Senin, 29 Maret 2021

ODE UNTUK KITA

Sebagai persatuan dua kelingking
Tepukan perjanjian di bawah pohon klampis
Ucap yang dikuatkan oleh demi
Untuk persatuan dua hati yang saling mencari

Mata saling bertaut
Hati saling memagut
Bersatulah segala degup

Pada persilangan kesempatan lubuk hati
Waktu menggenapinya dengan janji
Setiap jalannya telah terukir pasti
Cerita yang meninggalkan pedih peri

ODE BUATMU

Kau datang
Berkejaran dengan maut
Membawa seikat menur
Dan senyum sumringah
Didatanginya rinduku dengan gairah
Seolah perawan kencur memakai pupur

Bidadari dan ibu emban melengos, malu
Ketika kau datang 
Berkeringat membawa gairah
Tatap mukamu merogoh sukma
Menghapus segenap kikuk
Menyatukan duka dan suka kita
Di detik akhir tarikan nafas

Pada akhirnya tiada kau dan aku
Hanya petilasan yang terawat rapi

ODE BUATKU

Tujuh purnama cakra manggilingan
Setiap langkah menanam harapan
Di padang perburuan abadi 
Kucari wajahmu syahdu

Tujuh sumur kuteguk segala anyir
Sebagai khasiat penantian
Tetesnya menjadi rindu yang gaduh
Sebab wajahmu tak hilang teraling nyeri

Tujuh kuntum menur hantaran
Penghilang lapar dahaga
Semenjak putih mata berkalang
Dimana wajahmu tetap

Selapan bulan sedih dalam kandungan
Telah lunas air mata darah
Aku tetap disini
Menggandrungi wajahmu kasih

Minggu, 28 Maret 2021

AMSAL UDARA

Hawa sebagai kehidupan
Adalah hidup itu sendiri

Eksistensinya terbang ke penjuru
Dan tidak kemana-mana

Kadang panas kerap dingin
Serupa harapan keluar dan masuk

Setiap tarikan adalah berkah
Segenap menjadi pendorong

Menerjang semua ruang dan waktu
Lewati pintu dan jendela senyap

Tenaganya berlangsung hingga jauh
Tak ada berhenti selain nafas

KISAH ANGIN

Angin datang
Kadang lembut sebagai selendang pengantin
Sedikit genit dengan menyibakkan rok
Memberi warna merah ranum di pipi bayi

Kadang datang tanpa uluk salam
Langsung meniup gelisah
Menerbangkan debu ke langit
Menggoyang setiap daun hijau

Angin pergi
Berhembus begitu saja
Meninggalkan rindu belukar
Terbang menuju peruntungan nasibnya

Setelah amarah yang mengoyak
Deru yang meruyak
Sisanya hanya rumah-rumah merana
Dan pohon yang terdiam

CERITA TANAH

Daun jatuh di pelataran tanah
Membusuk dan melepaskan warnanya
Buah telah matang tua
Aromanya mengundang 
Meninggalkan bijinya di tanah hitam

Debu diterbangkan angin
Menjelajahi dataran di luasan
Menempel di daun jatuh
Bersatu menjadi humus
Lumbung bagi biji yang akan tumbuh
Tinggal menanti siraman hujan pertama



BERMALASAN

Hari terkapar di sofa
Sebab panas dan sedikit angin
Di iringi siang dan sore

Musim masihlah hujan
Hanya dikiriminya tanda
Ia akan digantikan

Hanya dengan celana pendek
Kucoba menahan keringat
Kipas angin di ujung terengah

Sore, tiba-tiba gledek di langit
Panas lari terbirit-birit
Meninggalkan angin yang meliuk bingung

Tetes pertama jatuh di tanah
Selanjutnya bumi basah
Sejukpun dilepas tali ikatannya

Sabtu, 27 Maret 2021

JAWABAN ATAS SIANG YANG TERIK

Keringat sepertinya tak putus
Mengalir di pelipis 
hingga dada yang tipis
Baju tak kuat menahan panas

Tidur siang tak nyenyak
Hitungan telah banyak
Berulang kendi ditenggak
Keringat dan pipis mendesak

Sore ketika telah pasrah
Panas kian parah
Tiba-tiba langit hitam dan pongah
Mengalirkan air dari pori langit. Jernih. 

Jumat, 26 Maret 2021

HIKAYAT AIR

Setelah sekian lama menjelajahi langit
Awan-awan bersatu dan merubah wajahnya
Hitam dan dipenuhi bulir air

Awan semakin berat ditiup angin
Pepohonan bergerak liar
Tiba-tiba pintu langit terbuka
Air turun dengan deras menitik

Semua bentang dilibasnya
Bahkan daun merunduk tertimpa
Hingga air berjatuhan di tanah

Tanaman kecil yang merana
Mendapati air mendatanginya
Direguknya hingga puas
Dan hijaunya kembali kilap

Langit telah kerontang namun tetap hitam
Air telah menjamasi bumi pertiwi
Basah dimana-mana 
Air menyelesaikan tugasnya



Rabu, 24 Maret 2021

MALAM INI KUSIMPAN TIDURKU

Kuserahkan malamku pada manik
Sebab kantuk tak dapat menyelinap
Ketika mata ditutup pikiran kian berkecamuk
Berjatuhan seperti gerimis di luar sana

Satu ketika kubuka buku di halaman tengah
Huruf berloncatan ke dalam bola mata
Lalu hilang tenggelam tanpa arti
Sedangkan buku hanya senyum mengejek

Sebenarnya lagu adalah teman setia
Namun jika selalu diulang
Jadi seperti cuci otak
Setiap ketukan dan denting otomatis didendangkan oleh hati

Makan, ya, makan teman sesungguhnya
Mulut bisa menggerus semua makanan
Hilang sudah cita rasa
Hanya kenyang dan haus yang didapat

Jam telah jauhi dini hari
Keadaan tetap saja sama
Angin di jendela bersama gerimis
Musik berbunyi semaunya 

Setelah lelah mencari kantuk
Badan direbahkan di sofa
Suara nyamuk di telinga
Suara hati di ubun-ubun

Pikiran tetap berkecamuk
Bertempur sendirian
Saling berargumen
Dan aku menikmatinya seperti menonton film

Jam telah berdentang di sepertiga malam terakhir
Aku bangun dan bergegas ke kamar mandi
Kencing lalu wudhu
Selanjutnya berdoa dan bergelung di atas sajadah

Kantuk tetap hilang
Entah dimana..... 

BEBAS

Bebas mendatangiku 
dengan seri bahagia
Menggamit hatiku 
hingga terpana
Seruas rindu 
yang dulu berusaha timbul
Kembali digenangi luasan haru, disitu

Bebas terdiam 
bergeming ditempatnya
Mataku melirik 
menatap senyumnya
Ia membalasku 
dengan satu kedipan
Kami terdiam 
saling mengerti

HUTAN

Hutan adalah tetangga kita dalam keaneka ragaman
Semenjak kampung halaman merambah tubuhnya yang perawan
Memetik sedikit keuntungan darinya
Saling menjaga sebagai kearifan lokal

Dari pedalaman perutnya yang tambun
Makanan, minuman bahkan obat melimpah
Menanti diburu, dipetik dan diolah
Berkesinambungan hingga turun temurun

DUNIA PUISI, PUISI DUNIA

Menulislah terus
Hingga kata dan makna berganti, bersatu
Telanjang di mata haus bacaan
Di lembar yang nyaris belum tergores dosa
Menempel pada setiap pikiran yang lugu

Tulisan adalah dasar laut perumpamaan
Palungnya melahap setiap keingintahuan
Ketika kata yang berenang tertangkap makna
Tubuhnya dionceki sehingga kata menjadi kata itu sendiri

JALANG

Waktu kita pilih demi birahi
Pendek saja dimanapun bisa
Uang receh kumal sebagai saksi
Minyak wangi kodian pelengkapnya

Sering kali kita disaksikan bintang
Angin memamerkan tatto di betismu
Asap kretek sedikit membuai
Tanpa basa basi kita terlentang

Setelah pertarungan ganas yang singkat
Sedikit gatal digigit semut
Tanpa keringat hanya tisu WC
kita berpisah melanjutkan kisah

TELAH HILANG HUJAN

Telah hilang hujan
Bersama seluruh aksesorisnya
Karenanya matahari semena-mena
Mengalirkan keringat bahkan haus

Telah hilang hujan
Sembunyi dari musimnya yang panjang
Namun dingin bersikeras bertahan
Bersamanya debu berani menentang

Telah hilang hujan
Entah pergi ataupun dicuri
Namun sisanya masih mencoba bertahan
Sebab daun hijau tua

DI ATAS KABEL

Seekor burung hinggap di kabel listrik
Kepalanya menoleh mencari
Menanti di tempat perjanjian
Tak acuh pada terik siang

Dari arah angin kembara
Seekor jantan menukik gagah
Setelah satu putaran perhatian
Tubuhnya tepat mendarat di sisi rindu

SARANG DERKUKU DI POHON

Dilolohnya anaknya setiap kering hari
Biji-bijian dan pengetahuan
Sehingga penuh temboloknya
Dan bulunya berganti berwarna gilap

Setiap cerita dan pengalaman dijejalkan
Cakar telah siap mencengkram
Namun bunda tetap berperi, mengasuh
Menanti saat melepas ikatan kasih

Pagi itu, saat sayap dan kaki meregang
Bunda mendorong ke luar sarang dengan keras
Tubuhnya deras jatuh ke bawah
Dengan satu kepakan ia membawa tubuhnya menuju petualangan

SEGELAS AIR ES

Segelas air es 
menenggelamkan haus, 
capai, 
terik matahari, siang yang pecah, 
bahkan jarak

Segelas air es 
mengembalikan cakra, 
atma, 
hukum sebab akibat, 
hingga kantuk

Ah, segarnya.... 

SETELAH LAMA MENDUNG

Waktu datangnya hujan tak pernah akurat
Sesiangan panas, ungkeb dan gelap
Yang turun mengalir hanya keringat
Dan sedikit bau badan

Sedikit demi sedikit dingin mengambil alih
Siang lebih condong ke barat
Tiba-tiba gledek berbunyi. Keras. 
Tetes pertama mengenai hidung

SIANG, SETELAH MAKAN

Matahari masih berpendar, siang
Menyebabkan kantuk naik ke mata

Musik blues berbisik di telinga
Demikian juga angin semilir

Kenyang dan rebahan di dipan
Bantal menyangga isi kepala

Kesadaran tinggal hitungan jari
Perlahan masuk dunia mimpi

FOTO KELUARGA

Kerumunan itu bernama keluarga
Warnanya senada dengan potongan necis
Wajah-wajah sumringah

Lampu kilat bertubi-tubi
Gaya berganti
Keringat mengalir

Kerumunan itu bernama keluarga
Baju sedikit kusut
Senyum telah pergi

HANDPHONEKU HANYA SEPARUH

Kemarin jemariku lincah 
menggerayangi sekujur tubuh
Cap sidik dimana-mana
Keluar masuk program 
seperti di rumah sendiri

Pagi ini ia berontak
Sebagian program menutup pintunya
Aku hanya terlongong bingung
Jariku terpana

LAGU DANGDUT DI WARUNG

Malam remang-remang
Belum terlalu tua hanya lelah
Asap rokok pelengkap penderita
Digoyang dangdut dari pengeras

Laki perempuan nyaris sama
Bau parfum dan keringat dan alkohol
Bercakap dan mengikik genit
Digoyang dangdut dari pengeras

Kamar sebagai terminal cinta terakhir
Tempat persatuan syahwat dan duit
Kama Ratih dan kebutuhan
Digoyang dangdut dari pengeras

MESIN WAKTU

Dari kenangan yang jauh
Hingga tapal batas pikiran terdepan
Dan serpihan mozaik pikiran
Hingga mimpi terdalam yang bisa diselami

Ke depan kita jumpai harapan
Dengan segala lubang hitam
Ke belakang fragmen tak lengkap kehidupan
Yang bertautan membentuk keniscayaan

Dari kursi malas di ruang tengah
Dan nyamannya angin dari jendela
Mulailah perjalanan waktu
Hanya dengan memejamkan mata

Rabu, 10 Maret 2021

KEMANA CINTAKU HANYUT

Pada lautan kata-kata yang membangun narasi kita
Hingga terdampar di gugus batu karang
Padahal kita masih membutuhkan hikmah kebijaksanaan

Pada pertengkaran yang tiada awal dan akhirnya
Hingga mata kelilipan tak dapat melihat
Padahal kita telah dijembatani permusyawaratan dan perwakilan

Pada hati yang dahulu mudah tersentuh dan terenyuh
Hingga hal-hal kecil menjadi air mata
Padahal setiap hari dikeraskan oleh kehidupan

Pada waktu yang menyembuhkan segala karat dan dengki
Hingga usia dihempaskan pada takdir
Padahal hati telah belajar menerima

Senin, 08 Maret 2021

HARI MILIK PEREMPUAN

Bangun sebelum matahari
Tidur setelah bulan
Diselanya menyapu dan mengepel
Diselingi kopi pagi sore
Masak balapan dengan pagi
Sarapan cukup sisa
Sebelum mandi mencuci
Setelahnya setrika
Ketika lampu mulai menyala
Mengajari adik
Melipat baju
Mendengar uyon-uyon
Hidup dengan rejeki suami

Sore waktu paling tepat untuk bersiap
Mandi dan segelas kopi dan sebarang rokok
Dandan memoles muka dan bibir
Memilih baju yang akan dikenakan
Rambut digelung tinggi
Parfum kodian
Ketika matahari tenggelam
Memakai sepatu hak tinggi
Dan dompet  berisi receh dan rokok
Berangkat mangkal mengejar peruntungan
Hidup mengais rejeki. Semi independen. 

Pagi masih sepi seperti hati
Sedikit malas beranjak dari peraduan
Mandi tujuannya
Setelah segar hilang kantuk
Masih telanjang, dipilihnya baju dan asesoris yang sepadan
Demikian juga dalamannya, senada
Setelah rapi, perhentian selanjutnya dapur
Roti bakar dan olesannya
Kopi dengan gula rendah kalori
Jus jeruk dari merek internasional
Semua disiapkan bibi pembantu
Jam menunjukan waktu hampir kerja
Bergegas ia mengambil kunci mobilnya
Setengah berlari disautnya dompet dan tas kerja
Di dalam mobil dengan tegap dan bangga dinyalakannya starternya
Tak ada lelaki dalam kamusnya, hanya cinta satu malam pemuasnya
Hidup berlimpah rejeki dan mandiri

Minggu, 07 Maret 2021

MENANTI KELAHIRAN

Euphoria sejak awal
Sebab dua garis merah
Dikuatkan oleh dokter

Sajennya dua butir telur
Daging merah dan putih
Sayur dan buah sebagai uba rampe
Susu lima sempurna
Setiap hari seperti di pura

Dilarang mengangkat
Jangan mengejan
Tidak boleh ini dan itu
Sebahagian pesan pini sepuh

Ketika trimester nyaris habis
Banyaklah berjalan
Aktif bekerja
Membantu kelahiran alami
Saran bu dokter ayu

Bagaimana tentang memenuhi kebutuhan batin? 
Dengan suami? 
Ah, itu cerita lain lagi

Sabtu, 06 Maret 2021

MENIRU

Cara bertahan melintasi peradaban
Seperti anak kecil menghafal di luar kepala
Tangannya mengulangi dan mengulangi

Leluhur meninggalkan jejak langkah
Sebuah kubus rubik
Hingga bayangan memudar

Anak gadis mencontoh ibu
Menggambar di hadapan kaca
Memasak menaburkan cinta

Ayah tak ada kata hanya kerja
Etos diturunkan melalui laku
Membangun dunia dengan tangan dan kaki

Jumat, 05 Maret 2021

NASIHAT

🎼🎶Dan dimanapun aku berada
          Nasihat ibu pedomanku 🎶

Kata dari mulutmu ditembakkan 
Berbusa-busa mirip pagar
Jalan satu arah
Isinya hanya larangan
Menakutkan menciutkan nyali

Sesungguhnya, 
niat hati ingin mencicipi sedikit dosa
Bertualang di padang perburuan
Tergelincir di ranah nafsu

Tapi, 
karena nasihat ibu pedomanku
Kususuri jalan sunyi kepatuhan
Sambil  menatap ke satu arah

Kamis, 04 Maret 2021

ANAKKU MENGEJAR MIMPINYA

Setelah terasa cukup waktu di tabungan
Kakinya mulai menginjak kerikil bernama kehidupan
Dengan modal dasar berupa doa ibu
Keringat membasahi bumi manusia

Setangkup air mata dan luka telah menghadang
Iri dengki serupa duri dalam daging
Setelah langkah pertama yang penuh ragu
Selanjutnya hanya ngalap qodar

Rabu, 03 Maret 2021

HUJAN BERKEJARAN DENGAN SENJA

Hujan berlomba
Di pelataran senja
Dan berjatuhan

Kaca berembun
Hujan bertemu senja
Jendela basah

Aku menatap
Hujan ditiup angin
Teja tenggelam

Mentari lenyap
Malam luruh dan dingin
Lampu menyala

Senin, 01 Maret 2021

ILHAM

Ilham menjelma dimana saja
Baik siap maupun tidak
Menggiring otak untuk berpikir
Baik suka ataupun tidak

Ilham dibenamkan ke dasar kata
Hingga tak ada nafas
Lalu kata ditiriskan artinya
Dan dijadikan tulisan

MAKAN SIANG

Antara lapar dan lohor kudatangi pawon
Lelah di bahu terlihat lusuh
Bau kayu bakar menerpa hidung
Bercampur goreng pindang asin

Piring tak pernah mau dekat dengan hidangan
Nasi ditutupi lap bermotif merah kumal
Dijejalinya piring dengan nasi dan sayur
Serta sepotong pindang tanpa kepala

Setelah tandas sepiring
Segelas air kendi
Di balai-balai kurebahkan kenyang
Dan angin sepoi membisikkan kantuk

GELAS

Gelas itu kosong
Bersanding dengan teko
Perutnya tak menampung haus
Hanya sekadar di dasarnya

Jika teko menuang air
Gelas menahan hingga bibir
Permukaannya sedikit beriak
Bayangannya bergerak

Diminumnya separuh dahaga
Sebagian menetes di janggut
Tangan mengusap basah
Gelas terlepas, pecah, terjatuh di lantai

ANAK

Diasuhnya doa dan birahi Hingga menetes Eros Sebagaimana puja Kama Ratih Kau mendatangi dunia dengan polos Lalu disadapnya setiap tetes kehi...