Buruh dimana waktunya diperah
Gajinya digerogoti kredit
Makan siang tergesa di kantin
Pulang kerja lewati pemeriksaan
(Seluruh tubuh diraba hingga geli)
Dan gerbang besi yang menatap dingin
Buruh ketika menghempas lelah di kontrakan
Setelah mencapai kuota produksi
Shift malam dan secangkir kopi sachet
Mesin yang terus muntahkan keuntungan
Mata merah lelah mengawasi
Libur, serupa kandang penangkaran birahi
Dengan bau feromon kodian
Dan semua aksesoris kredit
Gadis adalah bunga dengan putik matang
Buruh sebagai lebah pembawa serbuk sari
Berdua di taman kota sambil menikmati jajan kaki lima
Kontrak, sebagai hakim
Abah di lembur menjual sapi
Emak gadaikan mas-masannya
Mandor dibujuk
Hadiah dilungsur
Dengan harapan tetap menjadi buruh
Asap cerobong pabrik tetap hitam menuju langit biru
Kamis, 30 April 2020
BLUES YANG SAMA (Setiap malam)
Leher gitar dicekiknya dengan jari-jari encok
Dipetiknya setiap senar, bunyinya duka yang lapar
Semua tumpah ruah menjadi deretan not-not tanpa daya
Ketika suara erangan keluar dari tenggorokan luka
Hanya amarah yang dimuntahkan
Dipetiknya setiap senar, bunyinya duka yang lapar
Semua tumpah ruah menjadi deretan not-not tanpa daya
Ketika suara erangan keluar dari tenggorokan luka
Hanya amarah yang dimuntahkan
Terjerambab dalam kenangan kampung halaman
Dia bergumam murung tentang kasih tak sampai
Kampung yang ditelan kemiskinan
Sedang jauh di ujung sepi, gitarnya melengking. Mengaduh
Menangis, menyanyikan peruntungan dalam nada sedih dan lambat
Sampai pada puncak lagu
Syair kehilangan kata
Hanya senandung lembut penyesalan yang dalam
Pedih yang merepih
Dia bergumam murung tentang kasih tak sampai
Kampung yang ditelan kemiskinan
Sedang jauh di ujung sepi, gitarnya melengking. Mengaduh
Menangis, menyanyikan peruntungan dalam nada sedih dan lambat
Sampai pada puncak lagu
Syair kehilangan kata
Hanya senandung lembut penyesalan yang dalam
Pedih yang merepih
Rabu, 29 April 2020
MELIHAT ORANG BERMAIN GITAR
Jari itu fasih menata not
Menanti gilir ditabuh
Di bibir senar, nada bergelantungan
Antri bersuara lirih
Mimik wajahnya kiasan
Emosi segenap nada
Tangis sebagai petikan kelu
Tertawa serupa rancak flamengo
Ketika lagu mencapai kulminasi
Laku menggapai hati
Manunggal menjadi denting
Melebur menjadi hening
Not terakhir telah senyap
Gitar tinggal membisu
Dilepasnya pelukan birahi
Salam bagi pemilik rindu
Menanti gilir ditabuh
Di bibir senar, nada bergelantungan
Antri bersuara lirih
Mimik wajahnya kiasan
Emosi segenap nada
Tangis sebagai petikan kelu
Tertawa serupa rancak flamengo
Ketika lagu mencapai kulminasi
Laku menggapai hati
Manunggal menjadi denting
Melebur menjadi hening
Not terakhir telah senyap
Gitar tinggal membisu
Dilepasnya pelukan birahi
Salam bagi pemilik rindu
Selasa, 28 April 2020
MUSIK DARI KAMAR TETANGGA
Suara penyiar sayup sampai
Lewati jendelaku bersekat kawat nyamuk
Sebuah jingle iklan berkumandang
Bersama sinar matahari menari
Setelah banyak nama terlontar
Sebuah lagu mendatangi kamar
Iramanya menggamit rindu
Melompati tembok menggapai kupingku
Tiba-tiba lagu hilang ditelan angin
Aku terhenyak lamunanku terhempas
Kalimat motivasi dimuntahkan
Aku hilang paham terdiam
Lewati jendelaku bersekat kawat nyamuk
Sebuah jingle iklan berkumandang
Bersama sinar matahari menari
Setelah banyak nama terlontar
Sebuah lagu mendatangi kamar
Iramanya menggamit rindu
Melompati tembok menggapai kupingku
Tiba-tiba lagu hilang ditelan angin
Aku terhenyak lamunanku terhempas
Kalimat motivasi dimuntahkan
Aku hilang paham terdiam
Jumat, 24 April 2020
KETIKA DADU DILEMPAR
Sebagian orang meletakkan semua taruhannya di malam qodar
Ketika Tangan Sang Maha Bandar melemparkan dadu nasib
Dengan harap cemas mereka berdoa, berdzikir, memohon dan minta ampun
Sebab kemenangan malam itu adalah modal berniaga untuk setahun ke depan
Sebab kemenangan malam itu seharga kelipatan seribu bulan
Sebagian lagi membagi taruhannya dan menaruh di beberapa nomor
Sedikit di 20 malam pertama
Sedikit di 10 malam terakhir
Sedikit di solat malam
Sedikit di sodaqoh
Sedikit di malam qodar
Sedikit di baca quran
Sedikit di dzikir
Hingga ketika dadu dilempar ia tetap mendapatkan kemenangan
Sebab taruhannya yang sesuai dadu dilipatkan bayarannya oleh Sang Maha Bandar sebanyak tujuh ratus kali
Seperti semua pertandingan yang paling meriah adalah penonton
Ketika dadu dilemparkan ke kalangan oleh Sang Maha Bandar
Penontonpun menahan nafas menanti hasil lemparan dadu
Dadu diam dan hasil terlihat serta merta penonton berteriak girang
Riuh rendah euforianya melebihi pemain yang mendapatkan nomornya menang
Dan ketika taruhan yang menang dibayar
Penonton balik badan dengan tangan kosong
Ketika Tangan Sang Maha Bandar melemparkan dadu nasib
Dengan harap cemas mereka berdoa, berdzikir, memohon dan minta ampun
Sebab kemenangan malam itu adalah modal berniaga untuk setahun ke depan
Sebab kemenangan malam itu seharga kelipatan seribu bulan
Sebagian lagi membagi taruhannya dan menaruh di beberapa nomor
Sedikit di 20 malam pertama
Sedikit di 10 malam terakhir
Sedikit di solat malam
Sedikit di sodaqoh
Sedikit di malam qodar
Sedikit di baca quran
Sedikit di dzikir
Hingga ketika dadu dilempar ia tetap mendapatkan kemenangan
Sebab taruhannya yang sesuai dadu dilipatkan bayarannya oleh Sang Maha Bandar sebanyak tujuh ratus kali
Seperti semua pertandingan yang paling meriah adalah penonton
Ketika dadu dilemparkan ke kalangan oleh Sang Maha Bandar
Penontonpun menahan nafas menanti hasil lemparan dadu
Dadu diam dan hasil terlihat serta merta penonton berteriak girang
Riuh rendah euforianya melebihi pemain yang mendapatkan nomornya menang
Dan ketika taruhan yang menang dibayar
Penonton balik badan dengan tangan kosong
Rabu, 22 April 2020
BERNIAGA
Musim berdagang telah tiba
Modal yang kutanam berserakan
Di ruas bambu betung
Di bawah bantal kumal
Bahkan di lipatan kerut mata lelah
Sebagian kujajakan ditemani dingin malam sepertiga
Dentang piring dan sendok
Hirupan kopi tubruk
Menanti subuh dengan kantuk
Dan berkumpul di ruang tengah bersama kehangatan keluarga
Siang, ketika matahari ikut berdagang
Kita berbagi lapak untuk dipamerkan
Tidak perlu kantuk untuk menawar
Sebab lapar dan haus diobral murah
Agar cepat laku disaut burung kepodang
Dagangan hampir habis ketika sore meradang
Tersisa sedikit lemas untuk dijual
Ada bau mulut sebagai bonus
Lantunan kitab suci adalah kumur terwangi
Dan lapak mulai dikemas senja
Dug.... dug.... dug, bedug maghrib terasa manis
Bertalu di perut membasahi kerongkongan
Di luar teja bertasbih khusyu
Bersujud bersama matahari
Mengantar bayaran semua dagangan siang
Dagangan untuk esok dikemas malam
Bersama maupun sendiri menghiasnya agar cantik
Sebelum naik ke peraduan
Semua disimpan rapi dan teliti
Agar tiada yang rusak hingga mengurangi nilainya
Modal yang kutanam berserakan
Di ruas bambu betung
Di bawah bantal kumal
Bahkan di lipatan kerut mata lelah
Sebagian kujajakan ditemani dingin malam sepertiga
Dentang piring dan sendok
Hirupan kopi tubruk
Menanti subuh dengan kantuk
Dan berkumpul di ruang tengah bersama kehangatan keluarga
Siang, ketika matahari ikut berdagang
Kita berbagi lapak untuk dipamerkan
Tidak perlu kantuk untuk menawar
Sebab lapar dan haus diobral murah
Agar cepat laku disaut burung kepodang
Dagangan hampir habis ketika sore meradang
Tersisa sedikit lemas untuk dijual
Ada bau mulut sebagai bonus
Lantunan kitab suci adalah kumur terwangi
Dan lapak mulai dikemas senja
Dug.... dug.... dug, bedug maghrib terasa manis
Bertalu di perut membasahi kerongkongan
Di luar teja bertasbih khusyu
Bersujud bersama matahari
Mengantar bayaran semua dagangan siang
Dagangan untuk esok dikemas malam
Bersama maupun sendiri menghiasnya agar cantik
Sebelum naik ke peraduan
Semua disimpan rapi dan teliti
Agar tiada yang rusak hingga mengurangi nilainya
Minggu, 19 April 2020
HABIS TERANG TERBITLAH GELAP
Aku yang menentukan arah takdirku
Kudaki puncak pengetahuan
Kuselami palung keingintahuan
Kujelajahi setiap sudut dunia
Bertualang di kubangan birahi
Berdebat bagi cipta rasa karsa
Memuaskan segenap indera
Mengejar ketertinggalan gender
Membuang rendah diri
Bersaing merebut masa depan
Meraih supermasi
Menggantung harga diri setinggi langit
Mbok,
Janganlah engkau bicara kodrat
Pernikahan dan beranak
Berbakti pada suami
Sebab itu mengkhianati arah takdirku
Menampar harga diri
Dan usiaku telah tergelincir dari lohor
Ampuni aku Mbok anak perempuanmu yang tidak berbakti
Kudaki puncak pengetahuan
Kuselami palung keingintahuan
Kujelajahi setiap sudut dunia
Bertualang di kubangan birahi
Berdebat bagi cipta rasa karsa
Memuaskan segenap indera
Mengejar ketertinggalan gender
Membuang rendah diri
Bersaing merebut masa depan
Meraih supermasi
Menggantung harga diri setinggi langit
Mbok,
Janganlah engkau bicara kodrat
Pernikahan dan beranak
Berbakti pada suami
Sebab itu mengkhianati arah takdirku
Menampar harga diri
Dan usiaku telah tergelincir dari lohor
Ampuni aku Mbok anak perempuanmu yang tidak berbakti
SEPERTIGA MALAM
Ya Tuhan....
Siang tadi aku telah mengerjakan seluruh PR Mu
Eh, sebagian....
Ehem, sedikit.... deng!!!
Matahari menjadi saksi
Kukerahkan semua tenaga orang di sekitar
Kuperas setiap keringat
Kukerenyitkan kening hingga kerut tua
Agar segenap pikir muslihat dan strategi memenangkan
Memenangkan setiap rejeki yang lewat bersliweran
Mendapatkan segenap harapan dan keinginan yang berkarat di hati
Memuaskan semua nafsu yang dikandung
Maka malam ini aku bangun untuk menagih
Disaksikan bintang timur dan sajadah merah
Aku minta semua hajat dan krentegku kabul
Kekayaan, kesehatan, kekuasaan
Pemuasan semua nafsu badani
Karena aku telah memohon meminta berdoa
Bersujud berdzikir bermunajat
Aku minta padaMu Tuhan
Agar mau bekerja untukku
Menjadi mesin rejekiku
Menjadi obat kesehatanku
Menjadi alat kemenanganku
Menjadi pembawa sarana pemuas nafsu hewaniku
Jika perlu Kau kupekerjakan sebagai Asistenku
Sebagai Pengawalku
Sebagai Salesku
Sebagai Budakku
Sebagai Pesuruhku
Sebagai Pegawaiku
Demikian doa ini aku aku panjatkan di malam hening
Ketika sedekat urat nadi
Ketika mahluk sebagian besar terlelap
Segala puji bagiMu
Solawat dan salam pada Baginda Rasul
Amin.... amin.... amin....
Siang tadi aku telah mengerjakan seluruh PR Mu
Eh, sebagian....
Ehem, sedikit.... deng!!!
Matahari menjadi saksi
Kukerahkan semua tenaga orang di sekitar
Kuperas setiap keringat
Kukerenyitkan kening hingga kerut tua
Agar segenap pikir muslihat dan strategi memenangkan
Memenangkan setiap rejeki yang lewat bersliweran
Mendapatkan segenap harapan dan keinginan yang berkarat di hati
Memuaskan semua nafsu yang dikandung
Maka malam ini aku bangun untuk menagih
Disaksikan bintang timur dan sajadah merah
Aku minta semua hajat dan krentegku kabul
Kekayaan, kesehatan, kekuasaan
Pemuasan semua nafsu badani
Karena aku telah memohon meminta berdoa
Bersujud berdzikir bermunajat
Aku minta padaMu Tuhan
Agar mau bekerja untukku
Menjadi mesin rejekiku
Menjadi obat kesehatanku
Menjadi alat kemenanganku
Menjadi pembawa sarana pemuas nafsu hewaniku
Jika perlu Kau kupekerjakan sebagai Asistenku
Sebagai Pengawalku
Sebagai Salesku
Sebagai Budakku
Sebagai Pesuruhku
Sebagai Pegawaiku
Demikian doa ini aku aku panjatkan di malam hening
Ketika sedekat urat nadi
Ketika mahluk sebagian besar terlelap
Segala puji bagiMu
Solawat dan salam pada Baginda Rasul
Amin.... amin.... amin....
Sabtu, 18 April 2020
SIKLUS
Titik nol kehidupan itu bernama pernikahan
Dengan saldo tabungan di buku nikah
Sebanyak doa dipanjatkan
Dan resepsi yang tumpah ruah
Tangisan telah kehilangan kodrat
Gendernya tidak dikenal
Dengan adat sebagai jubah kebesaran
Saudara menjadi saksi berjuta bintang
Kemudian tahun dirajut dengan aneka
Warnanya merah amarah dan sukacita
Suaranya gaung sedu sedan hingga rintihan
Ketika menengok ke belakang selembar kain bermotif cinta terhampar
Dengan saldo tabungan di buku nikah
Sebanyak doa dipanjatkan
Dan resepsi yang tumpah ruah
Tangisan telah kehilangan kodrat
Gendernya tidak dikenal
Dengan adat sebagai jubah kebesaran
Saudara menjadi saksi berjuta bintang
Kemudian tahun dirajut dengan aneka
Warnanya merah amarah dan sukacita
Suaranya gaung sedu sedan hingga rintihan
Ketika menengok ke belakang selembar kain bermotif cinta terhampar
Kamis, 16 April 2020
SAWAH SEHABIS HUJAN
Sisa hujan masih dingin
Warna lembab jua
Sriti terbang tergesa
Mengejar serangga
Diterangi senja
Mengisi tembolok
Untuk liur
Padi lekat di tanah
Daunnya telah tua
Bulirnya kotor
Mendung menggantung
Menahan beban hujan
Disangga teja
Hingga temaram tenggelam
Air di rumput
Menempel di daun turi
Basahi lanjaran kacang
Di sekujur pohon mangga
Mendekap angin
Lembab dan becek
Bercampur tanah
Warna lembab jua
Sriti terbang tergesa
Mengejar serangga
Diterangi senja
Mengisi tembolok
Untuk liur
Padi lekat di tanah
Daunnya telah tua
Bulirnya kotor
Mendung menggantung
Menahan beban hujan
Disangga teja
Hingga temaram tenggelam
Air di rumput
Menempel di daun turi
Basahi lanjaran kacang
Di sekujur pohon mangga
Mendekap angin
Lembab dan becek
Bercampur tanah
Selasa, 14 April 2020
TUTUPLAH PINTU GERBANG
Tutup saja gerbang itu
Sebab cinta tidak melintas
Jangan biarkan rodanya berderit
Menanti lengan menariknya dari waktu
Adalah malam yang menegaskan gerbang pada rindu
Hingga catnya kelupas dan melahirkan karat
Bahkan kabarnya pun serupa angin lalu
Hanya berhembus sepoi lewati mimpi
Tutup saja gerbang itu
Sebab orang asing bisa mengintip ke dalamnya
Dan hati yang durjana putih mata
Memanggul serakah lewati batas
Sebab cinta tidak melintas
Jangan biarkan rodanya berderit
Menanti lengan menariknya dari waktu
Adalah malam yang menegaskan gerbang pada rindu
Hingga catnya kelupas dan melahirkan karat
Bahkan kabarnya pun serupa angin lalu
Hanya berhembus sepoi lewati mimpi
Tutup saja gerbang itu
Sebab orang asing bisa mengintip ke dalamnya
Dan hati yang durjana putih mata
Memanggul serakah lewati batas
Senin, 13 April 2020
MENGAPA UNGGAS
Industri mulai dari pikiran
Keseimbangan permintaan penawaran
Nyawa menjadi komoditas
Mesin penggerak pertanian
Peternak sebagai pelengkap penderita
Memesan bibit hingga penat
Ketika kandang hitungan waktu
Bibit dan harga bertolak belakang
Memelihara adalah perjuangan hidup mati
Ketika pakan adalah puncak gunung
Dan panen serupa palung laut
Keuntungan hanya senilai keringat
Keseimbangan permintaan penawaran
Nyawa menjadi komoditas
Mesin penggerak pertanian
Peternak sebagai pelengkap penderita
Memesan bibit hingga penat
Ketika kandang hitungan waktu
Bibit dan harga bertolak belakang
Memelihara adalah perjuangan hidup mati
Ketika pakan adalah puncak gunung
Dan panen serupa palung laut
Keuntungan hanya senilai keringat
Minggu, 12 April 2020
PANEN
Padi tak pernah merdeka
Akarnya telah lama dikebiri
Seluruh tubuhnya adalah rekayasa
Tanah besekongkol dengan petani
Hanya membiakkan racun dikandungnya
Seranggapun dilarang mendekat
Selama hidupnya yang tragis dan pendek
Padi diguyur hujan digoda angin dan diterpa panas
Hingga akhirnya bunting
Panen adalah pemenuhan takdirnya
Jerami dibiarkan menumpuk dan layu
Gabah digiling menjadi racun bernama beras
Akarnya telah lama dikebiri
Seluruh tubuhnya adalah rekayasa
Tanah besekongkol dengan petani
Hanya membiakkan racun dikandungnya
Seranggapun dilarang mendekat
Selama hidupnya yang tragis dan pendek
Padi diguyur hujan digoda angin dan diterpa panas
Hingga akhirnya bunting
Panen adalah pemenuhan takdirnya
Jerami dibiarkan menumpuk dan layu
Gabah digiling menjadi racun bernama beras
KEMANAKAH CERITA
Sekedar membuka buku
Kertasnya tipis dan bolong
Lapuk dimakan kutu
Di tengah halaman
Seekor kecoa mampus
Tertimbun kata-kata yang belum dimamah
Perutnya besar dan pecah
Dan mengalir huruf-huruf nista
Bercampur lendir dan nanah
Membentuk kubangan
Menenggelamkannya ke dasar
Karam menjadi tanpa arti
Tanpa akhir
Kertasnya tipis dan bolong
Lapuk dimakan kutu
Di tengah halaman
Seekor kecoa mampus
Tertimbun kata-kata yang belum dimamah
Perutnya besar dan pecah
Dan mengalir huruf-huruf nista
Bercampur lendir dan nanah
Membentuk kubangan
Menenggelamkannya ke dasar
Karam menjadi tanpa arti
Tanpa akhir
Kamis, 09 April 2020
AKHIRNYA ISYA
Ketika itu yang mbaurekso bangun dari mimpinya
Suara adalah malam yang kian silam
Kepak sayap kelelawar bersinggungan dengan dedaunan
Lampu berkedip di setiap kaca rumah
Mengusir gelap keluar dari kenyamanan
Menggebahnya ke pelosok kebun
Mengundang serangga sebagai altar kematian
Adik digendong emak di amben
Mulutnya mengecap tetek
Tangannya menggerayangi renda daster
Matanya, bening, mengantuk
Memandang terpana bibir emak yang bergumam
Senandungkan lagu tentang malam yang lelap
Suara anak kecil melantunkan pujian
Dengan logat medok dari pengeras surau
Menanti mbah modin menuju pengimaman
Dengan nyaring mengetuk setiap pintu
Uluk salam pada bulan yang pucat
Menyibak malam beraroma angin lembut
Pria dengan kopiah dan sarung
Wanita mengenakan mukena putih
Berjalan ke satu arah. Kiblat
Di beranda surau melewati bedug
Mereka terpecah dan berpisah
Ke kiri dan kanan melewati pintu nasib yang kelupaan
Membentuk barisan dan doa
Gelisah menanti aba-aba mbah modin
Abah pulang dari sawah
Habis memeriksa pematang dan gili-gili
Kakinya dilumasi lumpur
Paculnya dipanggul di bahu
Sejenak beristirahat di amben beranda belakang
Menyapih keringat dan kering
Lalu masuk ke jeding diterangi teplok
Membersihkan diri
Keluar dari jeding rambutnya basah
Pakaian telah berganti singlet dan kolor
Langkahnya perlahan menuju kamar utama
Di dalam, emak tetap menggendong adik di amben
Mulutnya tidak lepas dari pentil dan matanya telah meram
Baju koko dan sarung di gantungan diambil lalu dipakai
Digelarnya sajadah menghadap tembok
Dengan khusyu kedua tangannya diangkat. Bertakbir
Abah sholat isya sendiri
Suara adalah malam yang kian silam
Kepak sayap kelelawar bersinggungan dengan dedaunan
Lampu berkedip di setiap kaca rumah
Mengusir gelap keluar dari kenyamanan
Menggebahnya ke pelosok kebun
Mengundang serangga sebagai altar kematian
Adik digendong emak di amben
Mulutnya mengecap tetek
Tangannya menggerayangi renda daster
Matanya, bening, mengantuk
Memandang terpana bibir emak yang bergumam
Senandungkan lagu tentang malam yang lelap
Suara anak kecil melantunkan pujian
Dengan logat medok dari pengeras surau
Menanti mbah modin menuju pengimaman
Dengan nyaring mengetuk setiap pintu
Uluk salam pada bulan yang pucat
Menyibak malam beraroma angin lembut
Pria dengan kopiah dan sarung
Wanita mengenakan mukena putih
Berjalan ke satu arah. Kiblat
Di beranda surau melewati bedug
Mereka terpecah dan berpisah
Ke kiri dan kanan melewati pintu nasib yang kelupaan
Membentuk barisan dan doa
Gelisah menanti aba-aba mbah modin
Abah pulang dari sawah
Habis memeriksa pematang dan gili-gili
Kakinya dilumasi lumpur
Paculnya dipanggul di bahu
Sejenak beristirahat di amben beranda belakang
Menyapih keringat dan kering
Lalu masuk ke jeding diterangi teplok
Membersihkan diri
Keluar dari jeding rambutnya basah
Pakaian telah berganti singlet dan kolor
Langkahnya perlahan menuju kamar utama
Di dalam, emak tetap menggendong adik di amben
Mulutnya tidak lepas dari pentil dan matanya telah meram
Baju koko dan sarung di gantungan diambil lalu dipakai
Digelarnya sajadah menghadap tembok
Dengan khusyu kedua tangannya diangkat. Bertakbir
Abah sholat isya sendiri
Senin, 06 April 2020
ASAR BERAMAI
Bayangan rebah lebih sepenggalah
Pengeras berteriak memanggil
Orang merayap dari sekujur sawah
Bentang lapang rumput teki
Sisa jerami padi mengering
Berduyun lelaki perempuan bertudung
Berjalan membuntuti matahari
Bergerombol kambing dengan klenengan di leher
Berjalan menyusuri sore
Desa yang sibuk dengan hiruk pikuk
Keriaan terjadi di kandang
Tumpukan jerami sisa panen pertama
Bongkokan rumput segar
Anak sapi berloncatan dengan riang
Gerombolan kambing minum dari palung yang sama
Cempe menetek dengan semangat
Ayam berkejaran hendak kawin
Suaranya ramai memenuhi
Di pawon harum kopi bercampur sangit kayu bakar
Bersatu menjadi aroma cinta
Suara minyak panas di wajan
Baunya bersatu dengan kepulan kopi
Dan pisang goreng berwarna kuning
Kudapan sore pelepas lelah
Satu dua langsung bergegas mandi dan bersuci
Setelah berseragam sarung dan kopiah mereka berjalan
Saling berkejaran dengan qomat
Menuju surau di tengah dusun
Untuk berbaris di belakang imam
Dan mengusik lengang dengan takbiratul ikhram
Pengeras berteriak memanggil
Orang merayap dari sekujur sawah
Bentang lapang rumput teki
Sisa jerami padi mengering
Berduyun lelaki perempuan bertudung
Berjalan membuntuti matahari
Bergerombol kambing dengan klenengan di leher
Berjalan menyusuri sore
Desa yang sibuk dengan hiruk pikuk
Keriaan terjadi di kandang
Tumpukan jerami sisa panen pertama
Bongkokan rumput segar
Anak sapi berloncatan dengan riang
Gerombolan kambing minum dari palung yang sama
Cempe menetek dengan semangat
Ayam berkejaran hendak kawin
Suaranya ramai memenuhi
Di pawon harum kopi bercampur sangit kayu bakar
Bersatu menjadi aroma cinta
Suara minyak panas di wajan
Baunya bersatu dengan kepulan kopi
Dan pisang goreng berwarna kuning
Kudapan sore pelepas lelah
Satu dua langsung bergegas mandi dan bersuci
Setelah berseragam sarung dan kopiah mereka berjalan
Saling berkejaran dengan qomat
Menuju surau di tengah dusun
Untuk berbaris di belakang imam
Dan mengusik lengang dengan takbiratul ikhram
PADA SUATU LOHOR
Lohor sedikit miring seperti kepala termangu
Jika kemarau kerontang dan rendeng mengusik
Pengeras suara mendongak sambil berteriak
Memanggil mengajak mengajuk
Di mushola muadzin sholat sunah
Kemudian menjangkau qomat
Lalu berdiri di pengimaman
Menjadi imam sekaligus ma'mum
Matahari kian miring dan bayangan lebih panjang
Pintu mushola dikunci
Burung sriti terbang keluar masuk
Daun jatuh berbaring di beranda angin
Jika kemarau kerontang dan rendeng mengusik
Pengeras suara mendongak sambil berteriak
Memanggil mengajak mengajuk
Di mushola muadzin sholat sunah
Kemudian menjangkau qomat
Lalu berdiri di pengimaman
Menjadi imam sekaligus ma'mum
Matahari kian miring dan bayangan lebih panjang
Pintu mushola dikunci
Burung sriti terbang keluar masuk
Daun jatuh berbaring di beranda angin
Minggu, 05 April 2020
SUBUHKU SENDIRI
Adzan kompak berteriak
Mataku perlahan membuka
Mencoba berkompromi dengan cahaya
Ku tatap jam yang bertengger di tembok
Ah, masih ada sedikit waktu
Ku pejamkan mata sebentar
Menanti qomat menggamit sholat
Assholatu khoirum minan nauum
Dan aku terbangun tergopoh setelah matahari
Dengan gontai kaki mencapai sandal
Di jeding aku pipis dan berwudhu
Ayam berkotek di tarangan menjadi makmum
dari langgar hingga jauh
Mengusik jiwa dingin yang lelah
Mengusik jiwa dingin yang lelah
Mataku perlahan membuka
Mencoba berkompromi dengan cahaya
Ku tatap jam yang bertengger di tembok
Ah, masih ada sedikit waktu
Ku pejamkan mata sebentar
Menanti qomat menggamit sholat
Assholatu khoirum minan nauum
Dan aku terbangun tergopoh setelah matahari
Dengan gontai kaki mencapai sandal
Di jeding aku pipis dan berwudhu
Ayam berkotek di tarangan menjadi makmum
MAGHRIB DI RUANG TENGAH
Lampu belum dinyalakan
Ruangan gelap hingga di pojok pikiran
Dari langgar adzan menggamit lamunan
Mengajak dan mengajuk
Malam turun lewat teritis
Seperti daun jatuh. Lembut
Berhenti di kaca jendela
Mengintip ke dalam ruang hati
Cahaya lampu mengusik
Menelisik temaram diantara perdu
Serangga terbang menerjang
Ayah berangkat ke langgar
Ruangan gelap hingga di pojok pikiran
Dari langgar adzan menggamit lamunan
Mengajak dan mengajuk
Malam turun lewat teritis
Seperti daun jatuh. Lembut
Berhenti di kaca jendela
Mengintip ke dalam ruang hati
Cahaya lampu mengusik
Menelisik temaram diantara perdu
Serangga terbang menerjang
Ayah berangkat ke langgar
Kamis, 02 April 2020
LAPAR
Hari ini aku lapar sekali
Tausiah pagi tidak mengurangi
Ditambah dahaga lagi
Padahal kantuk masih menyimpan sihirnya
Berita pagi dipotong dan disajikan
Dibumbui senyum manis
Bau pesing kamar mandi
Sebagai kudapan menanti sego pasar
Dari dapur datang kopi tubruk beraroma gosip
Si mbok berkain kebaya dengan nampan
Mulutnya penuh mengunyah sirih bako
Dan sepiring ubi rebus
Nasi pincuk dan segala kemesuman pasar
Satu kaki naik menopang lapar
Dikecapnya segala kerakusan. Jasmani dan rohani
Dan perut terisi sumpah serapah
Tausiah pagi tidak mengurangi
Ditambah dahaga lagi
Padahal kantuk masih menyimpan sihirnya
Berita pagi dipotong dan disajikan
Dibumbui senyum manis
Bau pesing kamar mandi
Sebagai kudapan menanti sego pasar
Dari dapur datang kopi tubruk beraroma gosip
Si mbok berkain kebaya dengan nampan
Mulutnya penuh mengunyah sirih bako
Dan sepiring ubi rebus
Nasi pincuk dan segala kemesuman pasar
Satu kaki naik menopang lapar
Dikecapnya segala kerakusan. Jasmani dan rohani
Dan perut terisi sumpah serapah
Rabu, 01 April 2020
DI RUANG TENGAH
Ruang itu selalu hangat
Pertemuan celoteh dan sinar matahari
Siang yang panas kopi tubruk
Dan malam birahi sunyi
Meja kursi beralih fungsi
Remahan makanan dan ucapan
Adik ngompol di lantai
Televisi muntahkan iklan
Gosip sebagai nyawa ruangan
Dosanya dikunyah bersama
Ada keriaan di hati semua
Sebab kita lebih benar dari sekedar ucapan
Lalat membawa masuk siang yang terik
Juga bau sampah yang menggigit
Angin mempersembahkannya
Sebab dia adalah satu kandungan
Semua kata dan emosi yang memenuhi ruang
Juga kehangatan tarikan nafas
Keluar bebas menemui udara
Mengalir lewat lubang ventilasi
Ketika malam telah lelah
Ketika hanya ada berburu dan diburu
Tangan menepuk semua
Cicak makan dengan lahap
Ah, tegukan kopi terakhir
Bercampur dengan sedikit ampas di tenggorokan
Ruang tengah telah sendiri lagi
Kumatikan lampu kunyalakan mimpi
Pertemuan celoteh dan sinar matahari
Siang yang panas kopi tubruk
Dan malam birahi sunyi
Meja kursi beralih fungsi
Remahan makanan dan ucapan
Adik ngompol di lantai
Televisi muntahkan iklan
Gosip sebagai nyawa ruangan
Dosanya dikunyah bersama
Ada keriaan di hati semua
Sebab kita lebih benar dari sekedar ucapan
Lalat membawa masuk siang yang terik
Juga bau sampah yang menggigit
Angin mempersembahkannya
Sebab dia adalah satu kandungan
Semua kata dan emosi yang memenuhi ruang
Juga kehangatan tarikan nafas
Keluar bebas menemui udara
Mengalir lewat lubang ventilasi
Ketika malam telah lelah
Ketika hanya ada berburu dan diburu
Tangan menepuk semua
Cicak makan dengan lahap
Ah, tegukan kopi terakhir
Bercampur dengan sedikit ampas di tenggorokan
Ruang tengah telah sendiri lagi
Kumatikan lampu kunyalakan mimpi
Langganan:
Postingan (Atom)
ANAK
Diasuhnya doa dan birahi Hingga menetes Eros Sebagaimana puja Kama Ratih Kau mendatangi dunia dengan polos Lalu disadapnya setiap tetes kehi...
-
Malam itu hanya ada gerimis Tak ada teman yang lain Bayi suci menangis di gendongan. Lapar Sedangkan tete ibunya kempes Malam itu kudus Kar...
-
Lusi di langit dengan hati (dalam) perjalanan ke pusat hati (dan) mengetuk pintu hati (ucapkan) selamat datang ke hatiku Seseorang di dalam ...
-
Saat itu malam hanya butuh istirahat Tiba-tiba hujan mengerubunginya Suaranya liar dan menggelegar Seperti langit akan runtuh Pohon ketakuta...