Semenjak bayangmu tak menyisakan garis wajah di tembok rumah
Semenjak kenangan hanya pecahan mozaik porselen yang disatukan
Semenjak duduk di beranda menatap pagar, berharap pintunya terbuka dan kau mendatangi rinduku
Semenjak malam ketika kau angkat kaki tetapi masih menebar bau tubuhmu di sekitar
Semenjak suaramu lenyap dan berganti sunyi yang menggigit
Semenjak ingatan persetubuhan kita yang liar dan penuh keringat cinta
Semenjak pertengkaran yang menyatukan biduk kita sebelum karam menabrak batu karang
Semenjak pagutan terakhir sambil membopong luka masing-masing
Semenjak air mata adalah pertahanan kita
Semenjak kata saling menikam dan meninggalkan lubang yang kian dalam
Semenjak waktu masing-masing adalah milikku dan milikmu
Semenjak perdamaian sebagai impian di siang berangin
Semenjak pertemuan kita hanya untuk saling menyakiti
Semenjak langkah terakhirmu di lantai rumah
Aku tetap menantimu