Selasa, 31 Januari 2023

5 EKOR KUCING

Malam tidaklah benar-benar sunyi
Lima ekor kucing mendekam
Di kebun belakang mereka berhadapan
Menanti ketika untuk saling menerkam

Di luar gelanggang, 
seekor kucing betina duduk dengan tenang
Ekornya di kibas-kibaskan, 
menambah keanggunannya

Suara geraman makin kencang
Tiba-tiba mereka saling serang, 
saling terkam, 
saling gigit, 
saling cakar, 
hingga menggores luka di dagu, 
di wajah, 
di mata, 
di ekor.

Bulu berterbangan. 

Lain kejap semua kucing berpencar dan berlarian
Seekor pemenang tetap tinggal di gelanggang
Matanya luka nyaris codet
Namun berdiri gagah sambil menjilat cakarnya


BERINGIN TUA

Beringin tua itu penunggu desa
Usianya lebih sejengkal dari sejarah
Sulurnya menangkap berbagai kisah,
serta melilit dari rumah ke rumah 

Jika siang menjelang, 
anak-anak bermain di punggungnya
Dijumputinya bayang yang berjatuhan
Sambil mengawasi desa dan rimbun dedaunan

Dan ketika malam menghampiri
Saat hantu dan peri bergentayangan
Orang-orang menaruh setanggi dupa di perutnya
Tempat doa diikat dan dilarung ke langit

Senin, 30 Januari 2023

IKAN

Sebagaimana petarung menentang arus, 
ikan mengibaskan ekornya
Menyusuri tanah lahir menuju lubuk, 
di sana telur memijah

Mari kita sergap maut beramai, 
tanpa perlu gentar gemetar
Tak usah menoleh ke belakang
Sekali berarti lalu mati

Di riam curam adalah sebenar perjuangan
Dipenuhinya sungai dengan halang rintang
Di mana air beriak tanda tak dalam
Di balik bebatuan maut mengintai

Sabtu, 28 Januari 2023

TITIK

Titik menutup setiap kemungkinan
Kuncinya berkarat karena doa
Di balik pintu ia mendekam
Mengintai mangsa yang tersesat hilang arah

Dari barisan kata yang siap menerkam, 
sambil memamerkan taring kematiannya
Titik berjibaku melawan nasib, 
dan mengakhiri hegemoni congkaknya arti

Sudahlah; titik; kembali sajalah kau bertahan, 
hingga punggungmu remuk terinjak
Tak usah kau tangisi, sesal
Karena kau hanyalah sebutir debu

Kamis, 26 Januari 2023

IA MENGHUJAT

Suaranya mengalir datar begitu saja
Seperti datang dari ketiadaan
Lalu menerjang, 
memporak porandakan otakku

Ada amarah yang disuntikkan
Menyesaki rongga dada
Mengejar ia seperti anjing gila
Diterjangnya nalar hingga berdarah-darah

Kita siap untuk saling melukai
Bersenjatakan ego dan sumpah serapah
Karena simbol dinodai oleh kata-kata

Ketika maaf hanya lip service
Gugatan sebagai gelombang reaksi
Seperti taifun yang melibas tanpa kenal ampun

Rabu, 25 Januari 2023

SAAT KITA BERSENTUHAN

Tiada pandangku menatap resam wajah
Hanyalah tunduk menghitung lantai
Degup jantungku bertalu lesung padi
Diriku dirudung malu hingga meremang

Dalam diam ada lirik di ujung mata
Tatapnya menyelidik ingin tahu
Rambutmu menutupi separuh pandang
Sebagian memain di dahi tertiup angin

Sekian waktu telah hilang dalam kasunyatan
Hampir bersamaan kita mengangkat pandang yang likat
Di bibirmu ranum, segaris tipis senyum
Nyaris serak dan berbisik ku panggil kau, "Dik!"

Sabtu, 21 Januari 2023

DI PANTAI

Ombak menjulurkan lidahnya
Mengejar burung yang terbang menuju matahari

Nelayan menebar lamunan
Di tengah laut ia berbagi sunyi

Perahu adalah oase kecil di hamparan biru langit
Riak membawanya menuju kawanan ikan menari

Di tengah-tengah harapan ia melempar jala
Seperti membuang sial pada laut

Ditariknya perlahan hingga terperangkap di dalamnya kemiskinan, hutang, penyakit dan putus asa

Jumat, 20 Januari 2023

BASYIRON WA NADZIRON

lidahnya api, 
dan kata membakarnya sebagai kayu

Digelontornya hikmah kebijaksanaan, 
dan dijual hingga kering tenggorokan

Seperti dikepung pagar berduri, 
pikiran terhenyak sendiri

Sekian kata terbakar, hangusnya jelaga
menginfeksi otak hingga parasit


Kamis, 19 Januari 2023

DARI BERANDA RUMAH

Langit masih kokoh di atas
Menyimpan musim yang temberang
Memang kadang ia jatuh sebagai gerimis
Seperti tangis bocah yang merajuk

Di beranda dimana pepohonan bernyanyi
Daun menjatuhkan wajahnya di lantai
Diam-diam disingkapnya rahasia layu
Sehingga kuningnya berubah sayap kupu

Di seberang pagar berlumut, 
jalan desa membentang
Melintasi pedalaman hati 
hingga jauh ke horizon

Ada riak kecil semangat
di sepanjang alurnya yang gelombang
Bahunya hangat matahari pagi
Menjamah desa dengan kehidupan

Selasa, 17 Januari 2023

BLUES JAM TIGA

Pada tiga dini hari, HP tiba-tiba menjerit
Menarik aku dari mimpi
Sedangkan di teritis hujan berderai

Dengan mata setengah terpejam
Ku duduk di ujung amben. Menepis kantuk. 
Sedikit limbung, aku berjalan menuju kamar mandi

Semalam, sebelum tidur, ku berdoa
Membuat janji untuk kencan, 
untuk bersua di langit dunia

Jam tiga lebih, sambil menunggu kehadiranNya, aku shalat di sepanjang sajadah
Lalu memanggilMu dengan sepenuh asma'

Diantara cinta, rindu dan pengharapan
Hatiku hanya meratapi
Menanti perjumpaan kawula Gusti

Sementara Ia menyapa, "udunii astajib lakuum"
Mataku kian berat menahan kantuk
Sambil bersila di sajadah, aku kembali tertidur

Sabtu, 14 Januari 2023

DEAR SAHABAT

Sesungguhnya ku ingin menggapaimu
Mendudukkanmu di relung hati
Agar kita dapat selalu bersua
Tanpa perlu melepas rindu

Memang terkadang kau nyaris lenyap
Didera pertengkaran bodoh
Ego kita masih muda teruna
Mudah tersulut oleh omong kosong

Namun sosokmu tetap manjing
Terpeta jelas dalam luka ingatan 
Walaupun carut marut oleh kehidupan
Kau tetap bayangan di biji mataku

Rabu, 11 Januari 2023

SAUDARA

Dari satu liang garba
Kita menggapai langit yang sama
Dengan pandang naif
Kita reguk dunia serta isinya

Kita tumbuh dari buaian hingga susu ibu
Disapih oleh purnama dan buluh perindu
Ketika kaki melangkahi nasab
Di simpang jalan kita bercerai, nasib

Lalu kita beradu punggung, 
saling menjauh
Mengejar peruntungan masing-masing

Ketika usia telah menjulang
Lelah membawa kita kembali pulang
Namun kita telah terasing

Minggu, 08 Januari 2023

PERPISAHAN

Kita duduk bersanding di bangku besi. Tak ada kata terucap. Bahkan pandang pun tak.

Stasiun telah nampak rentanya. Jam yang menempel di tembok. Terlihat lebih besar dan lelah.

Tak seperti kedatanganmu yang dipenuhi gairah, sehingga tiga malam kau tak dapat tidur, dengan senyum yang selalu tersungging, dengan ekstra enerji. Manik. 

Kepulanganmu adalah malam yang derai air mata. Ranselmu terisi penuh oleh pakaian, pedih dan sedih, serta buah tangan. Semua sempit menghimpit. Depresi. 

Suara pengumuman terdengar dengan keras. Kereta malam telah tiba. Kau berdiri lalu mencium tanganku. Dengan bergegas kau mendatangi peron. Lalu lewati gerbang. Tanpa menoleh lagi. 

Jumat, 06 Januari 2023

LOMBA

Kita berusaha mengejar waktu
Mencoba untuk menaklukkannya
Dengan segala daya upaya
Darah, keringat dan air mata

Sementara waktu terus melesat
Kita terbata membaca tandanya
Semakin terburu-buru kita menggapai
Semakin jauh tertinggal dari angan

Ketika kita berhenti sejenak, beristirahat
Dari titik ini, mencoba menoleh ke belakang
Jalan yang dilewati memang terjal
Sedangkan waktu tergantung di awang-awang

Rabu, 04 Januari 2023

SANGGUL!!!

Rambut hitamnya minyak kemiri
Lebat melewati bahu, 
menyentuh pinggang
Anak rambutnya kadang memain ditiup angin

Di wajahnya yang kuaci, 
segaris senyum ibu
Rambut melintasi matanya, 
serta menutupi pipi yang ranum

Di depan cermin ia menatap
Rambutnya disisir rapi
Dengan cekatan lalu digelung
Dijadikan sanggul

Selasa, 03 Januari 2023

DI TEPINYA KAFE!!!

Meja kursi merangkum keriangan, di ruang bincang yang hangat
Makan dan minum, serta warna warni pelangi

Sepasang kekasih memadu cinta
Meronce diam hingga waktu
Tiada kata sebagai hidangan
Hanya bahagia sebentuk senyum

Di pojok, tempat rindu yang hening, sinar lampu meremang
Secangkir kopi dituang, baunya menyengat hidung

Keramaian memadati ruang
Gelak tawa berderai
Dan kafe menggadangi malam yang renta

Senin, 02 Januari 2023

SANDYAKALA 2

Rambutnya nyata kembang jambu
Didera usia hingga semburat senja
Sedangkan punggung telah bungkuk
Menenggang beban serta

Ingatannya seperti angin lalu
Berhembus antara ada dan tiada
Semilirnya meninabobokan
Sebagai mimpi di siang bolong

Terkadang ia menatap ke depan 
Campuran antara harap dan cemas
Dilain ketika berserah pasrah
Namun semua senyap ditelan masa

Minggu, 01 Januari 2023

KAU, AKU DAN MALAM PERGANTIAN

I. KAU

Sofa itu merah marong
Kontras dengan kulitmu 
Kuning temu giring

Kau duduk dengan anggun
Ditanganmu segelas anggur
Dan setangkup kenangan

Suara musik lembut mengalun
Menghadirkan ingatan dari masa lalu
Dan menemani diammu

Di luar kembang api pecah bagai ratna
Berwarna pelangi 
Dan tersingkir dari sunyinya hati

II. AKU

Aku memandang dari balik jendela muram
Langit terlihat jauh dan berwarna kusam
Hanya lampu jalan yang menerangi
Dan kucing kampung berpesta di onggokan sampah

Bulan separoh sabit di kaki langit
Sinarnya temaram
Seperti ingatan yang gundah
Ditinggal pergi, hilang bersama angin

Aku termangu menanti kembang api
Di benak hanya ada kau
Berdiri sendiri di gelap malam
Tanpa tegur jua sapa

III. MALAM PERGANTIAN

Di kerumunan malam yang riang
Semua tatapan tercurah ke atas panggung
Panggung dengan warna warni gairah
Dan lampu yang berkedip genit

Orang berdesakan
Bau parfum bercampur 
Laki perempuan berdiri berbaur
Beradu tubuh bermandi peluh

Nyanyian silih berganti
Tarian silih berganti
Teriakan silih berganti

Demi waktu dan lampu yang padam
Segenap meniup disertai sorak
Kembang api menembus gelap malam
Menyisakan asap dan lelatu api serupa ekor merak

Wajah-wajah memudar oleh lelah
Seluruh malam telah tumpah ruah
Satu dua masih menggadangi dini hari
Sisanya hanya didera senyap nan baka

Kerumunan silih berganti
Ramai silih berganti
Hingga tersisa sampah dan sepi

ANAK

Diasuhnya doa dan birahi Hingga menetes Eros Sebagaimana puja Kama Ratih Kau mendatangi dunia dengan polos Lalu disadapnya setiap tetes kehi...