Pagi masih dilingkupi embun
Tanah telah kembali remang
Rumah itu mulai geliat hidup
Bau sangit kayu bakar pertanda
Perlahan matahari memanjat langit
Warnanya semburat hingga horizon
Ketika jarak telah sepenggalah
Cempe berlarian menuju rindang pohon
Pagar bata merah dilabur gamping
Angin semilir menebar bediding
Rumah dan matahari berbagi bayang
Beriring hingga teja menghilang
Selasa, 30 Juli 2019
Senin, 29 Juli 2019
KAU TIDAK HARUS MENGATAKANNYA
Bahasa tubuhmu gugup
ketika kita bersimpangan. Malu
Serupa debar
memompa jengah ke wajah
Dan tunduk adalah pesona
Sebab cantikmu kepang rambut
Santun menyapa kelakianku
Dari jarak sepenglihatan
wajahmu menoleh hatiku
Ada warna jambu pada lesung pipimu
Perlahan kau menunduk
Menumpahkan suka di lantai berkilau
Sekilas senyummu mengirim salam
Dan aku terpana oleh asmara
ketika kita bersimpangan. Malu
Serupa debar
memompa jengah ke wajah
Dan tunduk adalah pesona
Sebab cantikmu kepang rambut
Santun menyapa kelakianku
Dari jarak sepenglihatan
wajahmu menoleh hatiku
Ada warna jambu pada lesung pipimu
Perlahan kau menunduk
Menumpahkan suka di lantai berkilau
Sekilas senyummu mengirim salam
Dan aku terpana oleh asmara
PERAYAAN
Perayaan mendatangi desaku
Riuh dengan keriaan jelata
Panen gadu telah lalu
Bahagia tetap menjalar di segenap benak
Lapangan ruah oleh semangat dan emosi
Senja tiada hilang di balik awan
Lampu-lampu kecil berkedip disentuh angin
Umbul-umbul berkibar di malam desa
Saat purnama penuh, tumpeng dikumpul di masjid desa
Modin berdoa tolak bala sedekah bumi
Ketika matahari sepenggalah
Sang saka berkibar di ujungnya
Riuh dengan keriaan jelata
Panen gadu telah lalu
Bahagia tetap menjalar di segenap benak
Lapangan ruah oleh semangat dan emosi
Senja tiada hilang di balik awan
Lampu-lampu kecil berkedip disentuh angin
Umbul-umbul berkibar di malam desa
Saat purnama penuh, tumpeng dikumpul di masjid desa
Modin berdoa tolak bala sedekah bumi
Ketika matahari sepenggalah
Sang saka berkibar di ujungnya
Minggu, 28 Juli 2019
TAMU DATANG SIANG ITU
Siang itu angin menggiring kemarau
Di depan seseorang mengetuk pintu
Tasnya diselempang lusuh
Bajunya lekat punggung sebab peluh
Sejenak uluk salam
Disambung petuah, ajaran dan ujaran
Disebutnya Tuhan dan kedekatannya
Dikenalkannya para nabi. Sahabat dan kekasihnya
Diterangkannya malaikat sebagai penjaganya
Sedangkan para wali adalah teman seperjuangan
Setelah penjabaran,
dengan tubuh sedikit membungkuk,
dengan tangan di bawah,
dengan suara sedikit ditekan,
memohon dengan sangat
mengemis sumbangan
untuk pembangunan rumah ibadah
yang alamatnya tertera di pelosok peta buta
Di depan seseorang mengetuk pintu
Tasnya diselempang lusuh
Bajunya lekat punggung sebab peluh
Sejenak uluk salam
Disambung petuah, ajaran dan ujaran
Disebutnya Tuhan dan kedekatannya
Dikenalkannya para nabi. Sahabat dan kekasihnya
Diterangkannya malaikat sebagai penjaganya
Sedangkan para wali adalah teman seperjuangan
Setelah penjabaran,
dengan tubuh sedikit membungkuk,
dengan tangan di bawah,
dengan suara sedikit ditekan,
memohon dengan sangat
mengemis sumbangan
untuk pembangunan rumah ibadah
yang alamatnya tertera di pelosok peta buta
Sabtu, 27 Juli 2019
CERMIN
Sekedar cermin menangkap suasana
Setiap kali memandang,
cermin mencuri umurku
Dan aku nyaris dapat menghitung helai uban yang bertambah,
kulit yang menebal sebab keriput dan kusam,
serta garis waktu di ujung mata
Namun cermin tetap merayuku untuk menggadaikan sisa umur
Setiap kali memandang,
cermin mencuri umurku
Dan aku nyaris dapat menghitung helai uban yang bertambah,
kulit yang menebal sebab keriput dan kusam,
serta garis waktu di ujung mata
Namun cermin tetap merayuku untuk menggadaikan sisa umur
Selasa, 23 Juli 2019
PERJALANAN ASTRAL
Mata perlahan mengatup
Terpejam diam
Segenap indra sejenak lumpuh
Waktu terlipat
Alam wadag luruh
Sirna ilang kertaning bumi
Ketika tirai hijab tersingkap
Mata batin mata ketiga
Menangkap warna warni psikedelik
Cahaya di atas cahaya
Sukmapun lebur
Manunggal ing kawula Gusti
Terpejam diam
Segenap indra sejenak lumpuh
Waktu terlipat
Alam wadag luruh
Sirna ilang kertaning bumi
Ketika tirai hijab tersingkap
Mata batin mata ketiga
Menangkap warna warni psikedelik
Cahaya di atas cahaya
Sukmapun lebur
Manunggal ing kawula Gusti
Minggu, 21 Juli 2019
BERSUA
Setelah sekian waktu terhalang rindu
Mimpipun tak jua bertaut temu
Jarak seputih uban kembang jambu
Jejak ingatan serupa serpih debu
Di ruang yang kembali satu
Dengan renta yang mengharu
Simpul prasangka terurai sebab sua
Kita berpelukan dan air mata luruh
Mimpipun tak jua bertaut temu
Jarak seputih uban kembang jambu
Jejak ingatan serupa serpih debu
Di ruang yang kembali satu
Dengan renta yang mengharu
Simpul prasangka terurai sebab sua
Kita berpelukan dan air mata luruh
Sabtu, 20 Juli 2019
SEKALI AYAH
Pria itu bermata senja
Dengan garis sisa pelangi diujungnya
Tubuhnya yang dimakan tahun sedikit menggerutu
Mulutnya hampir tak pernah menganga
Hanya rokok kretek membuka katup penutup
Pria itu hilang senyap di mimpi pagi sekolah desa
Dan datang dalam lamunan teja matahari
Tubuhnya yang berwarna baju drill dihempas ke kursi
Tangan menjamah kopi jagung
Bibir mengulum asap saus cengkeh
Sepanjang siang hilang semua bayang
Mengais nasib jauh dari teduh atap rumah
Baunya pun tidak menghampiri sebab angin
Hanya puntung di asbak sebagai jejak
Dan semut yang mengerubung titik hitam di meja
Bunda yang wajahnya melewati usia
Susunya kempes coba sembunyi di balik kutang
Menyuapi nasi aking sambal korek
Dan sedikit tempe bakar
Ke mulut rakus keingintahuanku
Malam membungkus bumi dengan derik jangkrik
Aku meringkuk di bawah dipan berselimut sarung lebaran
Bunda menisik baju ayah dengan doa rejeki untuk esok
Ayah tercenung di kursi reyot, merokok dalam diam
Melukis wajahnya lewat lelah dan renta
Dengan garis sisa pelangi diujungnya
Tubuhnya yang dimakan tahun sedikit menggerutu
Mulutnya hampir tak pernah menganga
Hanya rokok kretek membuka katup penutup
Pria itu hilang senyap di mimpi pagi sekolah desa
Dan datang dalam lamunan teja matahari
Tubuhnya yang berwarna baju drill dihempas ke kursi
Tangan menjamah kopi jagung
Bibir mengulum asap saus cengkeh
Sepanjang siang hilang semua bayang
Mengais nasib jauh dari teduh atap rumah
Baunya pun tidak menghampiri sebab angin
Hanya puntung di asbak sebagai jejak
Dan semut yang mengerubung titik hitam di meja
Bunda yang wajahnya melewati usia
Susunya kempes coba sembunyi di balik kutang
Menyuapi nasi aking sambal korek
Dan sedikit tempe bakar
Ke mulut rakus keingintahuanku
Malam membungkus bumi dengan derik jangkrik
Aku meringkuk di bawah dipan berselimut sarung lebaran
Bunda menisik baju ayah dengan doa rejeki untuk esok
Ayah tercenung di kursi reyot, merokok dalam diam
Melukis wajahnya lewat lelah dan renta
IBU SEDANG MENJAHIT
Punggungmu menunduk bungkuk
Menanggung mata yang mulai katarak
Kacamata pun tak kuasa membantu
Sebab hanya jarak yang membedakan warna
Tangan itu, tangan yang pernah menggendong dengan kasih
Membelai kantuk hingga bersua mimpi
Gemetar meluruskan kain dengan benang
Jarinya menatap jarum yang menghujam
Dulu kakimu pusat tenaga penggerak rejeki
Dari kayuhmu receh gemerincing di dompet tua bercap toko mas
Ketika listrik dipaksa masuki desa sebagai politik etis
Tinggal encok dan varises tersisa di kedua kaki
Pagi, setelah bersih dan rapi ibu menghadap mesin jahit
Menanti hantaran kain dengan segala aksesoris
Yang tiba serupa kecilkan pinggang atau menambal robek
Sisa hari hanya menggantang angin
Menanggung mata yang mulai katarak
Kacamata pun tak kuasa membantu
Sebab hanya jarak yang membedakan warna
Tangan itu, tangan yang pernah menggendong dengan kasih
Membelai kantuk hingga bersua mimpi
Gemetar meluruskan kain dengan benang
Jarinya menatap jarum yang menghujam
Dulu kakimu pusat tenaga penggerak rejeki
Dari kayuhmu receh gemerincing di dompet tua bercap toko mas
Ketika listrik dipaksa masuki desa sebagai politik etis
Tinggal encok dan varises tersisa di kedua kaki
Pagi, setelah bersih dan rapi ibu menghadap mesin jahit
Menanti hantaran kain dengan segala aksesoris
Yang tiba serupa kecilkan pinggang atau menambal robek
Sisa hari hanya menggantang angin
Jumat, 19 Juli 2019
KAMAR BELAKANG
Muara segala dosa berlabuh
Serpihan kaca berserak
Potongan kayu tergeletak
Kardus terikat di sudut
Bangkai elektronik mengonggok
Tumpukan koran terpuruk
Sawang di para-para
Sawang di kabel lampu
Sawang di atas sawang
Kaca jendela telah lama buram
Engselnya berkarat sebab diam
Sepotong pecahan kaca dan sisir
Rebah menumpuk di kusen
Paku menancap dalam
Menggantung kemoceng dan sapu
Gudang hanya debu dan apek
Lampunya menyala serupa picing mata
Semua dosa lebur jadi sampah
Serpihan kaca berserak
Potongan kayu tergeletak
Kardus terikat di sudut
Bangkai elektronik mengonggok
Tumpukan koran terpuruk
Sawang di para-para
Sawang di kabel lampu
Sawang di atas sawang
Kaca jendela telah lama buram
Engselnya berkarat sebab diam
Sepotong pecahan kaca dan sisir
Rebah menumpuk di kusen
Paku menancap dalam
Menggantung kemoceng dan sapu
Gudang hanya debu dan apek
Lampunya menyala serupa picing mata
Semua dosa lebur jadi sampah
Rabu, 17 Juli 2019
KISAH REMOTE
Remote tergeletak di meja
Angkanya pudar ditindas jemari
Seikat karet gelang mengikat erat tubuhnya
Serupa sabuk di pinggang yang ramping
Di meja ada toples kudapan
Isinya separuh karena sering dirogoh
Remahnya berserak di taplak
Disekitar remote yang diam menunggu
Remote dijamah tombol ditekan
Saluran tiada berubah
Remote dipukulkan di sisi meja
Tombol ditekan siaran berganti
Menatap tivi dari kursi dikejauhan
Adegan berganti adegan
Ketika iklan selingi cerita
Remote diambil jari menekan
Angkanya pudar ditindas jemari
Seikat karet gelang mengikat erat tubuhnya
Serupa sabuk di pinggang yang ramping
Di meja ada toples kudapan
Isinya separuh karena sering dirogoh
Remahnya berserak di taplak
Disekitar remote yang diam menunggu
Remote dijamah tombol ditekan
Saluran tiada berubah
Remote dipukulkan di sisi meja
Tombol ditekan siaran berganti
Menatap tivi dari kursi dikejauhan
Adegan berganti adegan
Ketika iklan selingi cerita
Remote diambil jari menekan
Senin, 15 Juli 2019
MATAHARI SIANG
Siang ini matahari tepat di sasaran
Sinarnya masuk ke relung pucuk daun
Di taman nenek yang tak mau menepi
Warnanya adalah hijau terpapar silau kuning
Pohon teh-tehan yang jadi pembatas dunia luar
Daunnya berbaris rapi dipangkas gunting
Menghirup rakus setiap helai sinar yang mendatangi
Menghalangi penetrasi angin dan debu kemarau
Kadang burung uluk salam dan mampir istirahat
Di dahan yang memanggul dedaunan
Bulu sayap dan ekor dipatuk dan dirapikan
Persiapan terbang kembali membawa rejeki ke sarang
Siang kembali berjingkat menuju barat
Daun pun menoleh ikuti segenap edar
Taman tetap diam menjaga beranda
Daunnya yang tua luruh bersatu dengan tanah
Sinarnya masuk ke relung pucuk daun
Di taman nenek yang tak mau menepi
Warnanya adalah hijau terpapar silau kuning
Pohon teh-tehan yang jadi pembatas dunia luar
Daunnya berbaris rapi dipangkas gunting
Menghirup rakus setiap helai sinar yang mendatangi
Menghalangi penetrasi angin dan debu kemarau
Kadang burung uluk salam dan mampir istirahat
Di dahan yang memanggul dedaunan
Bulu sayap dan ekor dipatuk dan dirapikan
Persiapan terbang kembali membawa rejeki ke sarang
Siang kembali berjingkat menuju barat
Daun pun menoleh ikuti segenap edar
Taman tetap diam menjaga beranda
Daunnya yang tua luruh bersatu dengan tanah
SANDAL
Sandal jepit takzim di depan pintu
Tubuhnya dilingkupi debu perjalanan
Tiada berani mengintip ke dalam rumah
Sekadar menyapa kaki pun malu
Sandal jepit saling menatap mafhum
Di telapaknya jejak langkah sejarah
Serupa prasasti ukir pujangga
Ada duri dan lekuk kerikil disitu
Sandal jepit pudar dan kusam
Digosok waktu dan aspal jalan
Mulai ringkih sebab dera
Namun ulet akibat membaca langkah
Tubuhnya dilingkupi debu perjalanan
Tiada berani mengintip ke dalam rumah
Sekadar menyapa kaki pun malu
Sandal jepit saling menatap mafhum
Di telapaknya jejak langkah sejarah
Serupa prasasti ukir pujangga
Ada duri dan lekuk kerikil disitu
Sandal jepit pudar dan kusam
Digosok waktu dan aspal jalan
Mulai ringkih sebab dera
Namun ulet akibat membaca langkah
Jumat, 12 Juli 2019
MENGALIR
Musim datang dan pergi
Melepas beban tanpa permisi
Dihempas angin barat
Hingga basah berkarat
Diterpa kering menggigil
Bunting kembang kantil
Air memancar di lubuk
Perlahan mengisi ceruk
Mengalir lewati selokan
Membentur batu berserak
Hanyut bersama lumpur
Tanah genting muara laut
Melepas beban tanpa permisi
Dihempas angin barat
Hingga basah berkarat
Diterpa kering menggigil
Bunting kembang kantil
Air memancar di lubuk
Perlahan mengisi ceruk
Mengalir lewati selokan
Membentur batu berserak
Hanyut bersama lumpur
Tanah genting muara laut
AKU MENGINAP SEMALAM
Aku menginap semalam
Di sofa depan tivi
Lampunya temaram
Dan nyamuk berdenging
Isi kepala kuletakkan
Di bantal segi empat
Sedang tubuh rebah
Menghempas lelah
Jendela sedikit menganga
Angin melambaikan tirai
Sebagian berhembus lembut
Menyapa kantuk dan semilir
Wajah kualihkan
Menghadang gelap di depan tivi
Tubuhpun mengikuti
Menghadap tengah ruang
Sekian waktu lewat
Malam kian ramai
Suara cicak berkejaran
Tikus berlari di sudut
Pikiran yang terus ngoceh sendiri
Teng... teng... teng...
Tiga kali pertanda larut
Mataku perih dan membelalak
Ku duduk lalu mengambil gadget
Aku menginap semalam di rumahmu
Di sofa depan tivi
Lampunya temaram
Dan nyamuk berdenging
Isi kepala kuletakkan
Di bantal segi empat
Sedang tubuh rebah
Menghempas lelah
Jendela sedikit menganga
Angin melambaikan tirai
Sebagian berhembus lembut
Menyapa kantuk dan semilir
Wajah kualihkan
Menghadang gelap di depan tivi
Tubuhpun mengikuti
Menghadap tengah ruang
Sekian waktu lewat
Malam kian ramai
Suara cicak berkejaran
Tikus berlari di sudut
Pikiran yang terus ngoceh sendiri
Teng... teng... teng...
Tiga kali pertanda larut
Mataku perih dan membelalak
Ku duduk lalu mengambil gadget
Aku menginap semalam di rumahmu
Rabu, 10 Juli 2019
GARASI
Garasi serupa perut ibu mengandung
Hangatnya bercampur bau oli bekas
Kendaraan diam di remang lampu
Istirahat setelah mengukur jarak
Pintu, penyekat dan penjaga garba
Jalan lahir menuju dunia ramai
Pemisah antara rahim dan jagad fana
Engselnya berkarat karena sering mengangkang
Lantainya berwarna bata kusam
Ada jejak motif ban terpotong di pintu
Ceceran oli seperti bercak pendarahan
Menetes dari nadi di perut
Kadang cicak berkejaran rebutan wilayah
Di plafon, lampu mengedip genit
Merayu dan mengundang serangga datang
Kesanalah cicak menuju makan malamnya
Hangatnya bercampur bau oli bekas
Kendaraan diam di remang lampu
Istirahat setelah mengukur jarak
Pintu, penyekat dan penjaga garba
Jalan lahir menuju dunia ramai
Pemisah antara rahim dan jagad fana
Engselnya berkarat karena sering mengangkang
Lantainya berwarna bata kusam
Ada jejak motif ban terpotong di pintu
Ceceran oli seperti bercak pendarahan
Menetes dari nadi di perut
Kadang cicak berkejaran rebutan wilayah
Di plafon, lampu mengedip genit
Merayu dan mengundang serangga datang
Kesanalah cicak menuju makan malamnya
Minggu, 07 Juli 2019
LAMPU TAMAN
Di tiang tertinggi malam kemarau
Lampu berpendar bahagia
Berbagi cahaya kunang-kunang
Menjamah ramah segenap daun
Yang tunduk sebab kantuk
Kamasutra birahi serangga
Habiskan remang dengan tarian cinta
Pamer elok dan merebut perhatian
Hingga tersisa sang juara pongah
Membuahi betina yang siap menyantapnya
Lampu taman serupa altar pengorbanan
Di bawahnya berserak putus asa
Para ronin terbang mengejar cahaya
Dengan laku brahmana kesatria
Membenturkan tubuh pada lampu
Ketika terang tanah telah bumi
Segenap cahaya lampu mengerut
Terpenjara dalam sempit bohlam
Perlahan pendarnya sekarat
Dilibas oleh senyum mentari pagi
Lampu berpendar bahagia
Berbagi cahaya kunang-kunang
Menjamah ramah segenap daun
Yang tunduk sebab kantuk
Kamasutra birahi serangga
Habiskan remang dengan tarian cinta
Pamer elok dan merebut perhatian
Hingga tersisa sang juara pongah
Membuahi betina yang siap menyantapnya
Lampu taman serupa altar pengorbanan
Di bawahnya berserak putus asa
Para ronin terbang mengejar cahaya
Dengan laku brahmana kesatria
Membenturkan tubuh pada lampu
Ketika terang tanah telah bumi
Segenap cahaya lampu mengerut
Terpenjara dalam sempit bohlam
Perlahan pendarnya sekarat
Dilibas oleh senyum mentari pagi
Jumat, 05 Juli 2019
KAMAR ANAK
Adalah keceriaan yang coba dilukis di tembok
Dengan warna warni yang tersenyum manis
Peraduannya memeluk hangat tiap lelap
Dengan motif dongeng bunda sebelum tidur
Adalah ruang mimpi dimana bertualang ada di setiap nafas
Mendaki perbukitan fantasi dengan tangga pelangi
Berburu mengendap dan menembaki kawanan binatang eksotis
Menyapih lelah di bawah tenda selimut bergaris
Adalah tempat tumbuh segenap benih khayal
Menyiramnya dengan bacaan juga kasih sayang yang membuncah
Menjadi pokok pohon yang mengait langit
Dan bermetamorfosa menjadi kupu-kupu goliath berwarna cerah
Dengan warna warni yang tersenyum manis
Peraduannya memeluk hangat tiap lelap
Dengan motif dongeng bunda sebelum tidur
Adalah ruang mimpi dimana bertualang ada di setiap nafas
Mendaki perbukitan fantasi dengan tangga pelangi
Berburu mengendap dan menembaki kawanan binatang eksotis
Menyapih lelah di bawah tenda selimut bergaris
Adalah tempat tumbuh segenap benih khayal
Menyiramnya dengan bacaan juga kasih sayang yang membuncah
Menjadi pokok pohon yang mengait langit
Dan bermetamorfosa menjadi kupu-kupu goliath berwarna cerah
TAMAN KECIL BELAKANG RUMAH
Kumbang kerap datang dan kecewa
Hanya warna daun yang menyapa
Sedikit rumput teki meranggas
Kerikil kecil mengepung jalan setapak Membelah taman serupa garis rambut
Ujungnya tenggelam di kolam kecil
Suasana temaram teraling tembok
Halangi mentari menjamah sudut
Langsung lompati terik duduki sore
Bertelekan batu menatap dedaunan
Menghirup kopi beraroma kacang
Senja perlahan menutupi taman
Hanya warna daun yang menyapa
Sedikit rumput teki meranggas
Kerikil kecil mengepung jalan setapak Membelah taman serupa garis rambut
Ujungnya tenggelam di kolam kecil
Suasana temaram teraling tembok
Halangi mentari menjamah sudut
Langsung lompati terik duduki sore
Bertelekan batu menatap dedaunan
Menghirup kopi beraroma kacang
Senja perlahan menutupi taman
Rabu, 03 Juli 2019
TELEVISI MENYALA SEMALAMAN
Gemerisik suara melompat dari televisi
Tiada menegur cecak yang berkejaran
Cahayanya silaukan ruang malam
Dan adik tertidur di sofa merangkul mimpi
Ketika gambar lenyap garis dan titik
Adik menguap meregang kantuk
Berjalan gontai menuju tombol mati
Mengunci pintu dan lanjutkan tidur
Tiada menegur cecak yang berkejaran
Cahayanya silaukan ruang malam
Dan adik tertidur di sofa merangkul mimpi
Ketika gambar lenyap garis dan titik
Adik menguap meregang kantuk
Berjalan gontai menuju tombol mati
Mengunci pintu dan lanjutkan tidur
Senin, 01 Juli 2019
MENANTI DI STASIUN
Bangku besi dan calon penumpang
Jam menatap kereta kan tiba
Langit-langit tinggi hingga kejauhan
Mengejar awan berarak
Rel masih lintasi stasiun
Mengantar rindu hingga horizon
Pegawai menatap lewat pintu
Lokomotif mendengus menyibak
Kereta berhenti dan menanti
Gerbongnya berderet panjang
Kepala stasiun meniup peluit
Kereta bergerak tinggalkan pengiring
Jam menatap kereta kan tiba
Langit-langit tinggi hingga kejauhan
Mengejar awan berarak
Rel masih lintasi stasiun
Mengantar rindu hingga horizon
Pegawai menatap lewat pintu
Lokomotif mendengus menyibak
Kereta berhenti dan menanti
Gerbongnya berderet panjang
Kepala stasiun meniup peluit
Kereta bergerak tinggalkan pengiring
PIANO
Piano telah lama senyap
Bilahnya lupa cara menabuh
Senarnya kaku membisu
Taplaknya beludru pudar
Memajang foto-foto tua
Dan kisah yang berdebu
Dahulu jemari kerap menari
Berlompatan dan berdenting
Menyusuri tuts dan bernyanyi
Not berdesakan antri berbunyi
Tangan dan mata membaca irama
Musik mengalun memadati ruang
Beberapa piala menyumbang prestasi
Sebab kerja keras tekun berlatih
Dan piano memajangnya. Bangga
Bilahnya lupa cara menabuh
Senarnya kaku membisu
Taplaknya beludru pudar
Memajang foto-foto tua
Dan kisah yang berdebu
Dahulu jemari kerap menari
Berlompatan dan berdenting
Menyusuri tuts dan bernyanyi
Not berdesakan antri berbunyi
Tangan dan mata membaca irama
Musik mengalun memadati ruang
Beberapa piala menyumbang prestasi
Sebab kerja keras tekun berlatih
Dan piano memajangnya. Bangga
Langganan:
Postingan (Atom)
ANAK
Diasuhnya doa dan birahi Hingga menetes Eros Sebagaimana puja Kama Ratih Kau mendatangi dunia dengan polos Lalu disadapnya setiap tetes kehi...
-
Malam itu hanya ada gerimis Tak ada teman yang lain Bayi suci menangis di gendongan. Lapar Sedangkan tete ibunya kempes Malam itu kudus Kar...
-
Lusi di langit dengan hati (dalam) perjalanan ke pusat hati (dan) mengetuk pintu hati (ucapkan) selamat datang ke hatiku Seseorang di dalam ...
-
Saat itu malam hanya butuh istirahat Tiba-tiba hujan mengerubunginya Suaranya liar dan menggelegar Seperti langit akan runtuh Pohon ketakuta...