Menjumpai ranah tak bertuan
Namun hati seperti kolam. Bening
Tempat kita berkaca dan mematut
Pikiran juga bergerak acak melompati pagar norma
Nyaris hilang arah hingga cerita lalu
Namun hati menariknya hingga leher terjulur
Menempatkan kembali cakra pada porosnya
Adakalanya hati keruh sebagaimana katarak
Karena tak mampu beriak
Maka jika kata berbaris dan berteriak
Antrinya seperti bata lain di tembok