Jumat, 30 April 2021

MALAM QODAR

Kita berburu dengan shalat
Mengepungnya dari penjuru yang sepuluh
Ruku' dan sujud soko gurunya
Dengkul menahan beban

Kita kepung dengan diam
Dengan sepenuh dzikir
Hanya menahan kantuk
Dan sila hingga kesemutan

Kita menangkapnya dengan bacaan
Dengan khidmat kebijaksanaan
Kita merimanya seperti turunnya pulung
Wahyu dari langit

Rabu, 28 April 2021

PERNAHKAH

Rambut halusmu di pelipis
Tertiup angin lalu
Ada sedikit keringat di sana
Tanda kemarau telah tibai

Senyum sumringah mawar melati
Di antara cinta yang membara
Ditimpali bisik bujuk rayu
Maka birahi jua berlalu

Jika malam purnama tiba
Langit menanggalkan lukanya
Sisanya hanya bulan dan bintang
Dan sebait sajak tentang lara

Senin, 26 April 2021

PERALIHAN

Nampaknya musim bergegas pergi
Sekedar kubangan pun tak nampak
Namun dingin tetap datang berupa bediding
Dan mendung terselip di sekitar awan

Purnama telah datang di tengah bulan
Temannya hanya angin semilir
Sedikit gerimis pernah singgah
Mungkin mengucapkan selamat tinggal

Siang ketika terik mentari menari
Pohon merayu dengan gemerisik
Burungpun bernyanyi memanggil
Hujan tetap berlalu, pergi

Minggu, 25 April 2021

SAKOLA

Di ketiak jembatan anak-anak mengeja huruf
Saling bercerita tentang mimpi
Menghitung soal dari papan tulis
Dan seabreg keingintahuan

Di pinggir jalan dekat prapatan ramai
Dua anak saling bertukar pengetahuan
Yang besar mengajari lagu
Yang kecil menghafal dengan antusias

Anak berdatangan dari rimba raya
Tanpa alas kaki hanya buku lusuh
Di kelas alam mereka menyerap ilmu
Dan mendengarkan dongeng bu Guru

Di ruang mengajar guru berpakaian rapih menerangkan
Anak-anak dengan seragam mendengarkan
Setelah satu dua contoh di papan tulis
Anak-anak berlomba menulis di buku

GURU

Penyambung lidah ilmu
Simaklah ucap
Gugu dan tirulah
Tanpa lihat siapa

Di padepokan bernama dunia
Tanpa sekat predikat
Cantrik menjadi Rsi
Tanpa ego Rsi menjadi cantrik

Ilmu bersambung ila yaumil akhir
Sanad tak putus dari pengetahuan
Diturunkan dari guru ke murid
Dari tabiin, hingga tangan kita

Sabtu, 24 April 2021

LENYAP

Telah hilang arah tuju
Mengapa tak kembali kelasiku
Sekedar kabar tak tentu

Dahulu kau bekerja dalam bisu
Mengapa tak kembali kelasiku
Kini kau menjadi tajuk

Semoga damai rahayu
Mengapa tak kembali kelasiku
Apapun terjadi kau tetap Indonesiaku

Jumat, 23 April 2021

SENDIRI LAGI 1

Keramaian tiba-tiba mendatangi rumah
Di ruang tengah berkumpul segala doa
Orang datang dan pergi seperti gelombang
Mengucapkan salam terakhir

Hatiku terpuruk di sisi layon
Mencoba komunikasi dengan tangis dan doa
Engkau hanya diam membisu
Segaris senyum tipis di wajahmu

Pusara telah sepi dari doa
Warnanya bunga tujuh rupa
Aku tercenung di tidur abadimu
Air mata menetes, sunyi

Selasa, 20 April 2021

GELAP TERANG, TERANG GELAP

Setelah baca tulis adalah kesetaraan
Ringan sama dijinjing

Kau tersenyum aku tertawa
Kau meringis aku menyeringai
Kau menjadi aku

Setelah baca tulis adalah pengetahuan
Berat sama dipikul

Aku bekerja seberat kau
Aku capai selelah kau
Aku adalah kau

Setelah pendidikan adalah persamaan
Kodrat hilang bayang
Gender bukan penentu

Setelah ilmu adalah kesadaran
Setelah itu hanya mencari persamaan

Senin, 19 April 2021

SORE RAMADHAN

Sepanjang sore kumamah jalan raya
Pedagang di kaki lima hingga tumpah ke jalan
Orang berjalan kian kemari
Membeli kudapan dan menghabiskan sore

Jika maghrib tiba
Sekat antara pembeli dan penjual hilang
Semua berbuka bersama

Sampah berserakan di jalan
Tanda telah berbuka puasa

Jalan tetap ramai saat matahari terbenam

BURUNG DAN POHON

Sepasang burung berloncatan di dahan ranting
Seperti penari, mereka meliuk pamerkan bulu
Kadang menjauh lalu mendekat, bercumbu
Tubuhnya dipayungi rindang daun

Suara mereka ribut berceloteh
Seumpama rayuan dan birahi
Di ujung dahan tertinggi
Mereka memadu kasih

Ketika angin datang menghampir
Jantan mengepak sayap lalu terbang
Betina termanggu di ujung ranting asmara
Dan daun bergoyang ditiup angin

Minggu, 18 April 2021

GADUH

Tanpa waktu gili-gili langit dibuka
Suaranya bercampur geram
Di rumah seperti terpenjara
Pohon merunduk kedinginan

Hujan tercurah tanpa henti
Setiap bentang dibasahi
Di beranda hanya dapat menanti
Yang terlihat hanya tirai air

Langit masih luka nganga
Warnanya kelabu
Bercampur gemuruh duka
Sisanya air dan sedikit pilu

Sabtu, 17 April 2021

KELAHIRAN

Bunda menanti dalam kandungan yang terjaga
Di iringi linangan bahagia
Menetapi sembilan purnama

Bersatunya lingga dan yoni
Seumpama mimi lan mintuno
Nafsu kasih Kama Ratih

Ketika dunia membuka dirinya
Tangismu selamat datang
Ayah menatap haru bahagia

Jumat, 16 April 2021

TANGIS ITU

Tangis yang dinanti
Selamat datang dunia
Erangnya keras tanpa henti
Mengabarkan kelahiran

Kadang sedu sedan
Mencoba komunikasi
Dengan gagap segala upaya
Mencari jawaban pasti

Ketika telah dengkur
Perut kenyang
Ayah ibu lelah, tersungkur
Adik bayi tidur dengan nyaman

Kamis, 15 April 2021

HUJAN DUA SENJA

Siang selalu benderang
Tak ada tanda mengundang
Bahkan panas seperti biasa
Mengalirkan keringat

Sejak pagi matahari telah bertahta
Sinarnya gemilang
Semua yang dipandang terang
Bahkan angin berhembus

Ketika Asar menjelang
Langit tiba-tiba kusam
Di iringi suara gledek
Hujan turun dengan renyahnya

Rabu, 14 April 2021

KELABU

Hujan menampakkan wajahnya kelabu
Saat sore turun di halaman
Suaranya menggelegar, petir pamerkan kilaunya

Hujan meninggalkan kubangan
Karena air terus tanggal dari bibir langit
Suasana kian dipeluk dingin

Hujan tak dapat menahan burung layang
Rintiknya yang seperti perangkap sobek
Burung terbang dengan bebas

Hujan kian berisik
Seperti langit yang dicurahkan
Warna warni kian pudar, yang tersisa hanya kelabu

Selasa, 13 April 2021

KELAHIRAN

Setelah penantian
Sekian waktu berlalu
Segenap perhatian

Tangis pertama adalah bahagia
Sebagai pengumuman pada dunia
Sebelum tali pusar diputus
Dada bunda mendekap cinta

Ayah adalah suara pertama
Lafadz adzan dan iqomat
Dada kedua yang bidang
Tempat temukan perlindungan

Setelah kelahiran
Sekian degup rindu
Segenap cinta bertalu

Senin, 12 April 2021

TANGAN KECIL

Tangan kecil mencapai pentil 
Menggapai kehidupan
Jarinya menggenggam erat

Tangan kecil menyibak nasib
Merengkuhnya di dada
Jarinya mengepal kuat

Tangan kecil dan mulut mungil
Berkerja sama mengais 
Jarinya memeluk

Minggu, 11 April 2021

SELAMAT DATANG

Dengan selembar tangis 
dan adi ari-ari 
kudatangi dunia
Tanpa nama hanya cinta

Ayah takjub 
dari mana aku datang
Bunda menyelimuti tubuhku
dengan bahagia

Di antara tetes darah perjuangan
Ada suka cita
Selepas mengadu jiwa
Bertambah satu jiwa

OROK

Aku keluar dari gua garba bernama Bunda
Kulitku sedikit keriput berwarna bayi, merah
Mata terpejam menepis silau
Tubuh masih basah oleh air kehidupan
Sejumput darah di rambut
Sebelum plasenta diputus, tubuhku dibaringkan di dada
Kehangatan yang menyatu dalam tubuhku
Telinga kananku diadzani dan kiri iqomah

Setelah cukup interaksi
Tubuh dibersihkan
Plasenta digunting
Sisanya diberi alkohol, diperban
Baju dikenakan
Wangi minyak telon
Di atas ranjang box bayi
Aku dibawa ke kamar
Menemui kedua orang tuaku
Lalu diberi oleh bunda ASInya
Kuminum dengan lahap hingga kenyang
Setelah itu kantuk datang mendera

ANGIN MALAM

Hujan tak datang dalam hitungan hari
Angin silir menantinya dengan sabar
Ruang malam telah kunang-kunang
Sedikit cahaya dari beranda menyapa

Di jendela utara angin masuk
Uluk salam sebagai kesiur
Gorden sedikit gemetar
Lampu kamar menyala

Setelah cukup bermain
Angin berjingkat di keremangan
Lewat lubang ventilasi
Terbang ke alam raya

Jumat, 09 April 2021

INSOMNIA

Insomnia mencuri jam-jam tidurku
Digantinya dengan gairah dan energi
Rumahpun jadi terasa sempit
Amben tak cukup menampung

Kujelajahi setiap sudut ruang dan waktu
Kucari kantuk di tiap selipan dan lipatan
Bahkan di sofa ruang tamu
Yang didapat hanya ruang kosong untuk ide

Kudekati Tuhan untuk menagih kantuk
Dengan doa dan sedikit merajuk
JawabNya tegas dan langsung
Mataku kian nyalang

Kamis, 08 April 2021

PERJANJIAN

Sebagai kompromi kita pada waktu
Menjadi garis batas termaktub
Pembeda antara pantai dan laut
Dimana garisnya adalah horizon

Mengikat juga membebaskan
Seperti nasib serupa nafas
Serumpun kata sebaris pagar
Hilang, bersatu dalam persekutuan


SATU BAIT SAJA, CINTA

Pandangku tenggelam dalam debar dada
Kisahnya menganak sungai
Kasihnya menusuk hingga pusara
Seperti labirin berpusing
Bahkan rumah bagi laba-laba
Semua itu bermuara pada kata
Yang berubah menjadi arti
Dan akhirnya diresapi sebagai rindu, cinta

Rabu, 07 April 2021

DI PERSIMPANGAN JALAN

Persimpangan itu tiba-tiba ada
Seperti keluar dari perut kebun jagung
Menunjukkan arah untuk dijelajahi

Dari desa yang berbau kayu bakar serta kotoran ternak
Terus ke selatan pandang
Jalan desa bersatu dengan persawahan
Jalannya kering dan berdebu jika musim kemarau
Kerikil membuat pedati berjingkat
Berlumpur dan berlobang jika rendeng tiba
Roda dan kaki sapi terendam

Persimpangan itu batas akhir kenangan
Dimana yang ditinggalkan adalah sanak dan kekasih
Sedangkan jalan setelahnya hanya aspal hitam

Dari tiap sudut desa, arah menunjuk pada persimpangan
Seolah semua bersatu hanya untuk mencapainya
Rumah-rumah yang bergerombol di pusat
Tetap membuka pintunya menghadap arah menuju
Setiap perayaan di pusatkan di beringin tua
Penunggu dan penjaga jalan simpang

Persimpangan tetap sama dari masa
Gerbang bata bertuliskan nama desa
Jalan keluar masuk bagi penduduk

Selasa, 06 April 2021

KEHILANGAN

Seperti anak dilarang bermain
Karena siang terik matahari
Waktunya istirahat, tidur
Ditemani dongeng ibu

Seperti keinginan tak sampai
Setelah hitungan penuh
Sedikit menghujat
Lalu lepas begitu saja

Seperti mimpi di langit malam
Ceritanya telah merasuk
Sebab tidur telah masuk
Sisanya hanya igau

DERAS

Hujan mengguyur sore berperi
Suaranya berisik riang menggenang
Mencuci kotoran siang yang panas

Setiap titik yang jatuh
Seperti penari berlompatan
Lalu bersatu dalam kubangan

Ketika hujan mulai reda
Ada dingin yang datang
Tiada angin berhembus

BANDANG

Bandang mengambil segenap kebaikan
Juga keburukan
Seperti mata Syiwa
Semua dipandang dari satu arah. Hancur.

Nyawa dan harta hanyut
Tak pandang bulu
Tangis dan raung
Sisanya hanya murung

Bandang mensucikan setiap dosa
Mengembalikan cakra pada manggilingan
Sedangkan manusia
Hanya bisa berdoa

Minggu, 04 April 2021

BOM

Atas nama kemanusiaan
Kita angkat derajat bom
Sebagai alat pembunuh
Hingga pencapaian nirwana

Bom dan sejumlah doktrin
Memanusiakan manusia
Ketika meletup jiwa
Pelaminannya pengantin surga

Bom sebagai kata perpisahan
Selamat tinggal dunia fana
Semoga menjadi pahala jihad
Masuki jahannam dengan khidmat

Sabtu, 03 April 2021

DALAM MALAM

Rumah berpagar cahaya lampu
Serangga berdatangan
Udara cukup pengap
Karena angin menunggu

Makan malam selaparnya saja
Lauk siang dihangatkan
Nasinya baru ditanak
Minumnya air kendi

Di ruang tengah
Segenap interaksi keluarga
Televisi menyala terang
Kita saling berbincang

Ketika langit beranjak tua
Kantuk telah menghadang
Sisa kopi terakhir diseruput
Lalu masuki kamar

DI BENTANG SIANG

Mesin cuci telah menyelesaikan tugasnya
Panas matahari melanjutkan
Di dapur sarapan lontong sayur
Dan segelas teh panas

Menyapu lantai rumah
Demikian juga lap pel
Diteguknya obat pagi
Dan secangkir kopi pahit

Keringat telah merebak di dahi dan dada
Rumah telah cahaya 
Di dipan menanti angin
Sebelum mandi pagi


DI RUMAH SAJA

Rumah itu telah renta
Catnya kelupas dan sawang di pojok
Jika hujan dari atap menitik air
Tubuhnya menggigil berderit karena angin

Kamarnya adalah ruang rindu kita
Setiap rahasia yang terucap
Madah sayang yang semburat
Tersimpan rapi di balik bantal guling

Ketika sore aroma kopi
Duduk dan menikmati di kursi penjalin
Kita bercakap santai
Tentang anak dan doa yang teruntai

Rumah itu telah renta
Menahan beban usia
Temboknya dipenuhi harapan
Pintu dan jendela melarungnya

TELAGA

Air matapun terletak bahagia
Karena muda kita kelana
Dijelajahinya restumu 
Tanda bakti bagi pertiwi

Di tengah kita menyibak ombak
Sebagai saksi bahwa ada
Kecupan kita satukan
Menentang birahi

Ketika di tepi pantai
Usia nyaris habis berbaris
Di matamu yang buram
Menyimpan alun lembut, telaga

Kamis, 01 April 2021

GITAR MELENGKING MALAM ITU

Jari lincah berlompatan
Membentuk rangkaian jerit ritmis
Gitar meraung
Segenap amarah di lepas

Di atas panggung penghidupan
Semua derita ditabuh habis
Badan ikut meliuk
Mengikuti nada yang jatuh berserak

Di puncak kulminasi ejakulasi
Suara gitar melengking tinggi
Semua terhenyak dan berhenti
Sisanya hanya senyap

ANAK

Diasuhnya doa dan birahi Hingga menetes Eros Sebagaimana puja Kama Ratih Kau mendatangi dunia dengan polos Lalu disadapnya setiap tetes kehi...