Persimpangan itu tiba-tiba ada
Seperti keluar dari perut kebun jagung
Menunjukkan arah untuk dijelajahi
Dari desa yang berbau kayu bakar serta kotoran ternak
Terus ke selatan pandang
Jalan desa bersatu dengan persawahan
Jalannya kering dan berdebu jika musim kemarau
Kerikil membuat pedati berjingkat
Berlumpur dan berlobang jika rendeng tiba
Roda dan kaki sapi terendam
Persimpangan itu batas akhir kenangan
Dimana yang ditinggalkan adalah sanak dan kekasih
Sedangkan jalan setelahnya hanya aspal hitam
Dari tiap sudut desa, arah menunjuk pada persimpangan
Seolah semua bersatu hanya untuk mencapainya
Rumah-rumah yang bergerombol di pusat
Tetap membuka pintunya menghadap arah menuju
Setiap perayaan di pusatkan di beringin tua
Penunggu dan penjaga jalan simpang
Persimpangan tetap sama dari masa
Gerbang bata bertuliskan nama desa
Jalan keluar masuk bagi penduduk