca terkulai disamping buku

Setengah bermimpi kuhempas tubuh ke kursi
Semua ingatan kupunguti dan coba kukumpulkan
Namun jam menjerit mengagetkan

Kaki kuseret paksa ikuti perintah
Dengan ayal mendatangi kamar mandi
Ketika itu mataku setengah meram menyimpan kantuk

Kamis, 24 Desember 2020

SENYAP

Semua pertanda sebagai bintang, Kejora
Menyingkap hijab nubuat
Kuduslah di antero langit Desember

Suka cita adalah hamparan bumi
Diterangi harapan nyala lilin
Kuduslah malam yang senyap

Saat doa litani 
Bibir dan hati memuji
Kuduslah anak manusia

Rabu, 23 Desember 2020

RENUNGAN

Hajat mendahului tahun
Diterbangkan oleh angin
Sedangkan mimpi, 
hanya ruang kosong berdebu

Modal dijadikan tumbal. 
Sehat dan luang
Bahkan usia genap digadai
Agar mencukupi birahi

Ketika tiba di titik
Angan terus berlari
Mata tetap menatap iri
Namun apa daya tangan tak sampai

Selasa, 22 Desember 2020

SUDUT PANDANG

Jalan terjal sebuah pendapat
Kadang sempit karena argumen
Diludahi para ahli tafsir
Agar mudah dimasukkan

Sebagai pemburu membidik mangsa
Target dikepung oleh kata-kata
Lalu digiring menjadi kebenaran subyektif
Sebab bagiku sudut pandangku, bagimu sudut pandangmu

Senin, 21 Desember 2020

EROTIS

Erotis itu ketika
Tangan mengulek bumbu dengan ritmis
Mencuci beras di pancuran air
Sutil menari menggoreng lawuh
Keringat di pelipis bercampur bau badan
Daster bermotif luntur yang koyak di ujungnya
Sehingga ketek serta sedikit bh mengintip
Koyo bertengger di belakang leher
Rambut diikat karet gelang
Semua itu tersaji di pawon
Bercampur bau sangit asap kayu bakar
Wangi masakan mengundang birahi
Jelaga di tembok dan langit-langit
Kucing mendekam di bawah meja
Thole menangis di atas amben minta uang untuk jajan pentol

Erotis itu ketika
Garis tubuh disamarkan gaun longgar
Kain di bokong melenggang mengikuti gerak pantat
Dada rata dan hitam tertutup hanya pentil sedikit mendesak
Rambut sembunyikan si balik jilbab
Satu dua berontak di pelipis
Pandang ke bawah jika berucap
Ekor mata menelisik
Suara direndahkan hampir seperti bisik
Tangan diam dengan anggun
Kulitnya kuning temu giring
Ada cincin kecil di jari manis
Warna hitam mendominasi
Dengan aksen warna cerah mengundang
Membungkus seluruh tubuh namun tak menutupi sex appeal
Tanpa penutup wajah
Hanya senyum aling-alingnya
Dan malu perhiasannya

Sabtu, 19 Desember 2020

MENGAPA CINTA

Mengapa harus obsesi Rahwana pada Sita? 

Bapa dan si Mbok baru bertemu ketika lamaran
Mereka hanya menunduk
Tak ada anggukan apalagi kata

Setelah menikah birahi mereka adalah kamar pengantin
Lampunya teplok sehingga bayangan menari
Tak ada dengus bahkan keluh. Pasrah. 

Cinta bagi mereka sebagai laku
Tangan bekerja menanam
Kaki melangkah ke pasar

Setelah tahun digenapi
Buah cinta mereka menjadi pedhet
Dan rumah kecil semi permanen

Ketika aku lahir 
Di kasur berbau minyak telon
Senyum Bapa dan tetek subur si Mbok melingkupi

-----

Mengapa harus kisah tragis Pranacitra dengan Roro Mendut? 

Bapa dan si Mbok bangun nyaris bersamaan
Sebab hidup dimulai sebelum matahari terbit
Dipungkasi setelah matahari terbenam

Sepagian Bapa di sawah 
Memacul rejeki
Keringat menetes menyuburkan

Ketika bayang sepenggalah
Mereka memperbaharui janji cinta
Di pawon beraroma minyak goreng dan kayu bakar

Nasi hangat, sambal bawang dan tahu panas
Menggenapi kasih sayang diantaranya
Mencukupi bagi mereka

-----

Mengapa kasih tak sampai Bandung Bondowoso pada Jonggrang? 

Bapa dan si Mbok tak pernah menagih cinta
Hanya bakti dan kerja
Dan keringat di ranjang besi hadiah perkawinan

Malam ruang tengah
Bapa menghisap klobot
Menghirup kopi jagung tumbukan si Mbok

Si Mbok melipat baju di amben bambu
Aku tidur disamping kutang
Tak ada suara hanya lengang

Di luar angin dingin
Bapa dan si Mbok mendatangi peraduan
Membaringkan lelah yang hangat

Jumat, 18 Desember 2020

KETIKA NIKMAT DIANGKAT

Ketika itu sombong menyandang muda usia
Segala apa ditabrak dan batasnya hanya bosan
Pantangan sepertinya hilang arti
Sehingga disadari waktu tak kembali

Rambu!? Kita terjang saja habis perkara
Karena nafsu perlu dipuaskan
Tapi, ketika mengunyah mimpi pun tersedak
Ternyata segala nikmat telah tuntas di masa muda


Kamis, 17 Desember 2020

SENYUM

Aku mencoba menanam senyum 
Pada terbit dan tenggelamnya matahari
Agar sumringahnya pagi berseri
Dan lembayungnya temaram teja tenggelam

Ketika senyum telah terkembang
Seperti laju perahu nelayan
Setiap padi yang merunduk rindu
Adalah keriaan pedhet menyusu

Jika musim panen telah tuai
Zakat telah dibagikan tunai
Sebab dalam senyum kita percaya
Maka di setiapnya ada lipatan tujuh ratus

Rabu, 16 Desember 2020

MENANTI SEMBUH

Semenjak sakit dapat terukur
Cobalah mengadu nasib ke negri Cina
Sebab di sanalah ilmu dikandung
Mereka mencoba menaklukkan maut

Penyakit dilahirkan oleh tangan terampil
Di ruang yang kokoh dan terjaga
Disebarkan terbatas sebagai uji coba
Secara acak menginfeksi strata sosial

Ketika imbauan mencoba membendung
Diperkuat kemauan politik sebab ekonomi
Rumah sakit terengah menampung
Koran dan televisi berteriak menakuti

Dan penyakitpun kian merebak
Rasa aman tersibak
Untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak
Hanya waktu yang kita punya

Selasa, 15 Desember 2020

PERHELATAN

Woro-woro telah dimaklumkan
Jauh hari sebelum musim
Sebelum pagebluk
Sebelum qodho qodar dimaklumatkan

Para petarung bersanding
Dua dua, tiga tiga bahkan empat empat
Dengan anak dengan istri dengan kerabat
Dengan bumbung kosong

Setelah berhitung seperti Sekolah Rakyat
Hitungan jari dan biting
Pulung wahyu telah hinggap
Rakyat tetap terjebak kebutuhan dan pandemi

BULAN DI ATAS KUBURAN

Bulan sabit merunduk bersoja
Dan kemboja jatuh sebagai linangan
Kekasih berkalang tanah
Diliputi kembang setaman

Malam turut berkabung
Bergaun hitam duka
Tiada angin menabuh
Buluh perindu pun terisak

Setelah doa kenanga puja
Bulan melipat sabitnya
Serupa bersedekap
Dan melintas menuju langit selatan

Sabtu, 12 Desember 2020

DAMAI DI BUMI, KAH?

Semenjak kekuatan sebagai sokoguru
Asahlah kelewang, panah dan tombak
Nyalangkan mata penuh selidik
Hingga rambut di belah tujuh

Sedangkan damai adalah waspada
Kasak kusuk telik sandi
Menelisik di mata angin
Menyiram bara sekam 

Mendekamlah penuh siaga
Siap menerkam 
Sebab damai butuh tumbal
Sebab damai dibangun di atas puing

Jumat, 11 Desember 2020

PLATONIS

Setelah memasuki usia
Kagumku nyaris puja
Celotehmu prenjak
Selendang Srimpi di garis pinggang

Tak kuasa menggenggam
Cukup memandang matahari tenggelam
Ketika senyummu langit cerah
Hatiku dermaga pelabuhan 

Rinduku laut lepas
Jika bulan telah sabit
Kutangkap angin buritan

Dan wajahmu purnama sidi
Bayangannya tetap terbawa ombak
Sedangkan aku berlayar mencari pantai lain

BERDAGANG

Hanya memberi tak harap kembali
Karena tangan di atas lebih baik
Semua dimulai dari hati
Hingga menjadi tujuh tangkai

Seumpama sumur yang terus ditimba
Modal beranak pinak
Sesuai akta perjanjian
Tujuh ratus bulir hingga MasyaAllah

Rabu, 09 Desember 2020

KORUPSI SEUTUHNYA

Menyunat sebagai bahagian jam kerja
Cap jempol adalah penanda ada
Namun tetap hilang tiada
Pengawasan bukanlah marwahnya

Jam kerja memang obyek penderita, 
bagi setiap yang berkepentingan
Jumlahnya berbanding terbalik dengan kepentingan
Pengawasan bukanlah marwahnya

Atau termenung di meja menatap pekerjaan yang lewat
Menanti rejeki mampir melalui jalur bypass
Dan rokok dihisap dalam-dalam dalam penantian
Pengawasan bukanlah marwahnya

Selasa, 08 Desember 2020

SELAMAT KEPADA PAGI

Pagi menghidangkan suasana
Tanpa anak berangkat sekolah 
Hanya kabut penghujan
Dan pawon yang hangat

Sarapan tengah menanti
Nasi dan sedikit pertengkaran
Telur dadar serta gelisah
Sebab dinanti kartun, gadget dan teman

Pagi tiada beranjak di beranda
Kopi menjadikannya betah
Sambil memandang, 
gerimis turun sebagai tirai

Senin, 07 Desember 2020

PERLAWANAN

Perlawanan adalah rakyat
Yang sejak lama diam
Hanya memandang benci
Dan bisik di ruang diskusi

Perlawanan adalah alat
Semenjak batu asah
Semenjak benturan kata
Hingga merah darah

Perlawanan adalah kita
Mayoritas tiada panggung
Menggeram dendam
Menusukkan hujah hingga luka

RUANG PUTIH

Setelah memejamkan mata
Pikiran melompati alam bawah
Sepenanak nasi kemudian, 
hanya ada kosong yang nisbi

Terus menerus tenggelam
Sehingga menjumpai dasar
Warnanya pijar putih
Sebuah kesadaran

Sabtu, 05 Desember 2020

NASIHAT

Aku dibangunkan di tengahnya malam
Di hadapan, ayah ibu serupa hakim dan penuntut
Aku duduk di kursi pesakitan
Sendiri, hanya ditemani kantuk

Ayah mulai bicara
Suaranya berat dalam. Nasehat
Di semua pengetahuan dan pengalamannya

Disebutnya siang dan malam
Besar maupun kecil
Dosa pahala
Hitam putih
Lelaki dan perempuan
Anak serta cucu
Sempurnanya nikmat

Ibu hanya diam
Matanya nyalang meng'amin'kan
Aku masih berjuang melepas kantuk

Nduk, 
karena kau telah umur, 
Ayah dan Ibu kian rapuh
Maka kuputuskan menerima lamaran Anakmas untukmu

Apalagi yang dicari
Dunia sudah digenggam
Tinggal keluarga belum dibangun

Aku hanya terduduk gelisah
Setengah mengerti setengah mengantuk
Berjuang membelalakkan mata
Namun sia-sia

Jumat, 04 Desember 2020

MENUNGGU CELAH HINGGA LENGAH

Memang saat tak pernah tepat sasaran
Ada saja kendalanya ketika merangkak
Namun hanya itu yang kita punya
Genggamlah erat jangan sampai tersesat

Adakalanya waktu perlu dikorbankan
Di atas altar kita bakar jasadnya
Sebagai persembahan puja
Harga yang diterakan untuk sebuah kesempatan

Namun jika sasaran tertancap anak panah
Sehingga mudah untuk ditangkap dan dikuliti
Semua harga yang terbayar jadi memadai
Karena kepuasan ada di hati, sayang

Kamis, 03 Desember 2020

PAHLAWAN DATANG PAHLAWAN PERGI

Pahlawan ditatah oleh pisau dedikasi
Remahannya berjatuhan menjadi pengabdian
Bahkan luka pengorbanan

Pahlawan tiada wajah
Tanpa nasab
Hanya titik dan garis yang bersinggungan

Pahlawan dilahirkan situasi
Dimatangkan oleh lelaku
Dilupakan waktu

Rabu, 02 Desember 2020

KEPADA YANG SERING MENYELINAP DI LAMUNANKU

Sesungguhnya aku tidak keberatan jika engkau menetap
Banyak ruang kosong untuk berbagi
Kau dapat bersemayam dengan tenang
Tidak terganggu ocehan tak jelas
Ataupun cercaan tanpa dasar
Apalagi kutuk hingga terpuruk

Pintu tak pernah tertutup rapat dan terkunci
Kau dengan leluasa dapat masuk tanpa uluk salam
Tak perlulah menyelinap hingga mengagetkan
Sebab kejutan menghilangkan jejak bahagia

Dalam ingatanku kau hanya puzzle yang tak lengkap
Sebahagianmu menjadi asap memerihkan mata
Tapi aku tetap merindui bagai Pungguk
Oleh karena itu datanglah bersegera
Tak perlu menyelinap, apalagi hanya numpang lewat

Selasa, 01 Desember 2020

BERTAMU KAWAN LAMA

Ada kejut di sana
Kenangan tahun mulai dibuka
Satu demi satu menjadi obrolan
Seolah semua baru kemarin tutup buku

Sambil mempersilahkan mencicipi teh dan kue
Bagaimana kabar si Anu
Sehat-sehat sajakah si Dia
Semua ingatan dikuras di atas meja

Sepeminum teh kemudian hanya sepi yang likat
Dan sesekali mencoba menyamakan kenangan
Setelah semua keingintahuan terbuka
Ternyata pertemanan telah asing oleh jarak dan waktu

ANAK

Diasuhnya doa dan birahi Hingga menetes Eros Sebagaimana puja Kama Ratih Kau mendatangi dunia dengan polos Lalu disadapnya setiap tetes kehi...