Selasa, 29 Maret 2022

VEGAN

Pagi, 
kita sarapan
Di atas cobek, 
sambal bawang adalah menu utama
Pelengkapnya, 
tahu tempe sebagai penderita
Sepiring nasi panas, 
merangkap pedas dan asin
Dan segelas teh pahit, 
untuk menetralisir

Keringat menetes di dahi
Jemari telah dijilat
Piring  tersisa upa
Gelas hanya ampas
Kenyang bersandar di tembok

Senin, 28 Maret 2022

MERAWAT PIKIRAN

Dengan jembatan keledai
Kita persingkat nalar
Sebagai gerinda sebagai pertanda
Pertajam segenap pikir

Membaca adalah kumpulan premis
Diselang dialog intens di depan secangkir kopi
Jika debat telah mengemuka
Maka kata kembali ke asal

Selangkah kita di padang
Sepelukan kita terhubung
Sekejap sampai di puncak kesadaran
Semua bersatu dalam pekerti

Minggu, 27 Maret 2022

MEMBURU ILHAM

Di ceruk fikiran yang ditumbuhi jelatang
Hingga gatal nan ruam di kulit
Di ufuk horizon nun jauh
Dimana matahari terbit dan tenggelam

Kadang mudah menangkap
Cukup oleh perangkap ketik yang kata
Sering kali sembunyi di belantara makna
Sehingga memilahnya seperti rubik

Jika telah terjerat lagi jinak
Ilham dihias permata sebagai cerita
Dengan rasa puas yang bangga
Gagasan menampilkan ekor meraknya

Jumat, 25 Maret 2022

KAU PANGGIL NAMAKU

Sebagaimana mantra nama disebutkan
Suaramu sungguh magis terbawa angin
Segenap emosi bergetar di pelepah
Sehingga ku berpaling pada sepi

Ku harap kau sebut namaku berulang
Hingga kakiku terantuk
Namun hanya sekali bergema
Lalu kembali bergeming dan asing

Adakah jika waktu memisahkan
Kau tetap menyebut namaku
Atau hanya disimpan di hati
Sebagai dekorasi berdebu

Rabu, 23 Maret 2022

MENGAPA LAHIR

Tidakkah garba walau gelap
Nyatanya tenang dan nyaman
Gelap di atas gelap
Sebagai segumpal darah

Dari kejauhan terdengar suara
Mengaji, menyanyi, menyalak
Bahkan doa pengharapan
Air ketuban pun beriak tak dalam

Seperti sebuah puisi
Dilahirkan pada selembar kertas
Janin jua dituliskan 

Apabila telah lengkap
Pena diangkat menetes tinta
Kehidupan baru mulai

Selasa, 22 Maret 2022

KEMANA KAH PUISI?

Tenggelam di lembar diary yang kusam
Dengan pinsil 2B yang diraut kedua ujungnya

Tertimbun dalam kenangan yang bayangannya memudar
Seperti pengulangan kata yang selalu terngiang

Pada pertemuan di kafe kecil dan sedikitnya argumen
Seolah kita sedang bermonolog di antara meja kursi

Di sosmed yang penuhi lamannya dengan iklan yang berbaris seperti semut
Mencaplok setiap pulsa kuota data

Berselimut malam ketika ide dipetik dari antara bintang dan ilham
Dengan beberapa kata yang terselip dalam ingatan

Dan aku semakin termangu tak mengerti

DI SEPERTIGA KAH, KAU, MALAM?

Karena Kau turun ke langit dunia ketika malam pulas
Ku topang tubuhku dengan kantuk
Ku cari jejak Mu di antara pendar bintang
Di tirus rembulan
Di tirai malam yang kelam
Bahkan ku ajuk bintang Timur
Untuk mengadukan segala sulit ku
Untuk memohon sekedar hajat duniawi
Setelah sekian dzikir mengeringkan tenggorokan
Sujud yang senyap dalam doa
Maka ku sudahi anjang sana ini
Dengan melipat sarung dan sajadah

Jumat, 18 Maret 2022

PANUTAN

Telah renta usia sebagai panutan
Genap tuai, ludahnya menjadi suwuk
Sebagai kelor sebagai galih asem
Segala jin jembalang yang mbaurekso jadi mantranya

Usia tak selalu melahirkan wingit
Bahkan menjadi kayu bakarnya pun tidak
Dengan ronce bunga tujuh rupa
Setiap kata yang terucap hanyalah puisi

Biar saja ruang dan waktu menjadi ubarampe
Dengan meniupkan wangi yang menggenapi
Kata-kata yang beryoni sebab dupa
Adalah jimat kalimusada bagi yang ngangsu kaweruh

Selasa, 15 Maret 2022

RESTU

Kepalaku menunduk, dalam
Punukku terasa kaku
Mataku menekuni lantai
Tak ada berani menoleh
Untuk menumpahkan segala gelisah

Kata-kata digelontorkan
Begitu saja masuk telinga
Tanpa dikunyah dan dicerna
Langsung ditelan menjadi kesadaran
Langsung merajam rasa nyamanku

Kata seolah menganak sungai
Membuatku semakin tenggelam
Tiba-tiba ada satu kata yang ku mengerti. Restu!
Semua bangunan ketakutanku runtuh
Mataku beralih menatap dengan bahagia

Sabtu, 12 Maret 2022

MENYIMPAN KENANGAN

Tidaklah pandora sebagai kotaknya
Karena harapan dengan sayap lembutnya bersemayam
Seperti lilin dengan cahaya lemahnya
Tetap berpendar di sekitar sebagai suar

Di Timur adalah letak dari laman hati
Di mana bejana waktu tak berdetak
Setiap ingatan bermimpi dalam nyenyak yang jauh
Sehingga tangan meraihnya dari tumpukan kenangan

Jumat, 11 Maret 2022

TIDAKKAH ITU GELEGAR PETIR

Suara itu merobek mendung membelah sore
Tiba-tiba saja menggeram mengagetkan
Tanpa dapat dicegah air turun bagai tangis
Tak deras hanya saja mendung kian pucat

Segera ku tutup jendela
Dari kacanya terdengar air mengetuk ritmis
Sesekali gemuruh dan petir menyalak
Di kejauhan di kaki langit yang miring

Lalu lampu kamar kunyalakan
Mengusir setiap gelap di kamar
Dan lagu blues menggerutu dan bergumam dari radio tua
Melodinya melengking menggaruki hatiku yang sepi

MENANTI HUJAN BERHENTI 1

Pada tiang pintu aku bersandar
Karena hujan tetap saja
Pandanganku melanglang lewati
Sebagaimana rindu lalu mengalir

Ketika hujan turun
Tetesnya antri berturutan
Aku diam termangu menatap
Air jatuh berulang di tingkap

Hujan kian deras menerjang
Meninggalkan suara di beranda
Segera ku tutup pintu, dan
tinggalkan hujan kedinginan sendirian di luar

Selasa, 08 Maret 2022

HUJAN LAGI SORE LAGI

Jangankan terbang terbawa angin
Lewati jendela pun tak
Sebab rindu adalah dendam
Yang harus dibayar lunas beserta rentenya

Sesungguhnya hujan datang dan datang lagi sebagai wasilah
Mencoba menautkannya di kelingking dan jari manis
Namun segenap rintik hanya meratap sedih
Karena jemari tetap kosong tanpa janji

Hujan sore menetapi janjinya
Meninggalkan dupa sesaji di pintu batin
Setelah tuntas ia menyusul matahari
Lalu tenggelam dalam malam yang buram

Minggu, 06 Maret 2022

SURAT DARIPADA PERINTAH

Surat itu telah menimbulkan gelombang
Politik
Balas dendam
Pertumpahan darah
Perceraian
Luka lara
Tangis
Kehilangan
Pengasingan
Setelah surat senyap

Surat itu telah menulis ulang sejarah
Siapa menang
Siapa kalah
Siapa berkuasa
Siapa tertindas
Siapa negara
Siapa warga kelas dua
Setelah surat lenyap

KONTROVERSI

Karena sejarah ditulis ulang oleh pemenang
Maka pembantaian adalah sakral
Maka mengalirkan darah adalah penyucian
Sebuah inkuisisi

Sebagaimana air mata telah mengering
Sehingga duka lara terbaring di tanah Merah
Kekalahan adalah sebuah luka nganga
Meruyak dalam pikiran menimbun hati dengan benci

Jumat, 04 Maret 2022

KARENA AKU CEMAS

Cemas menghampiri
Mengendap dalam senyap
Akal sehat dibombardir 
Dipenuhi berjuta jika

Kabar tiba berbentuk potongan tak lengkap
Seperti puzzle kita hanya bisa mengira

Lidahku kelu
Tiada kata disematkan
Semua prasangka benar adanya
Dan hatiku terkungkung syak wasangka

Ketika kabar telah lengkap tercerna
Telapak tangan basah oleh keringat

Rabu, 02 Maret 2022

HUJAN SEHARIAN

Hujan datang dan pergi tanpa kulo nuwun
Hanya saja mendung sebagai penanda

Terik matahari disamarkan sebagai daun jatuh
Dan angin menggembalakan awan hingga padang ilalang

Mendung menyelinap di senja kala
Gerimis turun dan merintih, luruh.

Di haribaan malam
Warna perlahan lenyap ditelan kelam

Selasa, 01 Maret 2022

KEPADA SERDADU KEPADA PERANG

Manakala perbatasan telah dilanggar
Oleh sepatu boot dan rantai kendaraan lapis baja
Tinggal selangkah mendapati peluru menyalak
Juga desir roket membelah angkasa

Kemanusiaan luluh lantak berkalang tanah
Menjadi luka yang menganga
Dengan diiringi gugur bunga dan air mata
Satu per satu atma pralaya

Hitungan waktu kian lama di pusat bencana
Kedua sisi telah berjatuhan korban
Telah meneteskan darah yang sama. Merah.
Telah genap duka, mesiu dan bau daging terbakar

ANAK

Diasuhnya doa dan birahi Hingga menetes Eros Sebagaimana puja Kama Ratih Kau mendatangi dunia dengan polos Lalu disadapnya setiap tetes kehi...